Pelaku Bom Bunuh Diri merupakan Satu Keluarga, Termasuk Anak Usia 9 Tahun
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI DAN SIWI YUNITA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pelaku teror bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya, Minggu (13/5/2018), merupakan satu keluarga yang terdiri dari suami istri dan empat anaknya yang masih belia. Anak termuda berusia 9 tahun dan anak tertua berusia 18 tahun.
Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengatakan, pelaku teridentifikasi bernama Dita Oepriyanto (48); istrinya, Puji Kuswati (43); dan keempat anaknya, yakni Famela Rizqita (9), Fadhila Sari (12), Yusuf Fadhil (18), dan Firman Halim (16). Pelaku terdaftar sebagai warga Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.
”Yang menyerang Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno diduga adalah Dita. Pelaku menggunakan mobil Toyota Avanza,” ujar Tito di RS Bhayangkara, Surabaya.
Sebelumnya, dia menurunkan istri dan dua anak perempuannya di depan Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro. Adapun dua pelaku peledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela diduga dua anak laki-lakinya, yakni Yusuf Fadil dan Firman Halim.
Semua merupakan serangan bom bunuh diri hanya jenis bomnya yang berbeda. Dita menggunakan bom yang diletakkan di dalam mobil kemudian kendaraan itu diledakkan dengan cara ditabrakkan ke gereja. Oleh karena itu, terjadi ledakan yang paling besar di antara dua ledakan lainnya.
Sementara istri dan dua anak perempuannya menggunakan bom bunuh diri yang diikatkan di tubuh mereka, tepatnya di pinggang. Bom jenis ini memiliki ciri yang sangat khas sebab kerusakan parah terjadi pada tubuh bagian pinggang dan perut. Tubuh bagian atas dan bawah masih utuh.
Adapun bom yang diledakkan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela merupakan bom yang diletakkan di pangkuan. Bom ini dibawa dua anak laki-laki dengan cara berboncengan sepeda motor. Namun, jenis bahan peledak yang digunakan untuk membuat bom ini belum diketahui dan masih diselidiki Laboratorium Forensik Polda Jatim.
Seperti diberitakan sebelumnya, ledakan bom terjadi di tiga gereja di Surabaya saat umat melakukan misa. Ledakan pertama terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela pukul 06.30. Ledakan kedua terjadi di Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro pukul 07.15. Terakhir, ledakan di Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno pukul 07.53.
Kabid Humas Polda Jatim Komisaris Frans Barung Mangera mengatakan, hingga pukul 17.30, jumlah korban meninggal akibat ledakan gereja di Surabaya mencapai 13 orang, sedangkan korban luka-luka mencapai 41 orang.
Korban meninggal masih diidentifikasi dan untuk keperluan itu polisi telah membuka posko disaster victim identification untuk mengumpulkan data dari masyarakat yang merasa keluarganya menjadi korban.