Sejumlah tradisi berkembang di masyarakat untuk menyambut datangnya Ramadhan. Tradisi tersebut dianggap penting untuk dijalankan, seperti ziarah kubur, bermaaf-maafan, hingga berbagi rezeki.
Oleh
MB DEWI PANCAWATI/LITBANG KOMPAS
·3 menit baca
Kedatangan bulan yang penuh kebaikan dan keberkahan ini selalu ditunggu-tunggu umat Muslim. Bagi masyarakat Indonesia, sebelum memasuki Ramadhan, perlu kesiapan jasmani dan rohani.
Tiga dari empat responden dalam survei Kompas menganggap penting menjalankan tradisi menjelang Ramadhan.
Dari responden yang menganggap penting, sebagian besar (75 persen) juga pernah melakukannya. Delapan dari 10 responden yang pernah menjalani tradisi pun mengaku terbiasa melakukannya setiap memasuki Ramadhan.
Hal yang terbiasa dilakukan oleh masyarakat Jabodetabek jelang Ramadhan adalah ziarah kubur. Ini dilakukan hampir separuh responden. Tujuannya, mendoakan keluarga yang meninggal. Selain itu, juga sebagai pengingat akan kematian sehingga melembutkan hati dan mengurangi kesenangan duniawi.
Tradisi ziarah kubur menjelang Ramadhan dilakukan juga oleh masyarakat di daerah lain. Orang Jawa Tengah dan Jawa Timur menyebutnya dengan “nyadran” atau “nyekar”. Adapun "munggahan" menjadi istilah bagi orang Sunda.
Tak heran, pemakaman di Jabodetabek dipadati peziarah menjelang bulan puasa, antara lain terlihat di TPU Karet, Pondok Ranggon, dan Tanah Kusir.
Berbagi makanan
Selain ziarah kubur, masih ada beberapa kebiasaan lain yang dilakukan warga Jabodetabek sebelum puasa. Berbagi makanan kepada tetangga atau orang yang dituakan adalah tradisi lainnya yang sering dilakukan masyarakat. Meskipun sudah jarang dilakukan oleh masyarakat di perkotaan, namun sebanyak 15,2 persen responden masih kerap melakukan hal ini.
Masyarakat Betawi mempunyai istilah khusus untuk aktivitas berbagi makanan, yakni tradisi Nyorog. Tradisi tersebut dilakukan dengan mendatangi sanak keluarga dengan memberi bingkisan makanan seperti roti atau kue, sirup, kopi, susu, gula, dan kurma.
Kebiasaan ini juga dilakukan Aceh dan Sumatera Barat dengan isitlah berbeda. Masyarakat Aceh memasak daging dalam jumlah banyak untuk dimakan bersama dengan keluarga dan kerabat sebagai bentuk rasa syukur selama 11 bulan mencari nafkah. Tradisi ini disebut Meugang. Adapun di Sumatera Barat, tradisi makan bersama ini disebut Malamang.
Bermaaf-maafan juga dianggap sekitar 10 persen responden sebagai suatu hal yang penting dan wajib dilakukan jelang Ramadhan, agar puasa yang akan dijalani dilakukan dengan hati yang bersih, disamping memperbanyak ibadah untuk meningkatkan kualitas diri tentunya.
Selain itu, bagian kecil responden memilih untuk memperbanyak ibadah menjelang puasa. Bagi masyarakat Betawi, hal itu dilakukan dengan mendatangi mushala, masjid, atau rumah pengajian menjelang maghrib, untuk tahlilan dan membaca surat Yasin berulang-ulang agar mendapat berkah dan kemudahan dalam menjalankan Ibadah Puasa.
Makna Ramadhan
Berbagai tradisi yang dilakukan masyarakat Jabodetabek sebelum memasuki bulan suci adalah bagian dari upaya untuk semakin mendekatkan diri pada Allah.
Bulan sarat makna ini bagi mayoritas warga (44 persen), dimaknai sebagai bulan untuk meningkatkan ketakwaan dengan mendekatkan diri pada Allah.
Hampir seperlima responden juga memaknai puasa sebagai saat melawan hawa nafsu, keserakahan, ketidakjujuran, dan egositas.
Sementara itu, hampir 13 responden mengartikan Ramadhan sebagai bulan menyucikan diri dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela.
Sisanya, memaknai Ramadhan sebagai saat untuk semakin berbuat baik dengan berbagi dan peduli pada orang lain.
Masih banyak tradisi lain yang berkembang di masyarakat Jabodetabek, tak hanya ziarah kubur, berbagi makanan, ataupun bermaaf-maafan.
Tradisi yang ada tentunya tidak lepas dari tujuan agar masing-masing pribadi siap menyambut datangnya bulan suci yang dirindukan hingga tiba saat Lebaran nanti.