JAKARTA, KOMPAS — Pemberian fasilitas kredit pemilikan rumah untuk guru dinilai dapat meringankan beban guru. Adanya rumah dapat meningkatkan kesejahteraan guru dan menambah semangat guru dalam mengajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau Bank BRI telah bekerja sama memberikan fasilitas kredit pemilikan rumah untuk guru. BRI akan mempermudah pengurusan kredit perumahan bagi guru (Kompas, 28/4/2018).
Meskipun program tersebut masih diprioritaskan untuk guru di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, guru lain juga dapat mengakses kredit rumah tanpa subsidi. Bahkan, pinjaman tersebut dapat digunakan untuk merenovasi rumah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama BRI dan dinas pendidikan di daerah akan memetakan guru yang belum memiliki rumah. Kredit rumah tersebut diutamakan untuk guru tetap yang berstatus aparatur sipil negara atau guru tetap yayasan.
Guru Agama Katolik SMP Santa Theresia Menteng, Jakarta Pusat, Aldo Rivan Susanto (29), antusias menyambut program tersebut. ”Saya berharap program kredit rumah dengan bunga kecil dapat diberikan kepada semua guru,” kata Aldo, Rabu (2/5/2018) di Jakarta.
Selama bekerja di Jakarta, Aldo harus menyewa kamar kos Rp 800.000 per bulan. Ia berniat memiliki rumah, tetapi harga rumah yang mudah dijangkau dari tempatnya mengajar masih terlalu mahal. Aldo sempat berpikir membeli rumah yang murah meskipun jauh dari tempatnya mengajar. Namun, ia mengurungkan niatnya karena takut terlambat mengajar.
Aldo mengatakan masuk kerja pukul 06.15 untuk mengikuti kegiatan di unit SMP sebelum mengajar. Oleh karena itu, Aldo lebih memilih menyewa kamar kos daripada membeli rumah yang jauh dari tempatnya mengajar.
Situasi serupa dialami guru Matemika SMP Santo Bellarminus Menteng, Jakarta Pusat, Lady Suryani (49). Dia memilih membeli rumah di Tambun, Bekasi, Jawa Barat, daripada mengontrak rumah atau tinggal di rumah saudara.
Rumah tersebut dapat dibeli oleh Lady setelah mengajar selama 7 tahun. Rumah tersebut dibelinya melalui pinjaman di bank. ”Waktu itu belum ada program kredit rumah untuk guru dari pemerintah sehingga harus pinjam di bank secara pribadi,” ujarnya.
Ia berharap kredit rumah bagi guru tersebut dapat digunakan juga untuk guru honorer. Menurut Lady, sebagian besar guru honorer belum memiliki rumah karena, selain gajinya yang kecil, juga karena hanya dibayar sesuai jam mengajar. Mereka juga tidak dapat meminjam uang di bank untuk membeli rumah karena statusnya yang masih menjadi pengajar honorer.
Guru Matematika SMP Negeri 1 Jakarta, Ena Eni Kusumastuti (55), mengatakan, program kredit rumah akan tepat sasaran apabila ditujukan untuk guru yang belum memiliki rumah, terutama guru honorer. Menurut Ena, rumah menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang. Rumah menjadi tempat awal pendidikan diajarkan selain sekolah dan lingkungan sekitar.
”Sebagai seorang tenaga pendidik, guru sebaiknya memiliki rumah yang layak untuk ditempat-tinggali dan tidak jauh dari tempat mengajar,” kata Ena.
Jika terlalu jauh, lanjutnya, seorang guru harus berangkat lebih awal dibandingkan dengan pegawai kantor. Ena mencontohkan, dirinya masuk bekerja pukul 06.30 sehingga harus berangkat dari Bekasi pukul 05.00.
Tidak langsung
Pemerhati pendidikan Doni Koesoema mengatakan, pemberian bantuan kredit rumah kepada guru secara tidak langsung akan memengaruhi kualitas tenaga pendidik. Akibatnya, kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin baik. Menurut Doni, guru akan lebih bersemangat dalam mengajar jika kesejahteraannya diperhatikan.
Meskipun demikian, Doni berharap, pemerintah lebih selektif dalam memberikan bantuan tersebut. ”Pemerintah perlu memberikan prioritas kepada guru yang membutuhkan rumah, terutama di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal,” katanya.