Teror Bom Gereja di Surabaya Menghina Kemanusiaan
JAKARTA, KOMPAS — Aktivis hak asasi manusia menyatakan, teror bom di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, telah menghina nilai-nilai kemanusiaan. Kelompok yang terlibat dalam teror itu menunjukkan sikapnya menolak keberagaman terjaga di Indonesia.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid di Jakarta, Minggu (13/5/2018), menyampaikan, pembunuhan secara sengaja terhadap warga sipil tak pernah dapat dibenarkan, apalagi jika pembunuhan itu terjadi saat masyarakat yang menjadi korban sedang menjalani aktivitas hidupnya sehari-hari. Itu mengindikasi penghinaan terhadap kemanusiaan.
”Pembunuhan yang menargetkan orang-orang yang sedang menjalani hari-hari hidup mereka itu menunjukkan penghinaan penuh atas prinsip paling fundamental dari hukum internasional,” katanya.
Hingga Minggu sore, ledakan bom yang terjadi di tiga gereja di Surabaya teridentifikasi dilakukan oleh satu keluarga, yakni suami istri dengan melibatkan keempat anak mereka yang masih berusia 18 tahun hingga 9 tahun. Ledakan itu setidaknya menewaskan 13 orang dan 41 orang menderita luka.
Menurut Usman, meskipun hingga saat ini belum ada kelompok teroris yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan di tiga gereja di Surabaya, pemerintah tetap harus mengungkap kelompok di balik terjadinya teror bom tersebut.
”Serangan-serangan ini jelas merupakan sebuah pelanggaran nyata terhadap hukum internasional. Otoritas Indonesia wajib untuk segera menjalankan investigasi yang imparsial dan semaksimal mungkin dalam rangka membawa mereka yang bertanggungjawab ke pengadilan,” katanya.
Setiap pihak ataupun kelompok yang bertanggung jawab atas teror bom di tiga gereja itu harus diproses secara hukum. ”Mereka harus diajukan ke pengadilan dalam persidangan yang memenuhi standar internasional,” katanya.
Muhammadiyah: Aksi di Surabaya Kejahatan atas Kemanusiaan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menyampaikan, teror bom gereja di Surabaya merupakan kejahatan atas kemanusiaan yang tidak mungkin bersendikan nilai agama yang benar.
”Siapa pun pelaku pengeboman tersebut pastilah orang yang membajak nilai-nilai universal agama yang mendamaikan dan mencintai kasih sayang dan persaudaraan antar-sesama,” katanya.
Dahnil, yang sedang berada di Aceh dalam rangka ekspedisi Kebangsaan Menggembirakan Keberagaman itu, pun menyampaikan, pihaknya bersama sejumlah tokoh lintas agama dalam pertemuan yang diadakan Gereja Katolik Hati Kudus di Banda Aceh itu menyatakan tidak akan kalah terhadap teror oleh kelompok-kelompok yang tak menginginkan Indonesia yang beragam tetap terjaga.
”Kami pun menyerukan agar kita bersama-sama terus menjaga Indonesia dari provokasi dan teror,” ucap Dahnil.
Dalam menangani teror bom, Dahnil juga menyampaikan agar Polri dapat segera menangkap siapa pun yang menjadi dalang bom gereja di Surabaya. ”Pelaku harus segera ditangkap agar praktik terorisme seperti saat ini tak kembali terulang,” katanya.
Ika Unpad Kecam Aksi Teroris di Surabaya
Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran (PP Ika Unpad) menyatakan dukacita yang sangat mendalam bagi para korban dan keluarganya.
”Tindakan teroris bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan universal. Kami juga meyakini tidak ada satu agama pun yang membenarkan terorisme. Ika Unpad mengutuk dengan keras tindakan teroris di Surabaya dan di mana pun juga di negeri tercinta Indonesia,” kata Ketua Umum Ika Unpad Hikmat Kurnia dan Sekjen Muradi dalam siaran pers, Minggu malam.
Ika Unpad mendesak Presiden mengeluarkan tindakan yang cepat dan tegas dalam menuntaskan pelaku Tragedi Bom Surabaya dan mengintensifkan sistem deteksi dini terorisme dan memberdayakan segala perangkat negara yang ada agar tidak terjadi lagi tragedi kemanusiaan akibat ulah teroris.
