Indonesia Juara Pertama Lomba Balet Dunia
Kabar membanggakan untuk Indonesia datang dari dunia balet. Rebecca Alexandria Hadibroto (11), murid dari sekolah balet Marlupi Dance Academy, memenangi juara pertama kompetisi balet terbesar dan bergengsi sedunia, yaitu Youth America Grand Prix 2018 di New York, Amerika Serikat.
Kompetisi yang telah berusia 19 tahun tersebut baru pertama kali diikuti Indonesia. Kemenangan itu pun mengejutkan karena Indonesia nyaris tak dikenal dalam ajang kompetisi balet dunia.
Pendiri Marlupi Dance Academy (MAD), Marlupi Sijangga (81), mengabarkan kemenangan itu dengan penuh kegembiraan.
”Kami sama sekali tidak menyangka akan menang karena rasanya terlalu mimpi untuk menang. Yang ikut, kan, negara-negara yang selama ini penari baletnya selalu langganan menang. Jadi, kami ikut tanpa mimpi setinggi itu. Eh, kok malah juara pertama,” tutur Marlupi.
Rebecca memenangi kompetisi dalam kategori Pre-competitive Women untuk anak usia 9-11 tahun. Ia berhasil mendapatkan skor lebih dari 97 dari dewan juri saat membawakan tarian ”The Fairy Doll”.
Selain Rebecca, satu peserta dari Indonesia lainnya adalah Agnes Indira Mayrani (13) yang juga murid MAD yang menjadi finalis dalam ajang Youth America Grand Prix (YAGP) ini. Keduanya merupakan peserta yang mewakili Indonesia untuk pertama kali dalam kompetisi balet bergengsi yang diikuti 36 negara.
Tarian ”The Fairy Doll” yang dibawakan Rebecca merupakan tarian klasik yang diciptakan komposer Austria Josef Bayer tahun 1888. Hingga kini, tarian tersebut masih menjadi repertoar Vienna State Opera di Austria. Video streaming penampilan Rebecca bisa ditonton melalui situs YAGP, http://yagp.org/
Rangkaian kompetisi YAGP yang diikuti Indonesia ini berlangsung sejak September 2017 yang digelar di sejumlah negara, yang tahap finalnya berlangsung di New York pada 13-20 April.
Perhelatan final tersebut digelar di David H Koch Theater New York City Ballet. Rebecca lolos dalam tahap penyisihan saat YAGP digelar di China akhir tahun lalu.
Indonesia tak dikenal
Ajang YAGP diikuti sekitar 10.000 peserta, baik grup maupun solo, dari sejumlah negara. Dari serangkaian tahap penyisihan itu, terpilih 1.500 peserta, baik grup maupun solo, untuk mengikuti tahapan final di New York.
Rebecca dan Indira termasuk dalam 300 peserta solo yang lolos. Selama ini, negara yang langganan menjadi pemenang adalah Jepang, Korea, Rusia, dan Amerika. Nama Indonesia tak pernah disebut-sebut.
”Mereka (kalangan balet dunia di ajang tersebut) bingung, enggak ada yang mengenal Indonesia. Mereka pikir, Indonesia ada di dalam Bali. Bahkan, saat parade peserta, semua peserta dapat bendera negaranya masing-masing. Kami enggak dapat bendera karena panitia enggak punya bendera Indonesia. Untungnya kami bawa sendiri,” cerita Claresta Sijangga Alim, mentor Rebecca di MAD.
Mereka (kalangan balet dunia di ajang tersebut) bingung, enggak ada yang mengenal Indonesia. Mereka pikir Indonesia ada di dalam Bali.
Claresta mengungkapkan, Rebecca belajar balet di MAD sejak usia 2,5 tahun dengan dukungan penuh dari kedua orangtuanya. Rebecca kini menjalani homeschool agar bisa maksimal mengasah keterampilan baletnya. Anak semata wayang dari Tjoeng Joe Shia (ibu) dan Irman Yanuar Hadibroto (ayah) ini setiap hari berlatih balet sekitar enam jam.
Saat menerima piala dan piagam penghargaan, Rebecca mengenakan gaun terusan batik bermotif parang dengan warna latar hijau toska. Wajahnya pun semringah dihiasi senyum yang tenang.
Rebecca pun kini menuai banyak penggemar yang mengagumi penampilan tariannya. Akun Instagramnya, @rebeccaalexandriah, dihujani ucapan selamat atas kemenangannya. Fotografer kondang di AS yang gemar memotret tarian, Jordan Matter, pun khusus menghubungi Rebecca untuk memotretnya di kawasan Manhattan.
Hasil foto Jordan pun diunggah di akun Instagram @jordanmatter dan menuai ”like” lebih dari 80.000. Rebecca difoto dalam kostum balet berwarna nila dan berpose dalam gerakan balet backward port de bras di kawasan Lincoln Center.
Dalam keterangan fotonya tersebut, selain mengucapkan selamat, Jordan juga menyampaikan bahwa Rebecca membutuhkan dukungan sponsor untuk menjalani perjalanannya (mengikuti berbagai kompetisi dunia).
Bagi Jordan, Rebecca sebagai peserta dari Indonesia yang pertama kali adalah sosok yang sangat menginspirasi. Jordan pun akan mendokumentasikan perjalanan Rebecca untuk ditayangkan dalam video Unstoppable di akun Youtube miliknya.
Claresta menuturkan, keikutsertaan Rebecca dalam kompetisi internasional tersebut berawal ketika dirinya menonton ajang kompetisi YAGP 10 tahun lalu dan berangan-angan suatu saat Indonesia bisa ikut serta.
Kemudian, tahun 2015, Claresta mendirikan trainee program di MAD untuk menjaring sekitar 30 murid balet yang potensial untuk diikutsertakan dalam berbagai kompetisi balet dunia.
Langkahnya tersebut menuai hasil sejak 2016 dan 2017, ketika murid-murid dari program tersebut mulai memenangi berbagai kompetisi balet di sejumlah negara. Upaya ini tentu saja mengharumkan nama Indonesia yang sebelumnya tak begitu dikenal di dunia perbaletan di arena internasional.
Selamat, Rebecca!