Densus Terus Gerebek Tempat Persembunyian dan Aktivitas Jaringan Teroris
Oleh
Runik Sri Astuti/Iksan Mahar/Dody Wisnu Pribadi
·2 menit baca
SURABAYA,KOMPAS-Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menggerebek tempat persembunyian sel-sel teroris yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Timur, Selasa (14/5/2018). Mereka menangkap belasan orang yang dianggap sebagai terduga pelaku teror dan jaringannya. Tindakan ini diambil untuk mencegah teror susulan setelah bom gereja dan markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, serta bom yang meledak di Sidoarjo.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Frans Barung Mangera mengatakan hingga petang ini, jumlah terduga pelaku teror yang ditangkap sebanyak 13 orang. Dari 13 orang itu, empat ditangkap dalam keadaan meninggal karena ditembak sedangkan sembilan lainnya dalam kondisi hidup. Para pelaku ini ditangkap di Surabaya dan Sidoarjo.
Empat pelaku yang meninggal dunia ditangkap di Sidoarjo. Tim Densus 88 juga menangkap lima pelaku lain di Sidoarjo dan tiga pelaku di Surabaya. Lokasi yang digerebek antara lain Jalan Rajawali dan Jalan Ahmad Yani Surabaya. Adapun di Sidoarjo penangkapan dilakukan di Kelurahan Masangan dan Kelurahan Urang Agung. Densus juga menggerebek sebuah rumah di Kabupaten Malang, Jawa Timur yang diduga ditempati anggota jaringan teroris yang terlibat dalam rangkaian bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo.
Sementara itu, dari penggerebekan di Puri Maharani, Desa Masangan, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo menghasilkan tewasnya satu orang terduga teroris. Terduga teroris dikenal dengan nama Budi Satrio (48), penghuni Blok A4 no 11 RT 13 RW 5 Desa Masangan Wetan, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo.
Ketua RT 13 Supardi mengatakan, sehari-hari Budi hanya hidup berdua dengan istrinya, yang pegawai Kantor Departemen Agama, Surabaya. Hari Senin (14/5), ia mengantar istrinya sekitar pukul 07.00. Sesampai di rumah sekitar pukul 08.00 tom Densus 88 yang sudah menunggu di rumah, berusaha melakukan penangkapan, namun menurut Ketua RT, terdengar ledakan senjata api hingga berujung tewasnya Budi.
Budi dikenal warga sebagai penjual sabun buatan sendiri, dipasarkan sendiri sebagai sabun untuk usaha laundry. "Warga mengenal sebagai lulusan ITS, namun tidak tahu pada jurusan apa," kata Supardi.
Usai terjadi penembakan oleh anggota aparat keamanan yang tampak berpakaian sipil biasa, tanpa senjata laras panjang tanpa helm, kemudian ambulans datang. Seluruhnya hanya berlangsung sekitar dua jam.
Pada pukul 10, aparat keamanan dibawah pengawasan petugas Polsek setempat, meninggalkan lokasi bersama dengan perginya kendaraan ambulans.
Penjelasan Kapolri Tito Karnavian, Budi merupakan bagian dari jaringan JAD Surabaya yang dipimpin Dita, pelaku bom Gereja jalan Arjuno, Surabaya, pada Minggu (13/5), Dita Oepriyanto. Budi bahkan disebut Tito sebagai orang kedua di jaringan JAD Surabaya setelah Dita.