Jejak Manusia 700.000 Tahun Lalu Ditemukan di Filipina
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS-Jejak kehidupan manusia berusia 700.000 tahun lalu telah ditemukan di Pulau Luzon, Filipina. Jejak itu berupa tulang belulang badak yang menunjukkan bekas dipotong dan puluhan alat batu.
Hingga saat ini belum diketahui siapa manusia purba yang telah menghuni pulau terbesar di Filipina ini. Tanda tanya berikutnya, bagaimana mereka menyeberangi lautan hingga sampai ke sana mengingat Pulau Luzon tidak pernah tergabung dengan benua besar.
Temuan ini dilaporkan paleoarkeolog dari National Museum of Natural History Paris dan Universitas Sorbonne, Thomas Ingicco dan tim di jurnal Nature edisi 2 Mei 2018. Jejak penghunian purba ini ditemukan di situs Kalinga di Lembah Cagayan, bagian utara Luzon.
Alat batu yang ditemukan sebanyak 57 keping yang berada satu lapis dengan tulang badak Filipina yang telah punah, Rhinoceros philippinensis. Di situs ini juga ditemukan fosil binatang lain seperti stegodon, rusa coklat Philippine, kura-kura air tawar, dan kadal besar.
Lapisan tanah lempung
Semua temuan ini berada di lapisan tanah lempung yang berumur antara 631.000 - 777.000 tahun lalu. Penanggalan (dating) dilakukan dengan menggunakan teknik resonansi putaran-elektron (electron-spin resonance) yang diaplikasikan pada lapisan enamel gigi fosil dan pasir kuarsa alat batunya.
Alat-alat batu ini tidak mungkin dibuat manusia modern atau Homo sapiens yang telah diketahui baru muncul di Afrika sejak sekitar 300.000 tahun lalu. Melihat umur alat batu dan fosil binatang ini, kemungkinan besar tinggalan Homo erectus, manusia purba yang diketahui telah muncul di Afrika sejak 2 juta tahun lalu dan fosilnya ditemukan di Jawa san China.
Namun, Thomas Ingicco, tidak mau menyimpulkannya sebelum ditemukan fosil manusianya. Apalagi, di Filipina sebelumnya belum pernah ditemukan alat batu setua ini. Temuan tertua berupa fosil kaki manusia ditemukan di Gua Callao, Luzon berumur 67.000 tahun lalu.
Kemungkinan lain, alat batu ini berasal dari Homo floresiensis yang ditemukan di Pulau Flores, sekitar 3.000 kilometer dari Luzon. Manusia kerdil ini diketahui hidup hingga 60.000 - 100.000 tahun lalu.
Meski tak ada bukti yang menghubungkan, temuan Homo floresiensis, telah membawa perspektif baru tentang penyebaran manusia purba di kepulauan Asia Tengara. Pulau Flores maupun Pulau Luzon tidak pernah bergabung dengan daratan besar, sehingga kemungkinan migrasi manusia ke pulau ini hanya melalui lautan.
Susan Antón, paleoantropolog daei New York University, kepada sciencemag.org menyebutkan, paling mungkin manusia purba sampai di Pulau Luzon karena terbawa tsunami purba, mengingat teknologi berperahu menyeberangi samudera belum berkembang pada zaman itu.