JAKARTA, KOMPAS — Insiden di Markas Komando Brigade Mobil Kepolisian Negara RI, Selasa (8/5/2018) malam, diduga diawali oleh tahanan teroris Jamaah Ansharut Daulah asal Sumatera Selatan, Wawan Kurniawan alias Abu Afif.
Berdasarkan informasi dari sumber di kepolisian, Rabu, Wawan yang tengah menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa, dibesuk keluarganya yang juga membawa makanan untuk Wawan. Namun, pengawal dari kepolisian melarang pemberian makanan itu sehingga Wawan marah.
Sudah jamak diketahui di kalangan aparat, termasuk di lembaga pemasyarakatan, bahwa tahanan atau narapidana teroris kerap kali mendapatkan barang-barang selundupan yang dilarang aparat dari keluarga atau penjenguk, termasuk melalui makanan.
Barang tersebut, sekalipun tidak berbahaya, tak jarang berupa surat atau catatan dari sesama anggota jejaring terorisme yang diindikasi cukup berisiko ketika menjadi cara mereka menebar pemahaman ekstrem atau radikal. Oleh karena itu, aparat bersikap lebih tegas.
Kemarahan Wawan berlanjut setelah persidangan dan kembali ke tahanan di Mako Brimob. Sekitar pukul 17.00, Wawan menuntut agar dipertemukan dengan petugas untuk memprotes soal larangan pemberian makanan tadi. Namun, petugas yang ingin ditemui Wawan sedang tidak di tempat, dan Wawan diminta bertemu keesokan harinya.
Namun, Wawan rupanya tidak puas. Sekitar pukul 20.00, Wawan memprovokasi tahanan lain untuk membuka paksa sel mereka. Mereka kemudian merangsek ke ruang interogasi. Saat itu, seorang polwan tengah memeriksa tahanan baru, anggota Jamaah Ansharut Daulah dari Ambon. Mereka merebut senjata sang polwan dan memukulinya.
Dari insiden inilah kemudian para tahanan teroris menyerang aparat lainnya dan menyandera mereka. Para tahanan bahkan menjarah gudang barang bukti dan merebut sedikitnya enam senjata laras panjang dan lima senjata laras pendek. Sejauh ini ada kabar, empat atau lima polisi yang disandera tewas. Sementara setidaknya tiga polisi —termasuk polwan—mengalami luka-luka.
Disinyalir pula ada tahanan teroris yang memublikasikan aksi mereka di dalam melalui beberapa grup di Telegram. Ini bisa terjadi karena diduga ada tahanan yang berhasil mendapatkan selundupan telepon seluler melalui penjenguk.
Hingga siang ini, polisi lainnya kesulitan memasuki areal rutan karena para tahanan teroris masih menguasai senjata. Sejauh ini, diduga para tahanan telah menguasai 30 senjata api dan 300 amunisi.
Mereka juga dikabarkan minta dipertemukan dengan Aman Abdurrahman pada hari ini juga. Aman Abdurrahman selama ini dikenal sebagai patron penting dalam jejaring terorisme di Indonesia.
Insiden kerusuhan di Mako Brimob yang melibatkan tahanan sejumlah kasus terorisme dengan petugas ini dibenarkan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) M Iqbal.
”Hingga saat ini kami sedang melakukan tindakan kepolisian dan pendekatan lain. Kami mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terhasut dengan semua informasi di media sosial yang sudah beredar,” ujar Iqbal saat menemui awak media di sekitar lokasi Mako Brimob untuk memberikan keterangan, Rabu.
Iqbal belum bisa menjelaskan lebih lanjut terkait motif kerusuhan tersebut. Ketika ditanya terkait adanya tahanan yang kabur, Iqbal juga tidak menjawab.
”Maaf, saat ini saya tidak bisa terlalu detail menyampaikan insiden ini terjadi kapan dan berapa jumlah petugas yang terluka. Tetapi, hingga pukul 1 dini hari tidak ada yang meninggal dunia,” lanjut Iqbal, Rabu dini hari.