JAKARTA, KOMPAS — Dengan waktu penyelenggaraan Asian Para Games 2018 kurang dari empat bulan lagi, pemusatan latihan nasional atlet paralimpiade Indonesia belum bisa optimal. Pasalnya, hingga saat ini, Komite Paralimpiade Indonesia belum bisa membeli peralatan untuk para atlet tersebut. Hal itu disebabkan Kementerian Pemuda dan Olahraga belum juga menerbitkan petunjuk teknis penggunaan anggaran untuk membeli peralatan tersebut.
Ketua Umum Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia Senny Marbun seusai mengikuti Rapat Pleno Panitia Penyelenggara Asian Para Games Indonesia (Inapgoc) di Jakarta, Sabtu (19/5/2018), mengatakan, NPC Indonesia sudah mendapatkan anggaran untuk membeli peralatan sebesar Rp 18 miliar sejak dua bulan lalu. Namun, hingga sekarang, mereka belum berani menggunakan anggaran tersebut.
Hal itu akibat belum ada petunjuk teknis mengenai mekanisme pembelian barang, mengeluarkan uang, dan membuat pelaporan penggunaan anggaran tersebut. ”Ini sudah kami minta berkali-kali. Kami tidak berani menggunakannya (anggaran) sekarang kalau tidak ada juknis (petunjuk teknis) itu. Kalau sembarangan, kami takut jadi temuan (pelanggaran),” ujar Senny.
Sejatinya, sekitar Rp 14 miliar dari Rp 18 miliar anggaran itu akan digunakan untuk membeli 28 kursi roda baru untuk sejumlah atlet, antara lain atlet anggar, basket, tenis lapangan, tenis meja, dan sprinter. Keberadaan kursi roda itu sangat mendesak untuk meningkatkan peforma para atlet yang cenderung sudah berkembang dengan baik.
Kursi roda itu ibarat sepatu baru bagi atlet penggunanya.
”Kursi roda itu ibarat sepatu baru bagi atlet penggunanya. Kalau sudah usang, mereka pasti tidak bisa optimal. Untuk itu, butuh peralatan yang baru,” kata Senny.
Kini, kata Senny, NPC Indonesia berharap petunjuk teknis tersebut segera terbit. Sebab, Asian Para Games sudah tak lama lagi, yakni dilaksanakan di Jakarta pada 6-13 Oktober. Adapun atlet minimal butuh waktu satu bulan untuk adaptasi dengan peralatan baru. ”Kalau semakin berlarut, nanti atlet tidak punya kesempatan lagi beradaptasi dengan peralatan baru,” tuturnya.
Di sisi lain, Senny menyampaikan, juknis itu pun harus mengatur mekanisme yang lebih memudahkan NPC Indonesia untuk bisa cepat menyediakan peralatan baru tersebut. Pasalnya, bila mengacu pada peraturan lama, pengadaan peralatan seharga lebih dari Rp 50 juta harus menggunakan mekanisme lelang.
Sementara harga kursi roda khusus atlet itu bisa mencapai Rp 60 juta-Rp 120 juta per unit. ”Kalau disuruh lelang lagi, waktunya sudah tidak cukup. Lelang saja bisa memakan waktu 2-3 bulan. Belum lagi menunggu kedatangan peralatan dari luar negeri ke Indonesia. Untuk itu, bila juknis dibuat, kami berharap aturannya lebih sederhana dan memudahkan,” ujar Senny.
Menyambut Asian Para Games, NPC Indonesia menyiapkan sedikitnya 300 atlet yang akan berlaga di 18 cabang olahraga yang direncanakan mempertandingkan 456 nomor pertandingan. Adapun Indonesia menargetkan tembus lima besar di Asian Para Games ketiga itu. Hanya saja, NPC Indonesia belum bisa menyebutkan target jumlah medalinya.
Saat membuka ramah-tamah seusai Rapat Pleno Inapgoc, Ketua Inapgoc Raja Sapta Oktohari menuturkan, Inapgoc telah menyampaikan keluhan tersebut kepada Kementerian Pemuda dan Olahraga. ”Dari hasil pertemuan terakhir, Kemenpora telah memberikan lampu hijau untuk segera menerbitkan juknis itu,” katanya.
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi mengutarakan, pihaknya tidak akan pilih-pilih dalam memberikan perhatian untuk atlet yang berlaga di Asian Games dan Asian Para Games. Mereka berkomitmen mendukung dan menyelesaikan sepenuhnya semua kendala yang masih dihadapi para atlet, terutama di pelatnas Asian Para Games.
”Kedua ajang itu mempertaruhkan nama bangsa sehingga kami harus mempersiapkannya dengan optimal. Lebih-lebih Asian Para Games yang juga mengusung misi kemanusiaan,” kata Imam.
Rencana uji coba
Dalam kesempatan tersebut, Raja mengumumkan, Inapgoc akan melaksanakan uji coba kejuaraan di Jakarta pada 25 Juni-3 Juli. Uji coba itu akan dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki kekurangan dari sistem penyelenggaraan.
Kejuaraan akan mempertandingkan lima cabang olahraga, yakni para atletik, para badminton, para renang, para tenis meja, dan basket kursi roda. Kelima cabang itu akan dimainkan pada level nasional, internasional dengan undangan, dan internasional terbuka.
Sampai saat ini sudah ada 12 negara yang akan ikut kejuaraan. Peserta berasal dari Asia dan Eropa. ”Yang sudah daftar Malaysia, Thailand, Hong Kong, Inggris, Korea Selatan, dan Belanda, sisanya tinggal mengonfirmasi saja,” ujar Raja.
Raja mengatakan, persiapan kejuaraan sudah mencapai 90 persen. Sisa 10 persennya akan dikerjakan dalam sisa waktu 38 hari menjelang pertandingan, antara lain persoalan perekrutan panitia.
Pada penyelenggaraan Asian Para Games di Jakarta, 6-13 Oktober, akan ada 43 negara yang tergabung. Sedikitnya, ajang tersebut akan diikuti 3.329 atlet, 1.500 ofisial, 500 awak media, dan melibatkan lebih kurang 10.000 sukarelawan serta tenaga kerja.
Imam menambahkan, Asian Para Games merupakan ajang untuk membuktikan jiwa kemanusiaan Indonesia. ”Ini untuk warisan bahwa Indonesia ramah penyandang disabilitas,” katanya.
Atas dasar itu pula, Imam mengatakan, mulai saat ini, pihaknya meminta promosi Asian Para Games berbarengan dengan promosi Asian Games. ”Kami ingin setiap iklan Asian Games, di sebelahnya ada logo Asian Para Games juga. Ini harus dilakukan karena sama-sama ajang membanggakan Indonesia,” tuturnya.
Mengenai promosi bersama, Okto menyetujui hal itu. Menurut dia, ajang yang sama-sama diselenggarakan Indonesia itu butuh komunikasi bersama. Apalagi, ini merupakan momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan semangat kemanusian di tengah situasi serangan terorisme yang terus menghantui akhir-akhir ini.