Keluarga dan Sekolah Harus Berkolaborasi Tangkal Radikalisme
Oleh
Ester Lince Napitupulu
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai tri pusat pendidikan perlu berkolaborasi dalam menangkal radikalisme dan intoleransi yang menjadi ancaman besar bangsa saat ini. Peran tri pusat pendidikan yang sejalan ini membantu siswa memahami situasi yang terjadi dan mengembangkan sikap dan perilaku yang mampu menerima keberagaman dalam kehidupan bangsa.
Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sukiman, di Jakarta, Selasa (15/5/2018), mengatakan, edukasi bagi para orangtua serta sekolah dan guru dalam mendampingi anak untuk memahami ancaman radikalisme dan intoleransi menjadi salah satu bahasan dalam pendidikan keluarga yang dikembangkan Kemendikbud. Ada panduan tertulis maupun video singkat bagi orangtua serta guru untuk mengkomunikasikan soal isu radikalisme yang saat ini menjadi perhatian serius.
Kemdikbud menyediakan panduan tertulis maupun video singkat bagi orangtua serta guru untuk mengkomunikasikan soal isu radikalisme yang saat ini menjadi perhatian serius.
Sukiman mengatakan, orangtua dapat membahas isu terorisme yang terjadi bersama anak. Dimulai dengan menanyakan apa yang mereka pahami.
Dianjurkan pula agar orangtua menjauhkan anak dari paparan televisi dan media sosial yang menampilkan adegan atau gambar yang mengerikan bagi anak. "Berikan rasa aman pada anak. Bangun kehidupan bersama sejk di rumah yang menghargai perbedaan dan keragaman sehingga terbangun sikap toleran dan nenghargai sesama umat manusia," kata Sukiman.
Dalam memperkuat peran keluarga, komunitas para orangtua Menata Keluarga (Emka), kata pendirinya Melly Kiong, membiasakan para orangtua jadi teladan
bagi anak.
"Di dalam komunitas di tiap daerah, kami biasakan untuk berdoa dengan agama yang berbeda secara bergantian setiap hari. Kami harus mengamini doa yang disebarkan di grup sesuai keyakinan masing-masing. Dengan biasa menerima doa yang berbeda, para orang tua menjadi teladan dalam menerima dan menghargai keragaman," kata Melly.
Pelajaran penting
Secara terpisah di Surabaya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, tragedi kemanusiaan akibat aksi terorisme di Surabaya juga menjadi pelajaran penting bagi semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan.
“Terutama kepala sekolah, penting untuk mewaspadai agar jangan sampai ada korban dari anak-anak yang masih punya masa depan. Kejadian ini akibat dari doktrin yang menyesatkan, terutama pengaruh dari gerakan radikal dan teror,” kata Muhadjir.
Muhadjir mengimbau agar sekolah dan orangtua dapat menguatkan hubungan satu sama lain, sebagai bagian dari tri pusat pendidikan dan penguatan pendidikan karakter (PPK). “Kami ingin agar sekolah punya data lengkap hubungan antara siswa dengan orang tua, dan hubungan orang tua dengan sekolah,” ujar Muhadjir.
Terbangunnya hubungan yang baik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, ujar Muhadjir, dapat membantu sebagai upaya pencegahan. "Jika ada perilaku menyimpang, baik oleh siswa atau pun orangtua, bisa segera diketahui," kata Muhadjir.
Muhadjir mengutuk peristiwa peledakan bom di Surabaya yang melibatkan anak-anak sebagai pelaku. “Apapun alasannya, apapun keyakinannya, mengorbankan anak adalah suatu yang sangat dilarang di dalam ajaran apapun agamanya. Dan saya termasuk mengutuk apa yang telah terjadi itu, dan jangan diteruskan modus-modus yang sangat mengerikan ini,” katanya.