Bandara Internasional Ngurah Rai Menuju Digitalisasi
Oleh
Ayu Sulistyowati
·2 menit baca
BADUNG, KOMPAS — PT Angkasa Pura I (Persero) mempersiapkan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, menjadi bandara dengan sistem pelayanan digitalisasi. Hal ini dinilai penting oleh jajaran manajemen Angkasa Pura sebagai pengelola untuk bersiap menghadapi tantangan persaingan antarbandara di era serba teknologi digitalisasi.
Ngurah Rai menjadi prioritas menuju sistem digitalisasi mulai tahun 2018. Prioritas ini terkait pelaksanaan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Oktober mendatang. Selanjutnya tiga bandara besar lainnya di wilayah Angkasa Pura I, yakni Surabaya, Balikpapan, dan Makassar.
Tantangan masa depan di era milenial harus disikapi. Penerapan sistem digital ini merupakan salah satu jawaban untuk melawan tantangan ke depan.
”Tantangan masa depan di era milenial harus disikapi. Penerapan sistem digital ini merupakan salah satu jawaban untuk melawan tantangan ke depan,” kata Human Capital Group Head Angkasa Pura I (Persero) Imron Qodari, di sela-sela pertemuan Asia Pacific Regional Airport (APRA) Human Capital Forum 2018, di The Patra Bali Resort & Villa, Badung, Bali, Kamis (3/5/2018).
Ia menjelaskan, digitalisasi ini juga bagian agar karyawan yang masuk usia milenial dapat lebih kreatif memajukan pelayanan bandara. Saat ini, karyawan Angkasa Pura I berjumlah 3.400 karyawan dan 5.000 tenaga kontrak. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persen tercatat berusia 19-40 tahun.
Jadi, lanjut Imron, tantangannya tak hanya persoalan penyesuaian terhadap tantangan kemajuan teknologi. Perusahaan harus mampu menyiapkan profesionalisme dan talenta industri.
Kedatangan penumpang di Bandara Ngurah Rai rata-rata per hari tercatat sekitar 5.000 orang dari sejumlah negara dan daerah asal. Pesawat yang mendarat dan pergi tercatat sekitar 420 pesawat.
Padahal, potensi dan minat sejumlah maskapai yang masih ada dalam daftar tunggu sekitar 36 pesawat. Saat ini ada mesin sinar-X yang membantu pemeriksaan di pintu masuk. Ini menghemat waktu antrean kurang dari 3 menit per orang.
Ia mencontohkan, Bandara Changi di Singapura sudah sangat maju dan menerapkan sistem teknologi canggih. Namun, Imron menegaskan, penerapan digitalisasi di Ngurah Rai tidak menghilangkan tenaga manusia seperti di Changi yang hampir semua dijalankan mesin.
Oleh karena itu, pertemuan APRA Human Capital Forum yang pertama ini penting sebagai ajang tukar pikiran di antara pengelola bandara di wilayah Asia Pasifik. Peserta pertemuan sebanyak 59 orang dari tujuh negara, yakni Indonesia, Singapura, Vietnam, Laos, Jepang, Hong Kong, dan Timor Leste. Acara akan berlangsung dua hari, Kamis hingga Jumat (4/5/2018).