Organisasi Kepemudaan Jawa Barat Kutuk Aksi Teroris di Jawa Timur
BANDUNG, KOMPAS -- Para pemuda dari beberapa organisasi kepemudaan di wilayah Jawa Barat menyatakan sikapnya mengutuk keras aksi terorisme yang dilakukan di sejumlah titik di Kota Surabaya, Jawa Timur pada hari Minggu (13/5/2018), dan hari ini, Senin (14/5/2018).
Mereka berkumpul di lingkungan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Maulana Yusuf, Kota Bandung, Senin (14/5/2018). Selain menyataan sikap menolak tindakan kekerasan dan terorisme, mereka juga menggelar deklarasi damai.
Organisasi kepemudaan yang hadir dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Pemuda Pancasila, Angkatan Muda Siliwangi (AMS), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Bandung, Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gusdurian Bandung, Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), serta Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
“Kami mengutuk keras aksi teroris di beberapa titik di Surabaya sejak hari Minggu dan hari ini yang mengakibatkan banyak korban jiwa, maupun luka-luka. Ini tindakan biadab, sungguh tidak manusiawi. Kami mendukung sepenuhnya pada Polri, jajaran TNI, juga BIN (Badan Intelijen Negara) untuk secepatnya mengungkap tuntas kasus ini supaya dapat memberikan rasa aman kepada seluruh masyarakat Indonesia,” kata Ketua Umum Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Jabar Achyar Al Rasyid di Bandung, Senin (14/5/2018).
Kami mendukung sepenuhnya pada Polri, jajaran TNI, juga BIN (Badan Intelijen Negara) untuk secepatnya mengungkap tuntas kasus ini supaya dapat memberikan rasa aman kepada seluruh masyarakat Indonesia
Koordinator Gusdurian Bandung, Awi Jaya menekankan kepada seluruh elemen masyarakat akan pentingnya keutuhan rumah besar Indonesia dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan menjaga kedamaian.
“Nilai-nilai kedamaian ini harus senantiasa dijaga bersama-sama agar NKRI tetap utuh. Kiranya dari kelompok kecil ini terus bergerak dan berkembang, dan dalam waktu 10 tahun atau 20 tahun ke depan menjadi gerakan massa yang lebih kuat dalam menjaga kedamaian menentang radikalisme dan terorisme,” ujar Awi.
Sementara itu Koordinator Wilayah III Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Theo Cosner Tambunan menekankan, berkumpulknya para pemuda ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak takut, bahkan akan melawan terorisme.
Theo juga meminta pihak DPR segera merampungkan pembahasan revisi Undang-Undang Antiterorisme untuk memberikan kewenangan lebih besar kepada aparat hukum mencegah aksi terorisme.
“Teror bom di Surabaya merupakan kejadian luar biasa, maka perlu segera dituntaskan revisi undang-undang antiterorisme. Jika DPR tetap lambat, kami mendukung langkah Presiden untuk mengeluarkan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang),” kata Theo.
Penyataan resmi
Secara terpisah Rektor Universitas Padjadjaran Tri Hanggono Achmad dan Rektor Institut Teknilogi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi juga mengeluarkan pernyataan resmi mengecam aksi teroris di Markas Komando Brigade Mobil Polri, di Kelapa Dua, Depok, Jabar Barat, tanggal 8-10 Mei 2018, serta teror bom di Surabaya.
“Atas nama pimpinan dan warga Unpad, kami sampaikan keprihatinan atas tindakan terorisme yang sungguh keji,” kata Hanggono.
Atas nama pimpinan dan warga Unpad, kami sampaikan keprihatinan atas tindakan terorisme yang sungguh keji
Menurut Hanggono, Ramadan dapat menjadi momentum untuk bersama-sama membangun kebaikan. Apabila segenap elemen bangsa bersama membangun kebaikan, diharapkan segala bentuk kejahatan dapat diperangi.
“Ramadan dapat menjadi momentum untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Setiap masyarakat dan golongan harus membangun sikap sinergis dan membangun nilai-nilai positif,” ujarnya.
Sementara itu Kadarsah mengajak segenap elemen bangsa untuk menjunjung tinggi perdamaian dan kerukunan demi menjaga keutuhan NKRI.
“Sikap toleransi juga senantiasa supaya dipelihara didasari oleh semangat persaudaraan sebagai sesama anak bangsa,” ucap Kadarsah.
Kadarsah juga mengimbau semua komunitas ITB dan seluruh insan pendidikan tinggi untuk tetap memelihara suasana kampus yang kondusif, serta tidak terhasut oleh tindakan dan perilaku yang akan mengancam perdamaian dan persatuan bangsa.
Sikap toleransi juga senantiasa supaya dipelihara didasari oleh semangat persaudaraan sebagai sesama anak bangsa
Perempuan dan anak-anak
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Suhardi Alius di kampus ITB, Bandung, tanggal 10 Februari lalu sudah mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap kelompok radikal yang memanfaatkan atau menyasar kalangan perempuan dan anak-anak untuk dijadikan kader.
“Dalam aspek strategis taktis, perempuan sebagai pelaku teror dinilai lebih aman, dan tidak mudah dicurigai. Perempuan juga dinilai lebih militan dalam menjalankan aksi,” kata Suhardi.
Salah satu bukti kasus ketika ditemukan bom panci di Bekasi, Jabar, tanggal 10 Desember 2016. Skenarionya ketika itu, para teroris akan menyerang depan Istana Merdeka saat pergantian pasukan pengamanan presiden, dan pelaku salah satunya adalah perempuan.
Sebagaimana kejadian teror bom, hari Minggu, pekan lalu, yang mengguncang tiga gereja di Surabaya. Pelaku merupakan satu keluarga terdiri atas enam orang, yaitu ayah, ibu, dan keempat anaknya (dua laki-laki dan dua perempuan).