Di Pasuruan, Jokowi Meminta Maaf kepada Kiai dan Santri
Oleh
Dahlia Irawati
·3 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta maaf kepada para kiai dan santri Pondok Pesantren Bayt Al Hikmah, Kota Pasuruan, Jawa Timur. Presiden meminta maaf karena salah menyebut nama pondok pesantren saat membuka pidato.
Permintaan maaf itu disampaikan saat mulai berpidato dalam sambutan peresmian pesantrenpreneur, Sabtu (12/5/2018) di Ponpes Bayt Al Hikmah. Saat membuka sambutan, Jokowi salah menyebut Bayt Al Hikmah sebagai Bayt Al Hakim. Kesalahan itu segera mendapat respons dari para santri yang berteriak membenarkan.
”Yang benar apa?” tanya Jokowi. Sontak ribuan santri menjawab, Bayt Al Hikmah. Mereka tersenyum karena Jokowi dengan polos mengakui kesalahannya dan meminta maaf.
”Di tulisan saya seperti itu soalnya. Sering saya kleru (salah). Karena banyak sekali pesantren yang saya masuki. Namanya manusia, pasti ada klerunya (salahnya). Apalagi presiden juga manusia. Jadi ada kleru (salah) dan kurang mohon dimaafkan,” kata Jokowi. Presiden kemudian mengulangi pembukaan sambutannya dengan menyebut nama pesantren dengan benar.
Dalam kunjungannya kali itu, Jokowi juga meminta seorang santri yang sudah memiliki usaha untuk tampil ke panggung. Seorang santri SMA di Ponpes Bayt Al Hikmah, Choirul Anam, pun naik ke panggung.
”Kamu usahanya apa?” tanya Jokowi setelah si santri memperkenalkan diri. ”Lalapan. Jual lalapan lele, ayam, dan tempe penyet, di sini saat ada acara,” jawab santri tersebut. Ia menjelaskan bahwa usaha tersebut bermodalkan Rp 200.000 sekali berjualan, tetapi ia mampu meraup untung hingga Rp 2 juta.
Jokowi pun menawarkan bantuan modal kepada santri itu, saat ia selesai sekolah dan siap membuka usaha. ”Kuliah sambil kerja mau? Nanti, kalau sudah masuk Universitas Airlangga, datang ke saya. Insya Allah saya bantu modal usaha. Berapa kira-kira butuh modalnya,” tanya Jokowi yang disambut tawa hadirin.
Namun, Choirul Anam mengaku belum bisa menyebutkan angka. ”Ya sudah dihitung dahulu, dibuat bussiness plan, nanti bilang ke saya kalau sudah kuliah ya,” kata Jokowi.
Bersatu
Dalam kesempatan itu, Jokowi kembali menyerukan agar masyarakat bersatu meski berbeda-beda latar belakang. ”Saya ingin nitip kepada majelis ini. Marilah kita rawat persatuan kita, menjaga ukhuwah kita. Jangan sampai karena kita berbeda, utamanya karena tahun ini ada 171 pemilihan bupati/wali kota/gubernur, dan sebentar lagi pemilihan presiden. Saya titip bahwa pesta demokrasi setiap 5 tahun ini jangan sampai menjadikan kita retak dan tidak saling menyapa antartetangga, antarkawan, antarkampung. Hanya gara-gara pesta demokrasi. Gara-gara beda pilihan,” kata Jokowi.
Biaya sosial dengan retaknya hubungan persaudaraan itu, menurut Jokowi, akan terlalu tinggi bagi bangsa ini sebab negara ini adalah negara majemuk.
Indonesia memiliki penduduk 263 juta jiwa, tersebar di 17.000 pulau, tersebar di 514 kota/kabupaten dan 34 provinsi. Terdapat 714 suku dengan perbedaan adat, tradisi, dan agama serta memiliki lebih dari 1100 bahasa daerah. Jokowi berharap, saat pesta demokrasi, masyarakat bisa memilih pemimpin terbaik. Setelah itu, usai mencoblos, masyarakat kembali rukun.
”Sekarang coba liat di media sosial. Masyarakat saling mencela, mencemooh, menjelekkan, memfitnah, ujaran kebencian dan kedengkian. Saya mengajak para ulama dan kiai mengajak satri-santrinya, jemaahnya, umatnya, bersama-sama memerangi itu. Marilah umat diajak berpikiran positif, optimistis, berprasangka baik, penuh pengertian, dan toleran. Sebab, kalau sudah bermain gawai, kadang-kadang kita lupa itu semua,” ujar Jokowi.