Kereta Bandara Soekarno-Hatta Sepi Penumpang
JAKARTA, KOMPAS — Selama hampir lima bulan beroperasi, kereta Bandara Soekarno-Hatta baru mengangkut rata-rata 2.628 penumpang per hari. Jumlah penumpang tersebut masih jauh dari kapasitas angkut yang dimiliki kereta bandara saat ini, yaitu 19.040 penumpang per hari.
Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto, saat ditemui, di Jakarta, Rabu (16/5/2018), mengatakan, rata-rata jumlah penumpang pada Senin-Kamis dan Sabtu-Minggu mencapai 2.400 orang. Adapun jumlah penumpang pada Jumat sekitar 4.000 orang.
PT Railink adalah perusahaan operator KA Bandara Soekarno-Hatta. Proyek KA bandara merupakan proyek yang didanai dari investasi PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero).
”Saat ini kami baru beroperasi dengan 70 perjalanan KA sehari, di mana satu rangkaian kereta memiliki kapasitas 272 kursi,” kata Heru. Dengan demikian, kereta bandara secara keseluruhan baru mengisi 13,8 persen dari kapasitas angkut yang dimilikinya dalam satu hari.
Menanggapi masih rendahnya jumlah penumpang, Heru mengatakan, perusahaan terus berupaya meningkatkan daya saing, sosialisasi, dan program pemasaran kepada masyarakat. ”Memang proyek kereta bandara belum sempurna,” ujar Heru.
Kepala Humas Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Eben Torsa, secara terpisah, menyatakan, jumlah penumpang kereta bandara masih sedikit karena masih memasuki masa pembentukan permintaan pasar. Masyarakat belum semuanya mengetahui tersedia moda transportasi publik yang berjadwal, aman, dan terjangkau.
Selain itu, jadwal keberangkatan juga masih belum terintegrasi dengan jadwal puncak keberangkatan pesawat. Hal itu juga memengaruhi rendahnya peminat kereta bandara.
Stasiun BNI City terlihat sepi sekitar pukul 13.30. Hanya ada 13 calon penumpang yang terlihat menunggu di ruang tunggu depan gerbang check in.
Fitri (27) dan Billy (28), calon penumpang dari Bogor, Jawa Barat, menyatakan, mereka baru kali pertama ini naik kereta bandara karena penasaran. ”Tetapi, dari segi kepraktisan dan harga, lebih enak naik bus dari Bogor,” ujar Fitri.
Ia menjabarkan, hanya perlu naik bus dari Cimangkok, Bogor, dengan harga Rp 40.000, ia dapat tiba di bandara dalam dua setengah jam.
Adapun dengan kereta bandara, ia dan Billy membutuhkan waktu sekitar 75 menit naik kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek ke Stasiun Sudirman. Setelah itu, mereka membutuhkan waktu beberapa menit untuk berjalan ke Stasiun BNI City.
Dari Stasiun BNI City, ia harus menunggu sekitar 40 menit untuk menunggu kereta yang akan datang pukul 14.21. Dari situ, ia memperkirakan tiba di bandara dalam waktu 1 jam.
Dengan demikian, waktu tempuh yang Fitri dan Billy butuhkan dari tempat tinggal ke bandara menggunakan kereta hampir sama ketika menggunakan bus. Namun, mereka harus berganti moda transportasi berkali-kali jika menggunakan kereta.
Pengamat tata kota dan dosen Teknik Planologi Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menyatakan, interkoneksi menjadi kunci utama untuk menarik penumpang.
”Masyarakat ingin pilihan yang cepat. Mereka ingin langsung tiba di bandara atau pulang ke rumah,” katanya.
Keberadaan mobil dan bus masih menjadi pilihan utama masyarakat saat ini. Yayat menyatakan, kereta bandara dapat semakin diminati ketika pembangunan mass rapid transit Jakarta dan pengembangan Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, selesai.
MRT membantu penumpang langsung menuju Stasiun BNI City. Adapun Stasiun Manggarai merupakan sentra interkoneksi kereta dan moda transportasi lainnya sehingga calon penumpang kereta bandara dapat naik dari stasiun itu untuk menuju bandara.
Heru memprediksi, dalam 2-3 tahun ke depan, jumlah penumpang kereta bandara akan meningkat setelah Stasiun Manggarai selesai dibangun.
KA Bandara Soekarno-Hatta kini memiliki waktu antara (headway) atau waktu tunggu setiap 30 menit sejak 29 Maret 2018. Kereta bandara menempuh perjalanan sekitar 46 menit, dengan rute Stasiun BNI City (Sudirman Baru), Stasiun Batuceper, dan Stasiun Bandara Soetta.
Kereta bandara pada awalnya hanya melayani 42 perjalanan ketika resmi beroperasi pada 2 Januari 2018. Perjalanan yang lalu memiliki lama perjalanan sekitar satu jam, dengan waktu antara rata-rata satu jam. Heru menjabarkan, penambahan jumlah perjalanan meningkatkan jumlah penumpang 35-40 persen.
Upaya
Heru mengungkapkan telah berupaya meningkatkan jumlah penumpang dengan berbagai cara. Ia telah bersurat kepada Kementerian Perhubungan agar kereta bandara juga berangkat ke Stasiun Bekasi, Jawa Barat, pada 1 Juni 2018. Pemberangkatan KA bandara ke Bekasi diharapkan dapat menjaring penumpang dari Bekasi, Cirebon, dan Bandung.
Sementara itu, kereta juga direncanakan berangkat dari Stasiun Jakarta Kota tahun depan. Menurut Heru, pengembangan jalur kereta dapat mempermudah akses penumpang menuju bandara tanpa harus menuju Stasiun BNI City terlebih dahulu.
Selain itu, rencana penambahan tiga kereta layang (skytrain) dapat mengurangi waktu menunggu penumpang ketika menunggu transportasi lanjutan ke bandara setelah turun dari kereta. Penambahan jumlah skytrain diperkirakan memangkas waktu antara menjadi 5 menit, sebelumnya adalah 13 menit. Semua itu dilakukan demi meningkatkan kenyamanan penumpang.