Ketika Anak SD Jadi Kepala Sekolah dalam Upacara Hardiknas
Oleh
Videlis Jemali
·3 menit baca
Nur Imam Al Ghazali (11) sudah ditunggu peserta upacara bendera di halaman tengah sekolah. Ia lalu melintas dengan sepeda. Setelah memarkir sepeda di sudut halaman, dengan tegap dalam seragam Korpri ia naik ke panggung. Rabu (2/5/2018) pagi, ia memimpin upacara bendera layaknya kepala sekolah.
Tak sedikit pun ia kikuk. Saat berada di tempat inspektur upacara, ia menatap lurus ke arah peserta upacara. Saat membacakan teks Pancasila, suaranya lantang tak bergetar. Tak ada kesalahan ucap. Begitu pula saat membawakan sambutan tertulis, suaranya menggelegar memecah pagi.
Imam adalah siswa Kelas VIA Sekolah Dasar Negeri Kompleks Sambung Jawa, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Rabu, ia bertindak sebagai kepala sekolah yang menjadi inspektur upacara.
Imam mengenakan seragam Korpri dipadu peci hitam dan celana hitam. Ia berdiri di panggung di depan pengeras suara didampingi anak-anak sebayanya yang berperan sebagai guru. Sementara para guru ”asli” berada di luar arena upacara.
Upacara berlangsung lancar dan khidmat. Tak ada kesalahan berarti yang mengganggu upacara. Tepuk tangan dari peserta upacara pun membahana seusai upacara.
”Saya tidak bisa tidur sampai larut malam tadi karena memikirkan tugas ini. Akhirnya, upacara berjalan lancar. Saya bangga sekali,” ujar Imam seusai upacara. Ia mengaku hanya sehari mempersiapkan lakonnya sebagai inspektur upacara.
Imam menuturkan, dia memang bercita-cita menjadi guru. Itu makanya ia menyanggupi tantangan menjadi kepala sekolah saat upacara bendera berlangsung.
Muhammad Akbar Nur Hidayah (10), teman kelas Imam, merasa sangat bangga kawan sekelasnya itu berdiri di panggung sebagai kepala sekolah. Ia sangat girang melihat pemandangan langka itu.
Ramah anak
Kepala SDN Kompleks Sambung Jawa Fahmawati menuturkan, sejak tahun 2017, sekolahnya memprakarsai gerakan ramah anak. ”Apa yang kami lakukan hari ini adalah bagian dari memberikan ruang partisipasi kepada anak untuk memimpin. Anak perlu terlibat aktif dalam kegiatan sekolah,” ujarnya.
Sekolah memperkenalkan berbagai profesi kepada anak-anak. Tak hanya mengenalkan profesi secara teoretis, anak-anak juga melakoni profesi itu. Sebelumnya, anak-anak mempraktikkan profesi sebagai artis. Mereka menyanyi dan memainkan alat musik.
Keberadaan SDN Kompleks Sambung Jawa sebagai sekolah ramah anak tecermin pula dalam penataan sekolah itu. Taman bunga berjejer di depan semua ruang kelas. Bunga yang ditanam dalam botol bekas air kemasan bergelantungan di depan ruang kelas. Pohon-pohon pun menghiasi halaman depan sekolah di pinggir jalan.
Dinding luar ruang kelas juga dipenuhi lukisan dan tulisan untuk memberikan motivasi kepada anak-anak. Salah satu lukisan menggambarkan anak mencium tangan orangtua sebelum berangkat ke sekolah.
Dari suasana seperti itu, anak-anak bisa mengikuti pendidikan dengan bergairah. ”Saya mau teman-teman terus giat belajar agar cita-cita tercapai,” kata Imam dalam sambutannya.
Fahmawati pun berkelakar bahwa Imam akan menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 40 tahun yang akan datang.