JAKARTA, KOMPAS - Sebagai hajatan nasional, promosi Asian Games 2018 menjadi tanggung jawab bersama, termasuk lembaga negara, kementerian, dan TNI/Polri. Promosi melalui lembaga negara diperlukan mengingat jangkauan yang luas ke seluruh wilayah Indonesia. Cara itu diyakini bisa menggaungkan promosi Asian Games seperti instruksi Presiden Joko Widodo.
Dalam dua rapat terbatas membahas Asian Games 2018, Presiden meminta gaung Asian Games bergema ke seluruh Indonesia. Asian Games adalah hajatan nasional, bukan hanya milik kota tuan rumah, apalagi Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc).
Dalam kondisi seperti itu, Ketua Inasgoc Erick Thohir di sela-sela acara memeriahkan Asian Games 2018 bertajuk ”BRI Sunday Fest” di Jakarta, Minggu (6/5/2018), menilai, peran lembaga negara sangat penting dalam mempromosikan Asian Games.
Merujuk pada Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan/Rehabilitasi Prasarana dan Sarana Olahraga serta Prasarana dan Sarana Pendukung dalam Persiapan Penyelenggaraan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018, semua lembaga negara diminta turut membantu menyukseskan dua gelaran itu.
”Kalau lembaga negara seperti Polri turut berperan aktif mempromosikan Asian Games, itu sangat luar biasa. Mereka punya banyak SDM dan jaringannya luas tersebar di pelosok Indonesia. Inasgoc tidak mungkin bisa menjangkau itu,” ujar Erick.
Menurut Kepala Biro Kerja Sama Kementerian dan Lembaga Polri Brigadir Jenderal (Pol) Herry Wibowo, Polri memiliki sekitar 500.000 personel yang bisa diberdayakan mempromosikan Asian Games.
Promosi Asian Games 2018 menjadi sorotan utama Presiden dalam sebulan terakhir. Dalam dua rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, 18 April, dan di Kantor Presiden, Jakarta, 4 Mei, Presiden mengingatkan Asian Games masih sebatas hangat, belum menjadi ”demam” di masyarakat. Presiden berharap Asian Games menjadi alat pemersatu Indonesia.
Anggaran terbatas
Dalam sejumlah pertemuan, Erick mengakui promosi Asian Games belum bergema ke seluruh Indonesia. Salah satu kendala adalah keterbatasan anggaran Inasgoc.
Setelah melakukan efisiensi, anggaran Inasgoc ditekan menjadi Rp 5,6 triliun. Namun, pemerintah hanya menyetujui Rp 4,5 triliun sebelum pajak sehingga masih ada kekurangan. Kekurangan itu dipenuhi dengan dukungan 38 sponsor yang mencapai lebih dari Rp 700 miliar.
Keterbatasan itu membuat Inasgoc tak leluasa mempromosikan Asian Games. Fokus promosi hanya di daerah penyelenggara, yakni Palembang, Jakarta, dan sebagian Jawa Barat. ”Dengan anggaran terbatas, kami tidak bisa memotong hal krusial seperti anggaran makan atlet. Akhirnya, anggaran promosi yang kami potong,” kata Erick di Jakarta, Kamis.
Sementara itu, Herry mengatakan, Polri akan membantu
promosi lewat kegiatan langsung dan media sosial, termasuk
memasang spanduk Asian Games, menghias kantor polisi dengan pernak-pernik Asian Games, hingga menyelenggarakan kegiatan olahraga bersama komunitas di daerah. ”Sebenarnya, TNI/Polri mendapat tugas di deputi 4 bidang keamanan Inasgoc. Namun, karena ada instruksi Presiden, kami akan aktif mempromosikannya ke seluruh Indonesia,” ujar Herry.
Sebagai salah satu sponsor Asian Games 2018 dan badan usaha milik negara (BUMN), BRI turut meningkatkan promosi Asian Games. Direktur Hubungan Kelembagaan BRI Sis Apik Wijayanto, di Jakarta, Minggu, mengatakan, BRI sudah mempromosikan Asian Games sejak tahun lalu dengan mengeluarkan produk perbankan beratribut Asian Games. Mereka juga akan menyelenggarakan kegiatan bersama 23 komunitas binaan dan memeriahkan kirab obor Asian Games yang dimulai 10 Mei.
Di bidang prestasi, mendekati 100 hari menjelang Asian Games, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenpora Mulyana meminta atlet fokus berlatih pada nomor pertandingan yang menjadi andalannya. Mulyana mengatakan, sejumlah atlet menunjukkan progres menggembirakan dalam uji coba. ”Namun, hal itu tidak bisa dijadikan patokan prestasi karena lawan yang dihadapi kebanyakan berbeda dengan Asian Games,” ujarnya di Jakarta, Minggu. (DRI/DNA)