”Kami mendesak dan mendukung institusi penegak hukum untuk berdiri di garda terdepan dalam mengungkap pelaku terorisme sampai ke jaringan dan akar-akarnya,” kata Hikmat.
Ikatan Alumni Prasetiya Mulya
Ikatan Alumni Prasetiya Mulya dalam siaran persnya mengecam dan mengutuk keras segala tindakan terorisme, apapun motif dan latar belakangnya.
"Terorisme ini tidak ada kaitannya dengan agama apapun. Tidak ada satu agama pun yang mengajarkan untuk membunuh warga masyarakat yang tidak berdosa, perempuan, anak-anak dan anggota kepolisian. Jelas bahwa terorisme ini musuh semua agama. Ini adalah sebuah kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak berperikemanusiaan," kata Ketua Umum Ikatan Alumni Prasetiya Dr Harris Turino dan Ketua Dewan Pakar Adharta Ongkosaputra.
Ikaprama juga menyampaikan rasa bela sungkawa yang mendalam bagi keluarga korban atas musibah yang sedang dialami dan mendukung penuh upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan untuk mengusut tuntas kejadian ini sampai ke akar-akarnya. Negara tidak boleh kalah oleh aksi terorisme.
"Ikaprama mengajak setiap komponen bangsa untuk tidak diam dan mendiamkan. Mari kita bersatu melawan terorisme yang ingin menghancurkan Pancasila. Galang solidaritas kemanusiaan, sekaligus tolak segala bentuk kekerasan. Persatuan Indonesia dan keutuhan NKRI terlalu mahal untuk dipertaruhkan. Demi anak cucu kita, sang pemilik masa depan Indonesia yang sebenarnya," kata Harris Turino.
KASI menolak aksi terorisme dipolitisasi
Konferensi Agung Sangha Indonesia atau KASI mengecam keras segala bentuk aksi terorisme, apalagi yang menggunakan agama sebagai dalilnya. Lebih lanjut, KASI menolak isu agama digiring ke ranah politik.
Sekretaris Jenderal KASI Biksu Bhadra Ruci dalam keterangan pers yang diterima Kompas, Minggu, menegaskan, kekerasan terhadap kelompok apa pun tak bisa dibenarkan. Ketika aksi menggunakan agama sebagai topeng pembenaran, ini menunjukkan penjungkirbalikkan peran agama sebab agama yang semestinya menjadi sumber perdamaian dunia malah dijadikan sumber pertikaian dan kebencian antarkelompok.
KASI menyampaikan turut berdukacita kepada keluarga korban. Atas kejadian yang mengganggu kebebasan beribadah dan kehidupan warga negara yang plural dan toleran, KASI mendukung penuh setiap tindakan yang diambil pemerintah, terutama aparat keamanan dalam mengatasi aksi teror, termasuk aksi-aksi serupa di masa depan.
”Mengingat wabah terorisme dan intoleransi semakin kuat menjangkiti individu Indonesia, sudah tiba saatnya bagi kita semua bahu-membahu dalam mendukung pemerintahan yang sah dan menghindarkan diri dari politik adu domba yang picik,” kata Biksu Bhadra Ruci.
Aksi terorisme ataupun isu agama, lanjut Biksu Bhadra Ruci, tak semestinya dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Oleh karena itu, KASI menolak setiap upaya untuk menggiring isu agama ke ranah politik. Peledakan sebuah tempat ibadah adalah aksi yang menyimbolkan pengingkaran terhadap keberadaan Pancasila sebagai dasar negara yang sudah final. Karena itu, aksi ini tak boleh dibiarkan. Segenap rakyat Indonesia harus bersatu melawan aksi-aksi dari pihak mana pun yang berusaha mengubah negara yang bineka ini menjadi entitas politik yang memihak golongan tertentu.
Ketua Umum Majelis Buddhayana Indonesia Piandi dalam siaran persnya juga mengajak semua warga negara untuk bersatu melawan segala bentuk teror, tidak mudah terprovokasi, dan terus menggalang solidaritas kemanusiaan serta menolak kekerasan.
KASI juga mengajak umat Buddha Indonesia tidak berprasangka secara prematur. Justru, saat ini adalah momentum tepat untuk menerapkan ajaran luhur nonkekerasan dan cinta kasih dari Buddha. (*/KSP)