SURABAYA, KOMPAS — Pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya, Minggu (13/5/2018), bermotif balas dendam. Mereka tergabung dalam Jamaah Ansharut Tauhid pimpinan Aman Abdurrahman yang saat ini ditahan di Mako Brimob Polri karena mendalangi bom Thamrin 2016.
Pelaku juga terafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ada di Surabaya. Pelaku bernama Dita Oepriyanto yang diduga otak pengeboman dan Ketua JAD Surabaya. JAT dan JAD terafiliasi dengan jaringan ISIS internasional.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, di kancah internasional, NIIS dalam kondisi tertekan oleh kekuatan negara-negara Barat ataupun Timur. Mereka ditekan Amerika ataupun Rusia sehingga terpojok.
”Mereka akhirnya memerintahkan jaringan yang ada di seluruh dunia, termasuk jaringan yang sudah kembali ke Indonesia, untuk bertindak,” ujar Tito di RS Bhayangkara, Surabaya.
Kelompok JAT dan JAD yang berangkat dari Indonesia ke Suriah mencapai 1.100 orang. Dari jumlah itu, sebagian sudah kembali dari Suriah. Selain itu, ada yang tertangkap di Turki dan dideportasi ke Indonesia.
Rinciannya, dari jumlah yang berangkat 1.100 orang, 500 orang lebih masih di Suriah, 103 orang meninggal, dan sekitar 500 orang sisanya kembali ke Indonesia. Sebanyak 500 anggota JAT dan JAD inilah yang menjadi tantangan bagi Polri karena mereka memegang teguh ideologi ISIS.
Di sisi lain, NIIS di Indonesia bermasalah karena sejumlah pemimpin mereka ditangkap sehingga anggota kelompok bereaksi melakukan pembalasan. Tragedi kerusuhan teroris yang terjadi di Mako Brimob bukan sekadar masalah kekurangan makanan, melainkan akumulasi pembalasan dari para pelaku teror.
Tito menambahkan, untuk mengatasi aksi jaringan pelaku teror di Indonesia, polisi sudah mengambil sejumlah tindakan. Sehari setelah kerusuhan di Mako Brimob, polisi menangkap empat orang, 2 orang tertembak mati dan 2 orang ditangkap dalam keadaan hidup. Selain itu, polisi juga mengamankan satu pelaku penyerangan di Mako Brimob yang ditembak mati.
”Terakhir, polisi mengungkap sel lain di Cianjur yang memiliki bom dan akan bangkit. Ada enam orang, 4 orang ditembak mati dan 2 orang ditangkap dalam kondisi hidup,” ucap Tito.
Jaringan di Jatim merupakan sel yang bergerak dan salah satunya berada di bawah pimpinan Dita yang menjadi pelaku teror bom di tiga gereja di Surabaya. Untuk mencegah terulangnya kasus teror bom, polisi bergerak bersama TNI menggelar operasi bersama guna menangkap kelompok sel-sel JAT dan JAD, termasuk yang diduga akan melakukan aksi.
Kendalanya, mereka merupakan orang-orang terlatih dan pandai menghindar dari pemantauan polisi. Kelompok JAT dan JAD ini terbagi dalam sel-sel kecil dan tersebar di sejumlah daerah di Indonesia.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jatim Komisaris Besar Barung Mangera merilis, hingga pukul 20.00, jumlah korban meninggal mencapai 13 orang, sedangkan korban dirawat mencapai 43 orang.
Rinciannya, korban dirawat di RS dr Soetomo sebanyak 3 orang, RS William Booth 2 orang, RS Bhayangkara 6 orang, RS Siloam 5 orang, RSAL 1 orang, RS Bedah 14 orang, RKZ 7 orang, dan RS Premier 5 orang.
Adapun rincian 13 korban meninggal adalah di RS dr Soetomo 1 orang, RS Bedah 1 orang, korban yang masih berada di GKI Jalan Diponegoro 3 orang, korban yang masih berada di Gereja Pantekosta 3 orang, di RS Bhayangkara 2 orang, dan 3 korban lagi masih di Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Sampai sekarang belum ada rekomendasi untuk mengevakuasi korban meninggal yang masih di lokasi kejadian. Rekomendasi itu berasal dari tim yang melakukan olah kejadian perkara. Lokasi ditutup dalam radius penutupan 250 meter.