Akhir 2019, Pengguna Angkutan Umum Ditargetkan Naik 40 Persen
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek menargetkan perpindahan pengguna kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor, beralih menggunakan angkutan umum massal sebesar 40 persen di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi pada akhir 2019. Peralihan transportasi itu dimulai tahun ini dengan penerapan sistem ganjil-genap di sejumlah ruas tol sekitar Jabodetabek.
Kebijakan itu berhasil meningkatkan rata-rata kecepatan kendaraan yang melintasi ruas tol itu dan menurunkan kepadatan lalu lintasnya. Secara umum, sejak diberlakukannya sistem ganjil-genap, kepadatan lalu lintas atau rasio volume per kapasitas di jalan tol turun 40-50 persen dan rata-rata kecepatan kendaraan naik 30-40 persen.
Sistem ganjil-genap di jalan tol mulai diuji coba pada 12 Maret 2018 di Gerbang Tol (GT) Bekasi Barat dan Bekasi Timur ke arah Jakarta. Kemudian mulai 23 April uji coba itu diperluas ke GT Cibubur 2 ke arah Jakarta, GT Kunciran 2 ke arah Jakarta, dan GT Tangerang 2 ke arah Jakarta.
Kebijakan itu diberlakukan secara penuh pada 7 Mei disertai dengan pembatasan kendaraan angkutan barang golongan 3, 4, dan 5, serta penerapan lajur khusus bus. Sistem ganjil-genap berlaku di jalan-jalan tol tersebut pada Senin hingga Jumat pukul 06.00 hingga pukul 09.00. Pada 14-25 Mei, sistem ganjil-genap diuji coba di GT Karawaci 2 dan Karawaci 4 ke arah Jakarta.
Kebijakan itu berdampak signifikan pada arus lalu lintas di jalan-jalan tol tersebut.
Kepala Humas BPTJ Budi Rahardjo mengungkapkan, kebijakan itu berdampak signifikan pada arus lalu lintas di jalan-jalan tol itu. Walaupun jumlah kendaraan yang melintasi pintu tol itu sama, arus lalu lintas lebih lancar karena kepadatan kendaraan lebih tersebar. Ada yang berangkat lebih pagi, ada pula yang menggunakan jalur alternatif atau pintu tol lain.
”Kebijakan ini mengurangi titik jenuh yang menimbulkan antrean yang panjang. Ketika titik itu titik jenuh itu tersebar, lalu lintas menjadi lebih lancar,” ujar Budi di kantor BPTJ, Jakarta Selatan, Senin (21/5/2018).
Ia mencontohkan, rata-rata kecepatan kendaraan dari Cikampek hingga Cawang naik sekitar 40 persen dari 30 kilometer per jam menjadi 48 kilometer per jam. Panjangnya antrean kendaraan di GT Tomang dari arah Tangerang yang sebelumnya bisa mencapai 18 kilometer kini turun menjadi 8 kilometer.
Selain itu, penggunaan angkutan umum juga meningkat. Di Bekasi, Jawa Barat, misalnya, BPTJ mencatat, tingkat okupansi bus meningkat 40 persen sejak diberlakukannya sistem ganjil-genap. ”Jumlah bus sudah memadai. Kalau kurang, kami akan menambahkannya,” ujar Kepala BPTJ Bambang Prihartono.
Asian Games 2018
Bambang mengatakan, pihaknya belum merasa puas dengan capaian-capaian itu. ”Kami baru membenahi saat pagi. Yang sore belum. Saat ini, kami juga fokus membenahi lalu lintas untuk Asian Games 2018,” katanya.
Dewan Olimpiade Asia (OCA) menetapkan, waktu perjalanan atlet, baik dari wisma atlet ke arena Asian Games 2018 maupun dari suatu arena ke arena lain, tidak boleh lebih dari 30 menit.
Untuk memenuhi standar itu, BPTJ akan menerapkan sistem buka-tutup secara permanen atau tidak di sejumlah gerbang tol dan sistem ganjil-genap di sejumlah jalan utama di Jakarta selama seharian penuh.
”Angkutan umum akan dipersiapkan. Bus akan ditambah dan taksi akan dimaksimalkan. Diharapkan, semua ini akan mendorong kebiasaan masyarakat menggunakan angkutan umum. Kebiasaan itu tidak mungkin terjadi kalau tidak dibiasakan dari sekarang,” kata Budi.
Beralih ke angkutan umum
Bambang mengatakan, peralihan ke transportasi umum bukan pekerjaan yang mudah karena menggunakan kendaraan pribadi pasti lebih nyaman.
”Masyarakat perlu diedukasi bahwa naik angkutan umum itu menyenangkan. Penggunaan angkutan umum harus disampaikan sebagai sarana untuk berolahraga. Polusi juga akan berkurang dan udara terasa sejuk seperti di luar negeri,” tuturnya.
Secara terpisah, Djoko Setijowarno, pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, Jawa Tengah, mengatakan, sistem ganjil-genap di jalan tol tidak cukup mendorong masyarakat menggunakan transportasi umum. Menurut dia, jumlah angkutan umum belum cukup dan menjangkau semua wilayah perumahan.
Sistem ganjil-genap di jalan tol tidak cukup mendorong masyarakat menggunakan transportasi umum. Jumlah angkutan umum belum cukup dan menjangkau semua wilayah perumahan.
Djoko mencontohkan Beijing, China, sebagai kota yang berhasil menata sistem transportasinya setelah digelarnya Olimpiade Musim Panas 2008 di tempatnya.
Selain aturan sistem ganjil-genap, harga transportasi umum relatif murah (1-2 yuan atau Rp 2.000-Rp 4.000), lahan parkir dikurangi, dan tarif parkir 20-40 kali lebih mahal dibandingkan transportasi umum. Sepeda motor juga dilarang melintasi jalan kecuali pada pukul 24.00 hingga pukul 06.00.
Setelah Olimpiade, Pemerintah Kota Beijing mengakhiri kebijakan sistem ganjil-genap. Namun, masyarakat telanjur merasakan manfaatnya selama satu bulan sehingga meminta kebijakan itu untuk diteruskan.
”Setelah Olimpiade, Pemerintah Kota Beijing mengakhiri kebijakan sistem ganjil-genap. Namun, masyarakat telanjur merasakan manfaatnya selama satu bulan sehingga meminta kebijakan itu untuk diteruskan,” ujar Djoko.