Terlahir dengan lengan tak sempurna, Takdir Ilahi (40), tak mau menyerah pada keadaan. Pria asal Kota Bandar Lampung, Lampung, itu tetap berkarya menghasilkan berbagai barang seni.
Di ruang tamu berukuran 2,5 x 3 meter, Takdir masih sibuk memahat potongan kayu menyerupai sepeda motor gede Harley Davidson. Meski hanya ada tiga jari di lengan kirinya dan dua jari di lengan kanannya, ia cekatan memegang alat pahat. Perlahan, potongan batang pohon jambu itu membentuk sebuah sepeda motor. Setelah diukir, miniatur itu lalu dicat dengan pernis agar tampak cantik.
Potongan kayu itu dia ambil dari aliran sungai yang mengalir di dekat rumahnya yang terletak di Kelurahan Kebon Jeruk, Tanjung Karang Timur, Bandar Lampung.
“Saya memanfaatkan kayu yang terbawa aliran sungai. Terkadang, saya juga memungut kayu dari jalanan,” ujar Takdir, seorang perajin ukiran di Bandar Lampung, saat ditemui di rumahnya, Minggu (5/6/2018).
Lewat karya seni, Takdir ingin membuktikan bahwa keterbatasan tidak mampu mengalahkan semangatnya untuk terus berkarya.
Sejak sekitar sepuluh tahun lalu, dia telah membuat berbagai ukiran unik berbentuk sepeda motor atau hewan, seperti ular, kelinci, atau harimau. Selain ukiran, Takdir juga piawai membuat kaligrafi. Tak hanya itu, dia juga bisa membuat furnitur meja dengan memanfaatkan limbah kayu.
Karya seni buatan Takdir banyak dilirik oleh berbagai kolektor. Kolektor yang umumnya pecinta sepeda motor gede Harley Davidson rela datang ke rumahnya untuk memesan miniatur sepeda motor gede itu.
Tak hanya dari Bandar Lampung, kolektor yang membeli karya Takdir juga datang dari berbagai kota, antara lain Palembang, Serang, hingga Bekasi.
Setiap barang dijual dengan harga yang berbeda-beda, bergantung pada ukuran dan kerumitan pembuatannya. Karyanya dibanderol dengan harga berkisar Rp 500.000-Rp 5.000.000 per buah.
Selain menjual karya pada para kolektor, Takdir juga pernah mengikuti pameran untuk memperkenalkan karyanya pada masyarakat. Lewat karya seni, Takdir ingin membuktikan bahwa keterbatasan tidak mampu mengalahkan semangatnya untuk terus berkarya.
Otodidak
Takdir merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Meskipun terlahir dengan kekurangan, ia tak mengutuk keadaan, apalagi menggugat Tuhan.
Sesuai namanya, dia meyakini bahwa kondisi fisiknya merupakan takdir Tuhan. Ia yakin, di balik keterbatasan tubuhnya, Tuhan memberinya kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
Meski memiliki keterbatasan fisik, takdir bersekolah di sekolah umum. Dia menamatkan pendidikan sekolah dasar di MI Nahdlatul Ulama Bandar Lampung. Dari situ, dia melanjutkan sekolah di SMP Swadaya Bandar Lampung dan SMA Swadaya Bandar Lampung.
Dia berharap bisa menebar energi positif bagi orang-orang di sekelilingnya.
Awalnya, Takdir mulai gemar mengukir saat duduk di bangku SMP. Dari situ, dia terus belajar secara otodidak. Setelah lulus SMA, dia melanjutkan hobinya dengan membuat berbagai ukiran.
Dia mengaku pernah mendaftar pekerjaan sebagai buruh di Bandar Lampung. Namun, saat melihat kondisi fisiknya, tak ada perusahaan atau instansi yang mau menerimanya menjadi karyawan.
Dia juga sempat bekerja sebagai teknisi listrik. Akan tetapi, pekerjaan itu hanya sesaat dia tekuni. Pengalaman tersetrum listrik membuatnya hengkang dari pekerjaan itu. “Saya takut. Akhirnya, saya memilih terus membuat ukiran,” katanya.
Takdir ingin terus berkarya. Dengan itu, dia berharap bisa menebar energi positif bagi orang-orang di sekelilingnya. Dia ingin membuktikan, jika orang ingin maju dan berhasil, kuncinya adalah terus semangat.