Keuskupan Agung Jakarta: Umat Jangan Takut ke Tempat Ibadah
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keuskupan Agung Jakarta mengimbau umat agar jangan pernah takut untuk melaksanakan ibadah di tempat keagamaan. Masyarakat harus yakin bahwa negara mampu mengatasi ancaman terorisme, khususnya yang terjadi di sejumlah lokasi Surabaya. Selain itu, RUU Antiterorisme perlu segera disahkan agar negara bisa bertindak mengatasi ancaman itu.
Uskup Mgr Ignatius Suharyo mengatakan, umat beragama jangan sampai terprovokasi karena kejadian teror bom di Surabaya. Selain itu, Ignatius menuturkan, untuk mengantisipasi ancaman teror di Jakarta, Keuskupan Agung Jakarta terus berkomunikasi dengan pihak kepolisian. Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, saat ini, kondisi Jakarta Siaga 1.
Peristiwa ledakan bom di tiga gereja di Surabaya bukanlah permasalahan agama. Aksi teror bom ini merupakan tragedi yang mencederai NKRI dan kemanusiaan.
”Contohnya, pada Minggu (13/5/2018), jemaat Gereja Katedral masih melakukan ibadah seperti biasa. Jangan pernah takut melangkahkan kaki ke tempat ibadah. Karena jika kita takut, maka teror tersebut berhasil,” ucapnya dalam konferensi pers Keuskupan Agung Jakarta di Gereja Katedral, Jakarta, Senin (14/5/2018).
Ignatius Suharyo mengemukakan, peristiwa ledakan bom di tiga gereja di Surabaya bukanlah permasalahan agama. Menurut dia, aksi teror bom itu merupakan tragedi yang mencederai NKRI dan kemanusiaan. ”Karena yang diserang bukan hanya gereja, melainkan juga pihak kepolisian, seperti Polrestabes Surabaya. Namun, yakinlah bahwa negara bisa mengatasi ancaman tersebut,” katanya.
Selain itu, Ignatius Suharyo menuturkan, Pemimpin Gereja Katolik Roma Sedunia Paus Fransiskus, pada Minggu, di Vatikan, juga turut menyampaikan rasa prihatin atas teror bom di Indonesia. Di hadapan ribuan jemaat Vatikan, Paus Fransiskus mendoakan Indonesia dan berharap Indonesia bisa mencari langkah-langkah damai.
Di hadapan ribuan jemaat Vatikan, Paus Fransiskus mendoakan Indonesia dan berharap Indonesia bisa mencari langkah-langkah damai.
Ignatius Suharyo juga menyatakan rasa heran perihal tindakan pelaku bom Surabaya yang merupakan satu anggota keluarga. Menurut dia, untuk mencegah kejadian itu, semboyan Bhinneka Tunggal Ika perlu menjadi habituasi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
”Saya heran, mengapa suatu ideologi bisa membuat orang tercuci otaknya, rasa kemanusian bisa hilang, dan tidak sesuai dengan ukuran biasa,” ujarnya.
RUU Antiterorisme
Secara terpisah, Ketua Lembaga Bantuan Hukum Gerakan Pemuda Ansor Abdul Qodir menyampaikan, DPR perlu melanjutkan pembahasan RUU Antiterorisme.
”Kami juga mendukung langkah Presiden RI jika ingin menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti (Perppu) Antiterorisme. Harapan kami, perppu ini bisa memberikan landasan hukum yang kuat bagi aparat negara dalam mencegah dan memberantas terorisme,” ucapnya.
Abdul berharap, warga negara dapat bergotong royong dalam membendung paham radikalisme. Selain itu, para elite harus mengesampingkan kepentingan politik sesaat karena adanya aksi teror bom ini.
Senada dengan Abdul, Ketua Harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Robikin Emhas mengutarakan, pemerintah perlu segera mengesahkan RUU Antiterorisme. ”Undang-undang pemberantasan terorisme yang ada sekarang belum mampu menjangkau sejumlah tindakan. Contohnya, WNI yang kembali ke Indonesia dari luar negeri dan diduga terlibat pelatihan kelompok terorisme belum dapat tersentuh UU terorisme yang ada sekarang,” katanya.