ROKAN HILIR, KOMPAS — Seperti kunjungan kerjanya di banyak daerah di Indonesia, Presiden Joko Widodo selalu menyelipkan pesan-pesan kerukunan. Kerukunan antarwarga sudah seharusnya terus dijaga karena itulah yang menyatukan segala perbedaan di Tanah Air. Kerukunan antarwarga itu pula yang telah diakui sejumlah tokoh dunia.
Presiden menyampaikan pesan kerukunan itu setelah sepekan lalu bertemu Imam Besar Al-Azhar dan Imam Besar Masjidil Haram pada acara Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasatiyyat Islam di Bogor, Jawa Barat.
”Seminggu lalu, saya bertemu Imam Besar Al-Azhar dan Imam Besar Masjidil Haram. Mereka menyampaikan Indonesia harus dijadikan contoh kehidupan rukun, persahabatan antarumat, antarsesama umat Islam, dan antarumat dengan pemerintah agar tetap ada di negara kita,” kata Presiden di hadapan peserta acara peluncuran program peremajaan sawit rakyat di Desa Pelita, Kecamatan Bagan Sinembah, Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5/2018).
Presiden meminta agar semua pihak tidak terpecah belah hanya gara-gara perbedaan pilihan politik. Momen politik berupa pilkada ataupun pemilihan presiden dan wakil presiden hanya berlangsung selama lima tahun sekali. Sementara persaudaraan antarwarga telah terjalin selama puluhan tahun.
”Kita yang sudah rukun bersuadara seperti ini, gara-gara pilihan yang lima tahun sekali, rugi besar jika kita retak. Tidak, tidak mau saya, terlalu besar ongkosnya,” kata Presiden. Karena itu, Presiden meminta agar semua pihak baik di Kabupaten Rokan Hilir maupun Riau jangan sampai termakan isu-isu yang berkaitan dengan suku, agama, ras, dan antargolongan.
Presiden mengakui, kadang-kadang politik itu jahat. Sebagian politisi sengaja menyebarkan isu yang tidak benar. Sementara pada saat yang sama, tidak semua orang mampu menyaring informasi yang tidak benar itu hingga termakan oleh berita bohong. Hal seperti ini yang sering kali memicu hubungan antarkerabat, saudara, dan pertemanan menjadi terganggu.
Ribut sendiri
Presiden menyampaikan keprihatinannya, pada saat sejumlah tokoh dunia memuji perdamaian yang terjadi di dalam negeri, tetapi sebagian orang di Tanah Air masih ribut sendiri.
Imam Al-Azhar dan Masjidil Haram telah menyampaikan bahwa Indonesia dapat menjadi contoh berkembangnya Islam jalan tengah, wasatiyyat, dan Islam yang moderat. ”Tetapi kita yang di dalam masih usreg (bahasa Jawa yang berarti ribut sendiri),” kata Presiden.
Penghargaan tokoh asing itu didasarkan pada keragaman yang ada di Indonesia. Dengan penduduk 263 juta jiwa, 714 suku, dan memiliki sekitar 17.000 pulau, Indonesia dapat hidup dengan damai. Hal ini yang menurut Presiden sebagai anugerah Tuhan yang patut disyukuri bersama. Justru perbedaanlah yang seharusnya menjadikan Indonesia menjadi bangsa kuat.
Untuk menghindari perselisihan karena pilihan politik, kata Presiden, sebaiknya masing-masing menggunakan hak pilihnya untuk calon pemimpin yang dianggapnya baik. Tanpa harus mencela pilihan orang lain, hal itu seharusnya dapat dilakukan. ”Saya titip, pilih pemimpin yang terbaik, pilih. Setelah itu rukun kembali sebagai saudara sebangsa, setanah air,” kata Presiden.