Kedatangan Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah ke Indonesia membawa dua misi, yaitu memastikan pembelian kendaraan tempur dan bermain badminton. Misi itu tergambar pada pertemuan Presiden Joko Widodo dan Sultan Brunei di Istana Bogor, Jawa Barat, hingga di Cilangkap, Jakarta, Kamis (3/5/2018). Lalu, mana yang lebih penting, membeli kendaraan tempur atau main badminton?
Mari merunut cerita dari awal. Presiden Jokowi ternyata sudah mengetahui bahwa Sultan Bolkiah gemar bermain badminton. Informasi itu diperoleh Presiden setelah mengonfirmasi langsung kepada Sultan di berbagai pertemuan. Dalam sehari, kata Presiden, Sultan bisa main badminton tiga kali, sekali main bisa tiga set. Karena itu, Presiden mengundang Sultan untuk main badminton di Indonesia.
Presiden Jokowi ternyata sudah mengetahui bahwa Sultan Bolkiah gemar bermain badminton.
Barangkali belum lazim di mata dunia jika kedua pemimpin negara bertetangga ketemu hanya untuk main badminton. Meski demikian, hal serupa beberapa kali dilakukan Perdana Menteri Malaysia Mohammad Najib Razak saat ke Indonesia dengan tujuan bermain golf, bukan kunjungan kenegaraan.
Walau undangan awal Presiden untuk main badminton, kunjungan Sultan Bolkiah ini berstatus kunjungan kenegaraan. Karena itu, paket protokoler penyambutan pun dilakukan dengan standar kenegaraan, upacara, dentuman meriam 21 kali, makan siang kenegaraan, hingga membicarakan kerja sama kedua negara.
Kamis sore, pertemuan Sultan dan Presiden berlanjut di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta. Di tengah guyuran hujan, Sultan Bolkiah datang bersama putranya, yaitu Pangeran Abdul Mateen, dan petinggi kesultanan. Ribuan anggota pasukan TNI sudah siap dengan atraksi seni, bela diri, menjinakkan binatang buas, penanganan aksi teror, hingga aksi melumpuhkan lawan dalam mata tertutup. Presiden dan Sultan yang sama-sama mengenakan seragam militer itu terlihat puas.
Tidak jauh dari lokasi acara, beragam jenis kendaraan tempur dipamerkan. Kendaraan tempur buatan PT Pindad itulah yang menurut rencana dibeli Sultan. Sepaket dengan itu, Sultan juga akan membeli beragam jenis senjata tempur. Wacana pembelian tersebut sudah muncul pada tahun-tahun sebelumnya. Hanya, butuh waktu dan perhitungan macam-macam hingga akhirnya dapat dipastikan (beli). Mungkin salah satunya dengan main badminton.
Pertarungan tiga set
Hari semakin petang dan hujan mulai reda. Keduanya melanjutkan perbincangan ke Gedung Olahraga Ahmad Yani di Cilangkap yang disulap menjadi lapangan badminton. Lantai lapangannya baru, begitu pun papan skor digital dan perangkat pertandingan lain. Pihak protokol acara menyediakan tenda khusus untuk ruang ganti Sultan dan Pangeran.
Sementara di lapangan sudah terlihat pemain senior Indonesia, Alan Budi Kusuma, dan istrinya, Susy Susanti. Bisa ditebak, keduanya akan menemani Sultan dan Pangeran Abdul Mateen bermain badminton. Alan dan Susy bukan orang lain lagi bagi Sultan dan keluarganya. Dua bintang Indonesia itu pernah diundang ke Brunei untuk bermain badminton bersama dengan Sultan dan keluarganya pada tahun 1990-an, saat keduanya bersinar terang sebagai bintang badminton Indonesia.
Presiden Jokowi tiba lebih dahulu di lapangan pertandingan. Presiden mulai pemanasan dengan Alan. Kurang dari sepuluh menit, Sultan dan Pangeran masuk lapangan dengan kaus dan celana olahraga yang diduga keras barang mahal untuk ukuran pegawai kantoran Jakarta.
Sultan tak banyak pemanasan, lalu segera dipandu wasit bermain ganda. Kali ini Sultan bermain melawan Presiden berpasangan dengan Alan, sedangkan Sultan berpasangan dengan Hendry Syaputra, pelatih bulu tangkis.
Pertandingan yang dimulai pukul 17.20 berlangsung seru. Sultan suka sekali bermain di depan net. Dia jarang melakukan pukulan panjang. Sementara Presiden beberapa kali mencoba melakukan smes keras.
Tertinggal 16-20, pasangan Jokowi/Alan mengejar pasangan Sultan/Hendry hingga kedudukan 25-25 pada pukul 17.43. Pada saat itu, Presiden terlihat lelah dan ingin istirahat di pinggir lapangan. Pada set berikutnya, menggantikam Presiden Jokowi, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto masuk lapangan.
Sementara Sultan melanjutkan pertandingan dengan pasangan yang sama. Di set kedua, Sultan/Hendry menang 21-16 atas pasangan Wiranto/Alan. Di set ketiga, Sultan berganti pasangan, yaitu dengan Susy Susanti. Kali ini, Sultan/Susy kembali menang dengan skor 21-16 atas pasangan Wiranto/Alan. Susi yang sebelumnya di lapangan sebelah mendampingi Abdul Mateen tetap terlihat trengginas. Sisa-sisa keperkasaan peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu masih terlihat jelas.
Sementara Alan saat ditanya mengapa tidak terlalu ngoyo, ia menjawab, ”Saya menyesuaikan permainan Sultan dan Presiden saja.”
Lewat maghrib, Presiden dan Sultan sepakat mengakhiri pertandingan badminton itu. Sultan dan Abdul Mateen sempat melambaikan tangan menyapa hadirin yang duduk di tribune penonton. Presiden pun puas. Menurut Presiden, pertandingan itu bentuk persahabatannya dengan Sultan. ”Persahabatan antarnegara tidak selalu dilakukan dalam sebuah forum yang formal saja. Ada yang namanya soft diplomacy,” kata Presiden.
Diplomasi itu bagian dari upaya Indonesia untuk memperlancar penjualan senjata dan kendaraan tempur ke Brunei. Proses yang sudah berjalan bertahun-tahun itu baru dapat terealisasi dengan acara bertajuk ”main badminton”.
Tidak kalah berjasa pada diplomasi ini adalah prajurit TNI yang unjuk kebolehan di tengah guyuran hujan. Juga mereka yang telah memulai negosiasi penjualan senjata jauh sebelumnya hingga akhirnya dapat terwujud saat ini.