Ambrosius Harto/Angger Putranto/Dody Wisnu Pribadi/Gregorius M Finesso
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kementerian Sosial memberikan santunan tahap pertama kepada korban ledakan bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, sebesar Rp 345 juta. Santunan diberikan kepada keluarga dari 13 korban meninggal dan 30 korban luka-luka, yang telah teridentifikasi dan sudah pulang ke rumahnya.
Para ahli waris menerima santunan Rp 15 juta untuk korban meninggal dan maksimal Rp 5 juta untuk korban luka. Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, bantuan serupa nantinya juga diberikan bagi anak-anak terduga teroris. ”Kami juga harus memikirkan bagaimana kelangsungan hidup mereka, pendidikan mereka harus diperhatikan,” katanya.
Tiga korban selamat dari teror bom di Surabaya juga mendapatkan santunan dari BPJS Ketenagakerjaan. Penerima santunan adalah Nursin (56) dan Siti Mukarimah (25), keduanya korban teror bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno; dan Yesaya Bayang (40), petugas satpam di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro. Nursin adalah pegawai toko kue yang saat kejadian melintas di Jalan Arjuno. Adapun Siti merupakan perawat RS William Booth yang dalam perjalanan pulang melintas Jalan Arjuno ketika teror bom terjadi.
Yesaya dirawat karena patah tulang dan kehilangan sebagian jaringan daging pada kaki. Ia mencegah perempuan pelaku teror bom bersama dua anak perempuan meledakkan diri di depan gereja. Upaya Yesaya mencegah bertambahnya korban sipil.
Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Krishna Syarif mengatakan, kondisi Yesaya dan Siti membaik dan dirawat di RSAL Dr Ramelan. BPJS menganggap kejadian yang dialami Yesaya, Siti, dan Nursin memenuhi kriteria kecelakaan kerja. Untuk itu, BPJS memberikan santunan lengkap, yakni biaya pengobatan, 100 persen gaji selama 6 bulan, 75 persen gaji selama 6 bulan berikutnya, dan 50 persen gaji seterusnya. Mereka juga diupayakan dipekerjakan kembali.
Sementara itu, kabar bohong dan teror palsu terus merebak di Surabaya di tengah upaya pemulihan situasi keamanan pasca-sejumlah ledakan bom. Polisi berjanji menindak tegas siapa saja yang bercanda atau mengabarkan berita bohong terkait teror.
Warga Surabaya, sepanjang Jumat (18/5/2018) mendapati tiga kabar terkait teror. Warga Medokan dan Gunung Anyar dihebohkan dengan kabar penangkapan teroris di sekitar Universitas Pembangunan Nasional. Sementara di kawasan Tanjung Perak, Surabaya, juga meluas kabar soal penemuan bom. Kedua kabar tersebut ternyata hanya kabar bohong.
Adapun di Pintu Tol 7 Sidoarjo, petugas mendapatkan laporan penemuan benda mirip bom yang dilengkapi detonator. Penemuan benda mirip bom tersebut pertama kali diketahui petugas pintu tol sekitar pukul 11.15. Dampak dari penemuan benda tersebut, gerbang Tol Sidoarjo sempat ditutup. Penemuan benda tersebut langsung ditangani Gegana Brimob Polda Jatim dengan cara diledakkan.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Komisaris Besar Frans Barung Mangerang membenarkan penemuan benda menyerupai bom di Gerbang Tol Sidoarjo. Namun, ia memastikan benda itu bukan bom dan tidak mengandung bahan peledak.
”Barang mirip bom itu aksi orang iseng. Kami mengimbau masyarakat tidak bercanda atau menyebarkan kabar bohong terkait aksi teror. Kami tidak akan segan menangkap dan memproses hukum,” katanya.