Pemerintah Lakukan Empat Upaya Stabilkan Harga Jelang Puasa dan Lebaran
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perdagangan memastikan dapat menstabilkan harga pangan jelang puasa dan Lebaran. Hal tersebut akan dilakukan dengan upaya, seperti penguatan regulasi, sinergi antarkementerian, pemantauan dan pengawasan, serta penetrasi pasar.
Menjelang bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri, harga pangan sering kali mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan sebagian besar masyarakat melakukan pembelian kebutuhan pokok dalam jumlah yang besar.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, di Jakarta, Jumat (11/5/2018), menyampaikan, permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pokok mengalami peningkatan 10 hingga 20 persen pada saat menjelang puasa dan Lebaran.
Menurut Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan Kasan Muhri, Kemendag dan instansi lain telah melakukan sejumlah upaya yang bertujuan untuk menstabilkan harga tersebut.
”Upaya ini juga telah dilakukan pada 2017 yang berdampak pada stabilnya harga dan ketersediaan bahan pangan waktu itu,” ujar Kasan.
Upaya pertama yang dilakukan ialah penguatan regulasi terkait harga acuan dan harga eceran tertinggi (HET) serta pendaftaran seluruh pelaku distributor secara daring tanpa biaya di seluruh daerah. Tujuan dari upaya ini ialah agar Kemendag mempunyai catatan semua hal terkait bahan pangan dan bisa mengawasi seluruh pelaku distributor.
Upaya kedua ialah sinergi antarkementerian dan lembaga yang juga melibatkan dunia usaha dan badan usaha milik negara (BUMN) sehingga perumusan kebijakan dan pengawasan dapat berjalan maksimal.
Melakukan pemantauan dan pengawasan secara daring ataupun terjun langsung ke lapangan menjadi upaya ketiga yang dilakukan. Upaya terakhir adalah melakukan penetrasi ke pasar rakyat dan ritel modern.
”Kami telah melakukan 12 kali rapat koordinasi daerah (rakorda) di sejumlah wilayah sejak April untuk mengantisipasi pasokan dan harga jelang Lebaran 2018. Kami akan terus mengawasi pergerakan harga sehingga bisa terus stabil,” kata Kasan.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, saat inspeksi mendadak ke Pasar Andir, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (5/5/2018), juga menjamin pemerintah akan menstabilkan pasokan serta harga pangan menjelang Ramadhan dan Lebaran 2018.
Enggartiasto menegaskan, harga beras medium tidak boleh lebih dari harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 9.450 per kilogram. Selain itu, ia juga mengklaim stok Bulog cukup dan siap diturunkan jika ketersediaan beras di pasaran menurun (Kompas, 6 Mei 2018).
Stok beras aman
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Karyawan Gunarso mengatakan, saat ini Bulog memiliki persediaan beras lebih kurang 1,2 juta ton. Sebanyak 1,05 juta ton atau 90 persen dari jumlah tersebut merupakan cadangan beras pemerintah (CBP), sedangkan 0,15 juta ton sisanya adalah beras jenis komersial.
Jumlah beras cadangan pemerintah lebih dari 1 juta ton dan ini lebih dari cukup untuk sewaktu-waktu didistribusikan ke masyarakat pada bulan puasa dan Lebaran, bahkan hingga akhir 2018.
Beras persedian Bulog sebagai perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan ini memiliki sifat melengkapi pasokan yang sudah ada di pasaran.
”Jumlah beras cadangan pemerintah lebih dari 1 juta ton dan ini lebih dari cukup untuk sewaktu-waktu didistribusikan ke masyarakat pada bulan puasa dan Lebaran, bahkan hingga akhir 2018,” ujar Karyawan Gunarso.
Berdasarkan keputusan rapat koordinasi terbatas (rakortas) Kementerian Pertanian pada Februari 2018, Perum Bulog harus menyerap 2,2 juta ton beras selama satu tahun. Jumlah ini untuk mengamankan kebutuhan beras dari bulan Ramadhan hingga Juni 2018.
Namun, menurut Gunarso, Bulog menargetkan dapat menyerap 2,7 juta ton beras hingga akhir tahun dengan target serapan beras petani mencapai 15.000 ton per hari.
”Penyerapan kami sehari rata-rata 15.000 ton beras karena jumlah rata-rata kebutuhan beras yang digelontorkan lewat operasi ketersediaan pasokan dan stabilisasi (operasi pasar) berkisar 5-10.000 ton di seluruh Indonesia. Kami bisa memaksimalkan persediaan beras lagi pada masa panen kedua,” kata Gunarso.