JAKARTA, KOMPAS PT Kereta Api Indonesia akan memodernisasi persinyalan di area Daerah Operasi 1 Jabodetabek, pada tahun ini. Langkah ini dilakukan untuk mendukung penambahan perjalanan kereta api agar bisa mengakomodasi lebih banyak penumpang kereta komuter.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Edi Sukmoro, Senin (30/4/2018), mengatakan, pembaruan persinyalan ini dibutuhkan karena persinyalan yang ada sekarang sudah berusia sekitar 30 tahun sehingga kondisi persinyalan itu tidak bisa lagi menunjang kebutuhan penambahan perjalanan kereta api.
"Jumlah perjalanan KRL saja sudah mencapai 928 perjalanan per hari. Belum lagi kereta api antarkota dan kereta barang," kata Edi di Jakarta.
Penggantian persinyalan itu akan dilakukan produsen yang membuat persinyalan saat ini. Rencananya, penggantian persinyalan di Daop 1 membutuhkan waktu sekitar 1,5 tahun.
Pembaruan persinyalan, menurut Edi, akan mendukung pertambahan perjalanan KRL. Sinyal yang baru juga memungkinkan peningkatan kecepatan kereta, sehingga waktu tunggu antar rangkaian kereta bisa diperpendek. "Saat ini, jumlah penumpang KRL rata-rata 997.000 per hari. Bahkan pernah mencapai 1,076 juta penumpang per hari. Kami akan menuju pengangkutan 1,2 juta penumpang KRL per hari di tahun 2019."
Humas Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Joice Hutajulu mengatakan, rencana pembaharuan persinyalan ini masih dalam pembahasan bersama antara PT KAI dan Ditjen KA dalam rangka sinkronisasi.
"Sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 66 Tahun 2013, badan usaha yang akan melaksanakan pembangunan prasarana wajib mengajukan izin ke pemerintah dan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1990, sinyal Jabotabek dimiliki pemerintah," kata Joice.
Vice President of Corporate Communication PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Eva Chairunisa mengakui ada keterbatasan prasarana, antara lain dengan beroperasinya KRL di rel yang sama dengan KA penumpang jarak jauh dan KA barang. Di sisi lain, jumlah penumpang terus bertambah. Dalam 2 tahun terakhir, terjadi peningkatan penumpang KRL sebanyak 22,6 persen atau 58 juta penumpang.
Penambahan kapasitas angkut KRL di tengah keterbatasan infrastruktur tidak bisa dilakukan dengan menambah banyak frekuensi perjalanan KRL. Karenanya, PT KCI berupaya memperpanjang rangkaian KRL yakni 10 dan 12 kereta per rangkaian.
Dihubungi terpisah kemarin, Ketua Umum Masyarakat Perkeretaapian Indonesia Hermanto Dwiatmoko mengatakan, secara prinsip, upaya untuk meningkatkan jumlah penumpang dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu memperpanjang rangkaian KRL, menambah frekuensi, serta memperpendek waktu tunggu (headway) antar kereta.
"(Cara) ini dapat dilakukan melalui perubahan teknologi persinyalan yang bisa mengatur perjalanan dan penambahan intermediate block sehingga 1 blok antarstasiun dapat dibagi menjadi blok-blok kecil sehingga kapasitas lintas meningkat," kata Hermanto yang menjabat Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan tahun 2014-2016 ini.
Ia juga menekankan pentingnya persinyalan di Jabodetabek dilengkapi dengan pengereman otomatis (Automatic Train Protection/ATP) mengingat frekuensi meningkat cukup banyak. Persinyalan juga harus terintegrasi dengan sinyal di proyek rel dwiganda karena akan menjadi kesatuan.