Mencari Sisi Lain Ibu Kota melalui Manual Jakarta
Homo Jakartensis, begitu penulis Seno Gumira Ajidarma melalui bukunya, Affair: Obrolan tentang Jakarta (2004), menjuluki manusia Jakarta sebagai sosok-sosok yang mengembara dalam pencarian di sebuah kota dengan tawaran pilihan-pilihan yang terus berganti.
Ingatan akan julukan itu menyeruak kembali ketika Julius Kenzan, Editor in Chief Manual Jakarta, mengawali pertemuan kami dengan cerita mengenai sejumlah profesional muda di Jakarta yang ”haus” gaya hidup unik.
”Kebanyakan dari profesional muda pernah sekolah dan bekerja di luar negeri. Atau, jika tidak sempat mengenyam pendidikan atau karier, mereka hidup di lingkungan yang terbiasa terpapar konten informasi luar negeri. Mereka menginginkan sesuatu yang berbeda, tidak melulu ngemal,” ujarnya saat ditemui di kantor Manual Jakarta yang bertempat di Como Park, Kemang Timur, Jakarta Selatan, pengujung April 2018.
Kondisi tersebut akhirnya melatarbelakangi pendirian Manual Jakarta. Julius menyebut Manual Jakarta sebagai online lifestyle publication. Media ini berdiri pada Desember 2013.
Tampilan laman Manual Jakarta didominasi warna putih dan abu-abu. Kesan bersih langsung terasa, ditambah lagi kolom-kolom menu serta kilas konten ditata bak daftar isi majalah kelas atas. Konten tulisan diletakkan secara proporsional, tidak terlalu panjang, bergaya feature, padat deskripsi, dan informatif, walaupun semuanya berbahasa Inggris. Setiap artikel akan disuguhkan dengan lebih banyak foto sehingga memanjakan mata pembaca.
Manual Jakarta mengelompokkan artikel ke dalam menu Food and Drink, Street, Nightlife, Fashion, Culture, dan Directory. Setiap tulisan yang diunggah ke setiap menu tersebut memiliki benang merah, yakni berusaha memenuhi permintaan gaya hidup unik dan alternatif di tengah ingar bingar metropolitan Jakarta.
Menu Street, misalnya, menawarkan artikel makanan pinggir jalan yang barangkali bisa disebut kaya cerita meski makanannya sederhana. Tulisan ”Morning at Bakmi Ami” menceritakan tempat makan bakmi yang cukup bersejarah dan berlokasi di Pasar Santa Pantai Indah Kapuk. Bakmi Ami menawarkan bakmi ayam dan daging babi. Meski menuju lokasi dikatakan sedikit susah, pengunjung tidak akan rugi lantaran bakminya lezat. Selain itu, pengunjung bisa melihat langsung keramaian interaksi yang terjadi di pasar.
Contoh tulisan lain adalah ”Jamu Remedy at Bukti Mentjos”. Tulisan ini bercerita mengenai warung minum jamu bernama Bukti Mentjos di Jalan Salemba Tengah. Warung ini memiliki puluhan jenis jamu dan banyak pelanggan loyal. Tulisan dibuka dengan pemaparan gaya hidup sehat tidak melulu mengonsumsi jus buah dan smoothie bowl. Jamu sebagai warisan budaya dapat dimanfaatkan pula.
Menu Nightlife tidak berisi tulisan-tulisan kelab diskotek atau clubbing, tetapi ulasan mengenai minuman ala koktail. Sebagai contoh, artikel ”Beer Hall for All” yang bercerita tentang Beer Hall SCBD Sudirman dan minuman bir khas Jerman. Menurut Julius, ulasan seperti itu lebih disukai oleh profesional muda.
Setiap tulisan di Manual Jakarta disertai peta petunjuk lokasi. Tujuannya adalah memudahkan pembaca saat berkunjung, lalu mengeksplorasi sekeliling lokasi tujuan.
”Kami tidak dibayar oleh pemilik lokasi rumah makan ataupun kegiatan. Semua artikel yang diproduksi kami pilih dan kurasi sendiri. Informasi lokasi ataupun kegiatan datang dari jejaring pertemanan sampai narasumber,” katanya.
Kedai kopi
Setahun setelah berdiri, Manual Jakarta menerbitkan Jakarta Coffee Manual. Bentuknya semacam buklet berisi daftar kedai specialty coffee di DKI Jakarta.
”Pada tahun 2014, banyak orang Jakarta belum paham mengapa harus membayar mahal untuk minum kopi latte. Specialty coffee belum seperti sekarang yang jadi rujukan minuman kebanyakan orang, terutama profesional muda,” kata Julius.
Kedai-kedai specialty coffee yang ditulis di buklet Jakarta Coffee Manual telah diulas oleh tim. Hanya saja, di buklet ditambahkan peta lokasi setiap kedai.
