Sekitar 30 Persen Pemilih di Sumut dan Sulsel Ragu dengan Pilihannya
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pasangan calon peserta Pilkada 2018 yang unggul sudah mulai terlihat di Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Walaupun demikian, sebagian pemilih masih merasa ragu, bahkan mengaku, kemungkinan mengubah pilihan pasangan calon pemimpinnya.
Waktu sebulan setengah masih tersisa sebelum pemungutan suara Pilkada 2018 yang dilakukan secara serentak pada 27 Juni 2018. Pada 15 Februari hingga 23 Juni 2018, pilkada yang digelar di 171 daerah ini dalam tahap kampanye dan debat publik.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada 16-30 April 2018, Arya Fernandes, Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, mengatakan, dukungan publik kepada pasangan calon pemimpinnya di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan masih bisa berubah.
Selisih di antara pasangan calon pemimpin tidak lebih dari 15 persen dan sekitar 30 persen pemilih yang disurvei belum merasa mantap atau mungkin mengubah pilihan calon pemimpinnya.
Sumatera Utara
Di Sumatera Utara, pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah memiliki tingkat elektabilitas lebih tinggi dibanding pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar PH Sitorus. Sebanyak 44,8 persen memilih pasangan pertama dan 36, 6 persen memilih pasangan kedua. Sebesar 18,5 persen responden belum menentukan pilihannya.
Arya menjelaskan, di Sumatera Utara, mayoritas responden atau 65,8 persen responden tidak puas dengan kinerja pemerintah provinsi itu. ”Masyarakat Sumut rindu perubahan. Mereka yang tidak puas dengan kinerja pemerintah secara mayoritas memilih pasangan Edy dan Musa. Adapun masyarakat yang mengaku puas pada kinerja pemerintah memilih pasangan Djarot dan Sihar,” katanya.
Walaupun demikian, perubahan tingkat elektabilitas itu bisa terjadi hingga pemungutan suara pada 27 Juni 2018. Dari total responden yang menyatakan pilihan pasangannya, 61,2 persen merasa ”sangat mantap” dengan pilihan itu. Selain itu, 18,4 persen mengaku ”masih mungkin berubah”, dan 8,5 persen merasa ”ragu-ragu”.
Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan, pasangan M Nurdin Halid-Abd Aziz Qahhar Mudzakkar memiliki tingkat elektabilitas tertinggi. Pasangan itu dipilih oleh 30,6 persen responden dalam survei CSIS ini.
Sebanyak 21,2 persen memilih pasangan M Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman, 20,7 persen pasangan Ichsan Yasin Limpo-Andi Musakkar, 9,9 persen Agus Arifin Nu\'mang-Tanribali Lamo,dan 17,6 persen belum menentukan pilihannya.
Arya mengatakan, ”Tingkat elektabilitas di sini cukup ketat. Selisih di antara kedua pasangan paling unggul kurang dari 10 persen. Selisih antara peraih kedua dan ketiga juga sangat tipis.”
Pasangan Nurdin dan Aziz memiliki asosiasi yang kuat kepada Partai Golkar. Sebanyak 50,1 persen mengidentifikasi pasangan itu sebagai calon pemimpin yang diusung Partai Golkar. ”Golkar sudah lama mempertahankan kursi gubernurnya di Sulawesi Selatan. Posisi itu pasti diusahakan sebisa mungkin untuk dipertahankan,” ucap Arya.
Menurut dia, hal itu bisa menjelaskan keunggulan pasangan Nurdin dan Aziz dibandingkan peserta pilkada lain di Sulawesi Selatan. Pasangan itu juga memiliki tingkat popularitas tertinggi. Nurdin dikenal oleh 66,8 persen responden dan Aziz 64,7 persen.
Di sisi lain, tingkat popularitas Nurdin Abdullah dan Andi lebih rendah. Nurdin Abdullah dikenal oleh 57,8 persen responden dan Andi 34,1 persen.
Akan tetapi, dinamika tingkat elektabilitas itu masih bisa berubah. Sebanyak 23,5 persen responden di Sulawesi Selatan menyatakan, ”masih mungkin berubah” pilihannya. Ada pula 9,8 persen yang mengaku ”ragu-ragu” dengan pilihannya.
Survei pilkada serentak
Hasil survei CSIS ini merupakan dua dari lima provinsi yang dipaparkan pada Minggu (13/5/2018) di Jakarta Pusat. Selain Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan, lembaga peneliti itu juga melakukan survei pilkada serentak di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Kelima provinsi itu dipilih karena jumlah penduduknya yang besar. Gabungan jumlah penduduk kelima wilayah itu mencapai sekitar 160 juta jiwa atau sekitar 90 persen dari jumlah total pemilih Pilkada 2018.
Setiap provinsi yang disurvei itu memiliki jumlah responden awal sebesar 1.000 orang. Setelah melalui proses kontrol, jumlah responden yang dinilai valid untuk dianalisis sekitar 900 orang per provinsi.
Mereka adalah warga Indonesia berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan tersebar di seluruh kabupaten/kota provinsi itu sesuai dengan daftar Komisi Pemilihan Umum Daerah. Proses wawancara dilakukan secara tatap muka menggunakan kuesioner oleh pewawancara yang sudah dilatih CSIS sebelumnya.