"Saya terima nikahnya Anita Puspita Ningrum dengan mas kawin Bendera Merah Putih dan pembacaan teks Pancasila serta seperangkat alat shalat dibayar tunai,” kata Arwan Vemberianto (36), warga Giwangan, Kota Yogyakarta, di hadapan penghulu dan saksi. ”Sah, Merdeka,” seru hadirin prosesi janji nikah kedua mempelai.
Prosesi pengucapan janji nikah itu disaksikan tak hanya oleh kerabat para mempelai. Wisatawan asing dan domestik yang kebetulan melintas ikut memeriahkan dengan riuh rendah. Entah itu memotret atau berhenti dan bersorak-sorai begitu janji nikah diucapkan.
Arwan dan Anita (18) adalah salah satu pasangan peserta nikah massal bertajuk ”Nikah Bareng Indonesiana” di depan Gedung DPRD DIY, Jalan Malioboro, Yogyakarta, Senin (14/5/2018). Mereka mengucap janji di atas mobil rantis (kendaraan taktis) Satuan Brigade Mobil Polda DIY bersama 10 pasangan lain.
Wajah Arwan tampak berseri-seri seusai mengucapkan janji suci kepada Anita. Sementara Anita tersenyum malu-malu sambil menggandeng tangan suaminya setelah turun dari panggung nikah. Keduanya tampak menawan dengan pakaian adat dari Riau berwarna kuning.
”Tidak pernah seperti ini. Pancasila diucapkan di janji nikah, jantung saya juga ikut berdebar. Rasanya seperti ikut juga berjuang untuk bangsa Indonesia,” tutur Arwan sambil masih memegang erat tangan istrinya.
Ke-11 pasangan itu membaca Pancasila dari sila pertama hingga kelima sebelum naik ke atap mobil rantis. Satu per satu sila dibaca dengan lantang. Lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” juga menjadi lagu pembuka.
Anita mengatakan, unsur nasionalisme yang dihadirkan melalui mahar berupa bendera Merah Putih dan pembacaan Pancasila itu membuatnya selalu ingat terhadap kecintaannya kepada negara ini. ”Pancasila menjadi bagian dalam prosesi sakral pernikahan. Kami akan selalu ingat itu,” kata Anita.
Selalu tumbuh
Pasangan lain, Doni Setiawan (25) dan Nopfita Sari Wijayanti (23), mengatakan hal senada. Keduanya menganggap nasionalisme itu akan selalu bertumbuh dan terus dijaga. Mereka berharap penyertaan dasar dan bendera negara itu bisa melandasi keluarga bernapaskan Pancasila.
”Itu akan menjadi dasar bagi kami untuk mengajari anak- anak kami. Ini harus bisa kami teruskan kepada anak-anak kami. Begitu juga anak-anak kami kepada cucu-cucu kami nantinya. Kesatuan ini harus terus kita jaga. Setidaknya dari keluarga kami sendiri,” tutur Doni.
Staf Ahli Wali Kota Yogyakarta Bidang Umum Tri Widayanto, yang membacakan sambutan tertulis Wali Kota Yogyakarta, tertarik dengan unsur nasionalisme dalam pernikahan. Menurut Tri, nasionalisme sudah seharusnya dipupuk dari tingkat terdasar. ”Mungkin, dengan dikaitkan dalam pernikahan ini, bisa menciptakan dan menguatkan embrio-embrio keluarga yang berdasarkan pada Pancasila,” kata Tri.
Ketua Forum Taaruf Indonesia Sewon RM Ryan Budi Nuryanto, sebagai penggagas acara itu, menuturkan, dimasukkannya unsur nasionalisme itu memang bertujuan untuk merawat Pancasila dan Keutuhan Negara Kesatuan RI.
”Pancasila itu harus ditanamkan di dalam keluarga. Itu adalah yang paling dasar dari masyarakat. Kalau keluarga saja sudah didasari Pancasila dan nasionalisme, kesatuan pasti terjaga,” tuturnya.
Menurut Ryan, hal itu menjadi penting karena ancaman terhadap kesatuan Indonesia terus muncul. ”Harapannya, keluarga ini menjadi benteng pertama dan utama penjaga Pancasila. Agar Pancasila benar-benar dimiliki rakyat,” ucap Ryan.
Penanaman nilai nasionalisme tak selalu dilakukan oleh pemerintah. Nilai itu sejatinya juga tumbuh di masyarakat dan selalu berusaha ditularkan secara mandiri melalui organisasi yang berkembang dalam masyarakat tersebut.