Perayaan Dua Momen Penanda Zaman
Pameran "Dua Presiden Tuan Rumah Asian Games 1962 & 2018" di Museum Kepresidenan Balai Kirti, Bogor menjadi momen untuk merayakan dua kali Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games.
BOGOR, KOMPAS — Setelah menjadi tuan rumah Asian Games IV pada 1962, Indonesia akhirnya dipercaya kembali menjadi tuan rumah Asian Games XVIII pada 18 Agustus-2 September 2018. Di balik dua peristiwa besar itu, muncul kebijakan-kebijakan monumental yang karya-karyanya masih bisa dinikmati hingga kini.
Karya-karya legendaris itulah yang diangkat dalam Pameran “Dua Presiden Tuan Rumah Asian Games 1962 & 2018” di Museum Kepresidenan Balai Kirti, Bogor, Jawa Barat sejak 20 Mei-31 Agustus 2018. Pameran ini dibuka pada Minggu (20/5/2018) oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid.
Perayaan Asian Games XVIII tahun ini secara tidak langsung mengingatkan kembali kepada bangsa ini untuk menoleh ke sejarah 56 tahun silam ketika Indonesia dipercaya menjadi penyelenggara Asian Games IV. Pada waktu itu, Presiden I RI, Soekarno mempersembahkan Gelora Bung Karno, stadion berkapasitas 110.000 penonton sebagai tempat perhelatan Asian Games IV 1962.
Maket Gelora Bung Karno terpampang di pintu masuk Museum Kepresidenan Balai Kirti. Stadion yang berbentuk seperti gelang Candrakirana yang melingkar di tangan tokoh pewayangan Bima itu tampak megah terpapar sinar lampu, di atasnya burung Garuda Pancasila mengepakkan sayapnya yang lebar.
Gelora Bung Karno dibangun dengan sangat terkonsep oleh Soekarno. Pembangunannya dimulai dengan hari yang baik, tepat di hari wafatnya Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro sebagai penerus tekad untuk mewujudkan Indonesia Jaya.
“Kelahirannya pun diiringi oleh kehadiran Hotel Indonesia dan gubahan patung Selamat Datang demi menyempurnakan impian ibukota Jakarta sebagai wajah muka Indonesia,” kata Yuke Ardhiati, kurator pameran ini.
Patung Sri Rama yang tengah memanah menjadi simbol Gelora Bung Karno. Figur Sri Ramah dipilih karena sifatnya yang penuh ketangkasan, keuletan, kecermatan, dan kejujuran dengan pesan maju terus kepada para delegasi.
Asian Games IV 1962 benar-benar menjadi pencurahan inspirasi Soekarno. Selain Gelora Bung Karno, banyak karya-karya arsitektur legendaris tercipta pada masa itu, mulai dari Wisma Atlet, Kompleks Atlet, Semanggi, Hotel Indonesia, Sarinah, hingga Monumen Nasional. Sampai sekarang, karya-karya monumental itu masih bisa dinikmati kemegahannya.
Asian Games IV 1962 benar-benar menjadi pencurahan inspirasi Soekarno. Selain Gelora Bung Karno, banyak karya-karya arsitektur legendaris tercipta pada masa itu.
Untuk membangkitkan kenangan terhadap sejarah besar yang pernah ditorehkan Soekarno 56 tahun lalu, di Museum Kepresidenan Balai Kirti dipajang foto, dokumen, patung, maket, hingga buku-buku yang mengulas tentang sejarah Gelora Bung Karno di lantai 1 museum.
Sementara itu, di lantai 2 pengunjung bisa menyaksikan koleksi pameran tetap 6 presiden RI, mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.
Sentuhan kekinian
Kini, setelah 56 tahun, saat Indonesia diberi kepercayaan lagi menjadi tuan rumah Asian Games XVIII, Presiden Joko Widodo mencoba memberikan sentuhan kekinian dan aktualisasi pada Gelora Bung Karno. Sejak 2016, kawasan Gelora Bung Karno direnovasi secara menyeluruh, disesuaikan dari sisi budaya agar muncul spirit baru.
“Presiden Joko Widodo melihat perlu adanya kebaharuan di kawasan Gelora Bung Karno untuk mengakomodir kebutuhan masa kini. Karena itulah, sekarang kita bisa menyaksikan Gelora Bung Karno telah dihiasi lampu-lampu LED sesuai dengan konsepnya, Energy of Asia. Di sinilah, arsitek-arsitek ditantang untuk melakukan kajian-kajian baru tanpa merusak arsitektur awalnya,” tambah Yuke.
Aneka macam pembaharuan telah dilakukan di Gelora Bung Karno. Gedung ini kini dilengkapi dengan ruangan VVIP dengan kaca anti peluru di area Royal Box yang tahan dengan tembakan sniper AW 10 kaliber 7.62 mm, fasilitas untuk difabel, rumput jenis Zoysia Matrella sesuai standar internasional, tranck atletik dengan sertifikat kelas 1, sumber daya “hijau” dengan solar panel, sound system berkapasitas 80.000 watt, sistem keamanan dengan CCTV terbaik dan fitur pengenal wajah, stadion berkonsep smart stadium, hingga drainase lapangan yang mudah kering lengkap dengan penyiram lapangan otomatis.
Konsep kekinian Gelora Bung Karno turut dipamerkan di Museum Kepresidenan Balai Kirti. Masyarakat umum bisa menyaksikannya langsung di museum yang berada satu kompleks dengan Istana Bogor tersebut.
Konsep kekinian Gelora Bung Karno turut dipamerkan di Museum Kepresidenan Balai Kirti. Masyarakat umum bisa menyaksikannya langsung di museum yang berada satu kompleks dengan Istana Bogor tersebut.
“Karena museum ini berada di kawasan ring 1, maka ada beberapa persyaratan bagi para pengunjung agar bisa masuk museum, antara lain mengenakan baju berkerah, sepatu, dan celana berbahan kain (bukan jeans). Prinsipnya, museum ini dibuka untuk umum sehingga warga masyarakat bisa datang setiap hari kecuali hari Senin mulai pukul 09.00 hingga 15.00,” kata Kepala Museum Kepresidenan Balai Kirti Amurwani Dwi L.
Pembukaan pameran ini disambung dengan acara bedah buku “The Presidents of The Republic of Indonesia 1945-2014” menghadirkan dua pembicara, yaitu Sekretaris Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia Restu Gunawan dan Ketua Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) Nasir Tamara dengan moderator wartawan Harian Kompas Kenedi Nurhan.