Cuaca Buruk, Serangan Udara Langsung Gagal Dilakukan
Oleh
Frans Pati Herin
·3 menit baca
SELARU, KOMPAS — Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, pada Sabtu (12/5/2018) pagi terganggu cuaca buruk. Akibatnya, skenario serangan udara langsung lewat pesawat F-16 yang dirancanakan sebelumnya gagal dilakukan.
Dari pantauan Kompas di lokasi latihan, pesawat F-16 melakukan pengintaian di sasaran operasi di Tanjung Tuau dan Teluk Lemiang. Sesuai skenario, pesawat tersebut harus menjatuhkan sejumlah bom MK-82 di lokasi inti musuh. Sempat terbang rendah, F-16 tak jadi melaksanakan misinya.
Dari sambungan radio yang didengar Kompas, ada percakapan beberapa perwira terkait batalnya serang udara itu. Kata pilot F-16 kepada pihak pengendali latihan, awan hitam pekat terlalu rendah sehingga dianggap membahayakan. Latihan itu berlangsung di bawah guyuran hujan deras dan angin kencang.
Tanpa serangan udara langsung, 10 tank amfibi berisi personel Marinir langsung bergerak keluar dari KRI Teluk Sibolga dan KRI Teluk Sampit. Setiap tank berisi puluhan personel itu bergerak menuju Teluk Lumiang yang terpaut sekitar 5 kilometer. Secepat mungkin, tank bergerak menuju sasaran di darat.
Sementara pada saat bersamaan, pesawat Hercules terbang di atas ketinggian sekitar 8.000 kali di atas permukaan laut itu menurunkan 110 personel Kostrad. Butuh waktu sekitar 7 menit, personel yang membawa ransel tempur dan senjata serbu itu mendarat di pesisir Tanjung Tuau yang dikuasai musuh.
Personel dari udara dan laut itu langsung mengejar musuh. Terdengar saling tembak. Senjata yang digunakan pihak musuh yang juga diperankan anggota TNI adalah SS1. Baik prajurit TNI maupun musuh sama-sama menggunakan peluru hampa.
”Sekitar 30 menit, sasaran dapat dikuasai. Latihan ini berhasil,” kata Koordinator Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Selaru, Kolonel Infanteri Aldomoro, kepada Kompas.
Menurut dia, gangguan cuaca sering terjadi pada setiap kali latihan. Seperti hari ini, prajurit dari Kostrad terjun payung di tengah guyuran hujan deras dan angin kencang. Alasan cuaca pulalah yang membuat waktu aksi sempat berubah-ubah.
Ia menilai, semua personel dalam latihan itu dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Dalam latihan itu, ada juga tim penilai yang akan memberikan masukan.
Mengenang Jepang
Kendati hujan, latihan itu menjadi tontonan warga Desa Lingat, lokasi terdekat latihan. Lingat merupakan satu dari tujuh desa di Selaru. Sejak pukul 05.00 WIT atau 1 jam sebelum latihan, warga sudah berdatangan. Ada yang berjalan kaki di tengah guyuran hujan deras.
”Tetapi ada juga yang takut karena mereka trauma dengan masa penjajahan Jepang,” kata Mely Oratmangun, warga. Di Lingat terdapat goa persembunyian tentara Jepang dan juga lapangan terbang buatan Jepang. Kekerasan Jepang masih membekas hingga sekarang.