JAKARTA, KOMPAS - Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia mengutuk keras aksi teror yang merenggut korban jiwa di Surabaya. Bagi mereka aksi itu merupakan bentuk upaya memecah belah bangsa.
Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Juventus Prima Yoris Kago mengimbau agar para pemuda dan masyarakat secara umum tidak terprovokasi.
"Masyarakat harus tenang dan tetap menjaga persatuan, karena ini memang upaya memecah. Hanya dengan bersatu radikalisme bisa ditangkal," kata Juventus, Minggu (13/5/2018).
Peristiwa pemboman itu dilakukan oleh sekelompok oknum di tiga gereja di Kota Surabaya, Jawa Timur. Rinciannya, Gereja Katolik St. Maria Tak Bercela, Ngagel, Gereja Kristen Indonesia (Jl. Diponegoro), dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuna.
Sampai berita ini diturunkan 17 orang tewas dalam peristiwa bom bunuh diri itu. Sedangkan lebih 41 orang di antaranya masih dirawat di rumah sakit.
"Padahal belum genap seminggu kita menghadapi teror di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Ini harus diusut," kata Juve.
PMKRI juga meminta agar pemerintah bersama pihak kepolisian mengusut tuntas pelaku bom bunuh diri yang menyerang Gereja Katolik dan Kristen. Sekaligus memberantas tindakan radikal yang mengancam kehidupansosial masyarakat.
"Polisi dan pemerintah harus bisa menjamin kehidupan masyarakat itu aman," tambah Juve.
Dua peristiwa teror yang terjadi dalam seminggu ini merupakan tanda bahwa Negara lemah, tak hadir, dan belum tegas terhadap teroris. Selain itu, PMKRI menilai aparat keamanan lalai dan abai sehingga menyebabkan tindakan yang merenggut banyak nyawa itu terjadi.
"Pengurus pusat PMKRI sudah berkoordinasi dengan rekan-rekan di Surabaya untuk turun ke lokasi dan terlibat bersama umat Gereja, membantu apa saja yang bisa dilakukan," ungkap Juve.
Skenario rusak persaudaraan
Dari Majalengka, Jawa Barat, Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdatul Ulama (LD PBNU), KH Maman Imanulhaq, mengecam keras pengeboman tiga gereja di Surabaya.
“Ini aksi yang luar biasa keji, kami mengutuk keras tindakan itu dan meminta aparat keamanan segera mengungkap jaringan pelakunya,” kata Maman Imanulhaq, di Majalengka, siang ini.
Minggu pagi, sekelompok teroris melakukan pengeboman di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, yakni Gereja Santa Maria di Ngagel, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna.
Maman Imanulhaq mengatakan, kejadian di Surabaya pagi ini menunjukkan bahwa ancaman terorisme masih terus mengintai kita semua.
“Kita tahu apa yang terjadi di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, lima hari lalu. Pagi ini kita dikejutkan dengan pengeboman gereja di Surabaya,” ujarnya.
Kang Maman, sapaan Maman Imanulhaq, menduga ada skenario besar untuk merusak jalinan persaudaraan sesama anak bangsa melalui serangkaian aksi teror.
“Selain untuk menebar rasa takut, serangan bom Surabaya juga merupakan provokasi untuk adu domba antar umat beragama. Karenanya kita jangan terpancing,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Al – Mizan, Jatiwangi Majalengka, itu.
Mantan anggota Komisi VIII DPR RI itu mengimbau semua pihak tetap tenang tak terprovokasi oleh ulah teroris.
“Jika kita sampai bereaksi negatif, dalang intelektual aksi brutal itu akan senang, karena merasa berhasil,” katanya.
Kang Maman percaya aparat kepolisian segera bisa membongkar jaringan pelaku bom Surabaya.
“Kami tak meragukan kapasitas kepolsian untuk itu. Kita semua harus mensuport upaya kepolisian untuk menangani terorisme,” ujarya.