JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah indikator menunjukkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2018 hingga hari ini menunjukkan kinerja cukup baik. Pemerintah optimistis mampu mengejar realisasi sesuai skenario makro hingga akhir 2018.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati memaparkan sejumlah capaian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga April 2018. Dari sisi defisit anggaran, tercatat Rp 55,1 triliun atau turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 72,2 triliun.
”Meski terdapat potensi gejolak harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah, defisit diperkirakan tetap terjaga pada kisaran 2 persen, bahkan lebih rendah,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Capaian makro hingga April 2018 tercatat, inflasi berada pada 3,4 persen, tingkat suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 4,1 persen, dan harga minyak mentah 64,1 dollar AS per barrel.
Dengan belanja dan pendapatan yang baik, kata Sri Mulyani, realisasi pembiayaan anggaran telah terealisasi sebesar 57,9 persen atau Rp 188,7 triliun dari target. Hingga April 2018, belanja negara sudah mencapai Rp 582,9 triliun atau 26,3 persen dari total anggaran belanja yang sebesar Rp 2.220 triliun.
Dari sisi penerimaan negara, total sepanjang Januari-April 2018 penerimaan negara mencapai Rp 527,8 triliun atau 27,9 persen dari target penerimaan sepanjang tahun ini yang senilai Rp 1.894 triliun.
Penerimaan dari pajak dan bea cukai mencapai Rp 416,9 triliun, penerimaan nonpajak sebesar Rp 109,9 triliun, dan hibah Rp 1 triliun.
”Kementerian Keuangan juga memastikan sejumlah kebijakan dan insentif fiskal yang akan diberikan pemerintah untuk mendorong investasi dan ekspor akan terus diperkuat,” ujarnya.
Belanja pemerintah pusat untuk kementerian atau lembaga (K/L) ataupun non-K/L sebesar Rp 331 triliun dan transfer dana ke daerah dan dana desa sebesar Rp 251,9 triliun.
Meski demikian, terdapat sejumlah capaian realisasi APBN yang masih jauh dari asumsi makro, di antaranya nilai tukar rupiah yang realisasinya hingga April berada di level Rp 13.631 per dollar AS juga berada di bawah asumsi makro sebesar Rp 13.400 per dollar AS.