Jakarta, Kompas-Slot orbit satelit di 123 Bujur Timur di atas Sulawesi dan Katulistiwa harus dipertahankan karena kebutuhan teknologi. Upaya negosiasi pun dilakukan untuk menghadapi tuntutan PT Avanti Communication Group di pengadilan arbitrase di Inggris.
“Saya diperintahkan presiden dua tahun lalu untuk mempertahankan slot 123 derajat Bujur Timur sampai 2020,” kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Senin (14/5), di Jakarta.
Menurut Ryamizard, satelit itu sangat penting untuk kebutuhan teknologi masa depan. Slot tersebut jatah untuk satelit jenis L-band dengan rentang frekuensi 1-2 GHz yang penting untuk komunikasi mobile, telekomunikasi, dan surveillance. “Setelah 2020, kita usahakan beli satelit, dan tak sewa. Urusan keuangan, saya belum tahu karena tugas saya pertahankan slot,” kata Ryamizard.
Hingga kini, tambah Ryamizard, Kementerian Pertahanan tengah mengupayakan negosiasi dengan PT Avanti. Perusahaan komunikasi berbasis di Inggris itu mengajukan tuntan ke Kemhan karena tak dapat penuhi pembayaran sewa satelit sejak akhir 2016-2017. Avanti kemudian menghentikan kontrak dan memperkarakan Pemerintah RI ke Pengadilan Arbitrase Internasional di Inggris. Hingga 30 Juni 2017, total tagihan yang belum dibayar Kemhan 16,8 juta dollar Amerika Serikat. ”Selama ini, tak ada bantahan dari Pemerintah RI dan kami yakin tuntutan ini bisa dipenuhi di arbitrase”, demikian laporan Avanti Desember 2017. (Kompas, 6 April 2018).
Dirjen Kekuatan Pertahanan Kemhan Bambang Hartawan menjelaskan, soal ini berawal 2015 ketika Satelit Garuda sebuah perusahaan swasta Indonesia keluar orbit. Akibatnya, terjadi kekosongan pada orbit 123 derajat Bujur Timur. International Telecommunication Union (ITU), badan di bawah PBB mengatakan, negara yang bersangkutan wajib mengisi kembali dengan satelit lain dalam waktu tiga tahun. Jika gagal, slot akan diberikan ke negara lain. “Menhan lalu ditugaskan presiden mengisi kekosongan,” kata Bambang terkait rapat 4 Desember 2015.
Pertimbangannya, kategori untuk slot adalah satelit L-band. Hal ini sangat strategis karena hanya sekitar delapan negara yang punya slot satelit. Slot L-band sangat penting untuk pertahanan karena bisa dipakai pada cuaca apapun. Namun, jumlahnya tak banyak. Kebetulan ada satelit Artermis milik Avanti yang akan habis bahan bakarnya 2019. Oleh karena itu, Kemhan menyewa satelit Artemis dengan nilai sewa 30 juta dollar AS. Avanti akan menempatkan satelit Artemis pada 12 November 2016. “Kita sambil tandatangani dengan Airbus untuk buat satelit baru selesai 2019,” katanya.
Namun, perjalanannya tak mulus. Satelit Airbus tak pernah dibayar sehingga kontrak dianggap ditunda. Sementara, pembayaran satelit Avanti juga tak sesuai kontrak, sehingga perusahaan itu menarik Artemis dari 123 BT November 2017. Bambang mengatakan, saat menyelamatkan orbit 123 situasi dalam kondisi tak normal karena slot harus segera diisi. Tapi begitu selesai masalah keuangan terjadi. “Kita sedang nego dengan Kemenkeu. Kita komitmen bayar, tapi rupanya Avanti menuntut,” katanya.
Saat ini, orbit 123 BT dalam keadaan kosong dan tak ada satelitnya. Namun, Indonesia punya waktu hingga 2020 untuk mengisi satelit. Masalahnya, membuat satelit butuh tiga tahunan. Sedangkan jika slot diambil alih negara lain, harus mengantri lagi. Dirjen Perencanaan Pertahanan Tata Endrataka mengatakan, memang ada masalah terkait anggaran, yang dibahas pemerintah.