Setelah hampir 50 tahun memperjuangkan kemerdekaan dengan mengangkat senjata terhadap Pemerintah Spanyol, kelompok separatis Basque, ETA, membubarkan diri. Langkah unilateral itu dilakukan pada Jumat (4/5/2018) lalu.
Dalam surat terbuka kepada warga Basque, ETA (Tanah Air dan Kebebasan Basque) menyatakan, ”membubarkan seluruh struktur organisasi dan tidak akan lagi menyampaikan posisi politik”. Hal ini mengakhiri konflik berdarah di Spanyol yang telah merenggut korban jiwa 853 orang sejak 1968, dalam sejumlah aksi kekerasan seperti pengeboman dan penembakan.
ETA didirikan tahun 1959 sebagai respons terhadap diktator Francisco Franco. Represi dilakukan oleh Franco atas Basque yang berada di Spanyol utara dan di Perancis timur laut. Perjuangan ETA untuk meraih kemerdekaan mengendur dalam dekade terakhir, yang berujung pada pernyataan sepihak gencatan senjata pada 2011. ETA juga secara formal menyerahkan persenjataannya tahun lalu.
Meski demikian, pernyataan ETA dilihat ”sebelah mata” oleh pemerintahan Spanyol yang dipimpin oleh PM Mariano Rajoy yang juga sedang menghadapi gerakan kemerdekaan di Catalonia. Madrid bertekad akan terus mengejar dan mengadili tokoh-tokoh militan yang dianggap bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang, yang sebagian besar adalah polisi.
”Apa pun yang dilakukan ETA tak akan memperoleh impunitas. ETA boleh saja menyatakan bubar, tetapi kejahatan mereka tidak bisa dihilangkan,” kata Rajoy.
Pro kontra
Sejumlah kerabat korban serangan ETA berang dengan langkah kelompok itu. Keluarga korban meminta ETA terlebih dulu mengutuk sejarah kekerasan yang diciptakan oleh mereka. ”Ini bukanlah akhir dari ETA yang seharusnya,” ungkap Consuelo Ordonez, anggota asosiasi korban teror ETA.
Permintaan maaf oleh kelompok ini sudah dilakukan bulan lalu, ketika ETA mengakui kekerasan mereka dan meminta maaf kepada sejumlah korban. Namun, ETA tidak meminta maaf kepada korban yang memang menjadi target, seperti polisi.
Sebaliknya, di wilayah Basque, sebagian besar warganya menyambut positif langkah ETA. Namun, tak sedikit yang tetap menginginkan kemerdekaan. Di antara mereka ialah kelompok separatis EH Bildu, yang pada pilkada lalu menjadi kelompok kedua terbesar di parlemen Basque, dengan meraih 21 persen suara.
Kelompok ini tetap beranggapan bahwa Basque telah ditindas selama puluhan tahun oleh pemerintah Spanyol dan Perancis, yang diawali dengan pelarangan penggunaan bahasa Basque. Basque juga menunjukkan bahwa banyak warganya menjadi korban kebrutalan polisi dan pemerintah Spanyol.
Dalam laporan yang disusun pemerintah regional Basque, terdapat 4.100 gugatan atas penyiksaan yang dilakukan polisi antara 1960-2014. ”Jika Anda tidak mau mengakui penderitaan pihak lain, maka akan sangat sulit untuk menciptakan rekonsiliasi,” ujar Ane Muguruza (28).
Jika Anda tidak mau mengakui penderitaan pihak lain, maka akan sangat sulit untuk menciptakan rekonsiliasi.
Ayahnya yang merupakan anggota parlemen mewakili sayap politik ETA dibunuh tahun 1989 oleh kelompok ekstrem kanan yang didukung pemerintah. ”Luka ini masih menganga dan sulit ditutup. Untuk menutupnya, Anda harus bersih dan mengobatinya. Agar bisa begitu, harus ada pengakuan. Ini sangat penting,” tutur Muguruza.
Para mediator perdamaian, Sabtu (5/4/2018), berkumpul di Cambo-les Bains, kota di wilayah Basque, di Perancis. Mereka yang hadir antara lain mantan ketua partai Sinn Fein (sayap politik kelompok militan Irlandia Utara, IRA) Gerry Adams, dan mantan PM Irlandia Bertie Ahern. Keduanya terlibat dalam Kesepakatan Jumat Agung yang mengakhiri konflik berdarah antara Inggris dan Irlandia Utara.
Jika hanya mengandalkan pendekatan keamanan dan penjara, proses perdamaian jarang berhasil.
Namun, tak ada pejabat Spanyol ataupun Perancis yang hadir di acara tersebut.
Mantan pejabat Inggris Jonathan Powell yang terlibat dalam mediasi mengatakan bahwa perdamaian memerlukan dialog politik dari seluruh pemain utama. ”Jika hanya mengandalkan pendekatan keamanan dan penjara, proses perdamaian jarang berhasil. Luka yang dalam masih tetap ada serta masyarakat masih terbelah,” kata Powell.
Bagaimanapun, angin perdamaian belum menyentuh Madrid. Juru bicara pemerintahan Rajoy menegaskan bahwa, Madrid sama sekali tidak akan mengubah sikap. (AP/AFP/REUTERS)