Pada 2014, Jakarta Manual Coffee hanya memuat 10 kedai di DKI Jakarta. Tahun kedua, jumlahnya meningkat menjadi 20 kedai. Berikutnya, total bertambah 50 kedai. Pada edisi 2017 terdapat 70 kedai.
”Melakukan aktivitas, seperti pertemuan dengan klien, di kedai specialty coffee kini menjadi kultur. Apabila mau ditelusuri lebih teliti, setiap kedai memiliki ciri khas tersendiri,” ujarnya.
Editorial
Ditemui saat bersamaan, Associate Editor Manual Jakarta Pingkan I Palilingan mengatakan, saat ini tim editorial terdiri dari tiga penulis dan seorang fotografer. Di luar itu terdapat tim pemasaran.
Rapat editorial tidak berlangsung setiap minggu. Ini menyesuaikan dengan bentuk Manual Jakarta sebagai media daring. Setiap anggota tim diberikan kebebasan mengeksplorasi konten sesuai dengan visi awal dan melihat perkembangan tren gaya hidup.
”Rapat khusus digelar apabila ada acara besar sesuai segmen pasar kami,” katanya.
Setiap pekan, total produksi artikel yang wajib dipenuhi minimal tiga tulisan. Dia menganggap jumlah sebanyak itu wajar karena konsep Manual Jakarta adalah online lifestyle publication dan semua konten bersumber langsung di Jakarta.
Selain laman, Manual Jakarta juga hadir di Instagram. Sifat konten-konten yang diunggah di Instagram adalah kilasan. Di media massa daring pada umumnya, bentuk kilasan seperti ini biasa disebut update news. Sumber artikel berasal dari peliputan lapangan dan media rilis, misalnya menu makanan baru dari restoran ternama.
Akun Instagram Manual Jakarta juga menampilkan informasi agenda acara di seputar DKI Jakarta atau disebut Manual Weekend. Biasanya konten seperti ini diunggah pada akhir pekan. Dengan demikian, pembaca mereka akan mudah menentukan pilihan mengisi waktu.
Contoh informasi agenda adalah Manifesto 6.0: Multipolar, I Love Bazaar, dan Asmat Melihat Dunia Exhibition.
”Pembaca muda kami biasanya suka mencari kegiatan yang memiliki nilai besar, memanfaatkan waktu akhir pekan dengan kegiatan produktif. Mau nyantai, tetapi tidak mau menonton film di bioskop,” kata Pingkan.
Dengan jumlah 91.600 pengikut di akun Instagram, Julius menilai pemilihan platform daring sudah tepat sesuai segmen pembaca mereka. Profesional muda di Jakarta sekarang tidak bisa lepas dari internet, baik untuk berkomunikasi, bekerja, maupun mencari informasi.
”Pada saat Manual Jakarta pertama kali publikasi tahun 2013, kami merasa momentumnya pas. Tahun itu, internet beranjak populer. Instagram pun mulai tenar di kalangan anak muda sebagai media sosial,” ujar Julius.
Untuk menggaet pembaca di laman ataupun Instagram, Manual Jakarta mengandalkan jaringan narasumber, pertemanan, dan komunitas pelaku ekonomi kreatif.
Produksi cetak
Pada 2017, Manual Jakarta hadir pertama kali dalam bentuk media cetak. Jumlah halamannya pun tidak lebih dari 20 halaman. Artikel disajikan masih dalam format feature, tetapi lebih panjang dan mendalam. Foto artistik juga masih jadi andalan.
Julius menuturkan, alasan terjun ke media cetak adalah ingin menawarkan tulisan lebih panjang kepada pembaca loyal. Eksplorasi sudut pandang tulisan lebih liar dan mendalam. Tata letak pun mudah diutak-atik.
”Bermain tata letak di online tidak mudah. Artikel tulisan harus disajikan ringkas agar pembaca tidak jenuh. Sementara di cetak, pembaca profesional muda dapat menyimpannya, memperoleh konten lebih mendalam, dan waktu membacanya pun bisa lebih lama,” katanya.
Untuk edisi pertama, Manual Jakarta dicetak sebanyak 2.500 eksemplar. Di dalamnya disisipi buklet Jakarta Coffee Manual. Pendistribusiannya dilakukan melalui jaringan kedai kopi modern di seluruh DKI Jakarta. Mereka yang ingin memiliki edisi cetak tidak dipungut biaya.
”Prinsip kami adalah berbagi informasi. Online tetap menjadi media utama,” ucap Julius dan Pingkan sambil menutup perbincangan.
Barangkali media daringbisa dibilang media yang paling mudah diakses profesional muda Homo Jakartensis untuk memenuhi keinginan mencari gaya hidup yang pas dengan hasrat mereka.