Dari Layar Kaca Turun ke Pasar Tasik
Di tengah lautan dagangan produk tekstil yang nyaris sama di segala penjuru kawasan Tanah Abang, terselip Pasar Tasik yang khas. Pasar ini boleh dibilang mirip tetapi tak mirip dengan pasar sejenis di bursa tekstil terbesar di Asia Tenggara itu. Yuk, simak kisah uniknya.
Debu mengepul di bawah langkah ribuan kaki yang berdesakan, berbelanja di Pasar Tasik di seputar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sungguh tak nyaman. Namun, semua bersemangat. Di sini, nama-nama beken di televisi muncul dalam bentuk model busana.
Yang mereka buru adalah harga murah. ”Harganya lebih murah daripada di Tanah Abang (Pasar Blok A, B, dan lainnya). Barangnya bagus-bagus dan model baru,” kata Maemunnah (56), pemilik kios pakaian di Citayam, Depok, Jawa Barat, saat menembus debu dan panas mencari dagangan di Pasar Tasik khusus mukena tasik di Jalan Jati Baru Raya, Jakarta Pusat, Senin (21/5/2018).
Pengunjung datang dari sejumlah daerah di Pulau Jawa hingga Kalimantan dan Sulawesi. Mereka umumnya pedagang yang membeli untuk dijual kembali dalam paket besar. Para porter resmi berseragam biru muda sibuk lalu lalang membawa karung-karung besar berisi berbagai model busana. Mereka disewa dengan tarif sekitar Rp 50.000 untuk satu karung.
Pasar itu hanya digelar di lahan kosong tanpa fasilitas apa pun. Para pedagang menggelar dagangan di bak belakang mobil mereka atau di tanah berdebu dialasi terpal biru.
Setidaknya ada tiga lokasi Pasar Tasik di seputaran Tanah Abang. Pasar Tasik pertama terdapat di Jalan Cideng Timur tepat di seberang SD Negeri Kampung Bali 1, pindahan dari lahan bongkaran di Jalan Jati Bunder beberapa bulan lalu. Pasar ini terkenal dengan gamis dan kebaya model terbaru.
Pasar Tasik kedua berada di pertigaan Jalan KH Mas Mansyur dan Jalan Jati Baru Raya atau tepatnya di lahan di belakang Roti Bakar 88. Di sini, selain gamis dan kebaya, banyak baju koko model terbaru untuk pria.
Pasar Tasik ketiga khusus menjual mukena tasik atau mukena yang dilengkapi bordiran. Pasar ini jalan masuknya agak tersembunyi di antara kios pakaian di Jalan Jati Baru Raya tepat di depan Stasiun Tanah Abang. Mukena-mukena berbordir cantik model terbaru dipajang dari jalan masuk yang sempit hingga meluas ke belakang.
Dalam mal
Pedagang Pasar Tasik juga menggelar dagangannya di Thamrin City di Jalan Kebon Kacang Raya, Kebon Kacang, Tanah Abang. Mereka yang dulunya berdagang di sekitar Waduk Melati, Jakarta Pusat (tak jauh dari Thamrin City). Mereka lantas pindah dan menempati lantai dasar 1 dan lantai 5 di pusat perbelanjaan ini sejak 15 tahun lalu seiring dilakukannya penataan kawasan waduk.
Para pedagang Pasar Tasik, baik di Thamrin City maupun di tiga lokasi lainnya, aslinya berasal dari Tasikmalaya, Cicalengka, dan Bandung. Kawasan Tasikmalaya terkenal akan kerajinan kain bordir berkualitas, cantik, dan banyak modelnya.
Euis Hayati (52), pemilik H & S Collection, kios hijab dari Cicalengka, mengatakan, ia sudah berdagang sejak tahun 2000 di Waduk Melati lalu bersama pedagang lain hijrah ke Thamrin City. Perpindahan itu difasilitasi Pemerintah Kota Jakarta Pusat bekerja sama dengan pengelola Thamrin City.
”Selama ini kami sudah memiliki pelanggan tetap. Kami datang ke sini (kios di Thamrin City) hanya untuk menunjukkan kami eksis. Transkasi lebih banyak langsung via telepon dan aplikasi Whatsapp,” kata Dyah Ayu (25), anak Euis, kemarin.
Hal serupa dikisahkan oleh Evi (44) asal Tasikmalaya, pemilik kios Rafi Collection di lantai 5 Thamrin City. Euis dan Evi paling cepat berangkat pukul 23.00 dari Cicalengka dan Tasikmalaya. Mereka tiba di Thamrin City sebelum pukul 04.00. Mulai melayani pembeli sejak pukul 04.00 hingga pukul 14.00 atau 15.00.
”Di sini kami menjual secara grosir. Minimal harus 10 potong atau setengah kodi (satu kodi 20 potong). Harga grosiran jatuhnya lebih murah,” kata Dyah Ayu.
Meski murah, bukan berarti kualitas buruk. Hampir semua jenis bahan, corak, dan warna hijab tersaji disana.
Di lantai dasar 1 dan lantai 5, transaksi berlangsung lebih nyaman dibandingkan tiga lokasi lain Pasar Tasik di seputaran Tanah Abang. Di tempat ini, pembeli dan penjual bertranskasi dengan posisi duduk di kursi plastik. Namun tetap harus waspada tindak kriminal seperti pencopetan. Copet jadi momok di segala penjuru kawasan pusat tekstil Tanah Abang.
Public Relation Thamrin City Chies mengatakan, Pasar Tasik di Thamrin City dibagi dua tempat, yakni lantai dasar 1 yang buka setiap Senin dan Kamis mulai pukul 04.00 hingga pukul 18.00 dan lantai 5 dibuka mulai pukul 09.00 hingga pukul 17.00.
Sejauh pengamatan, pedagang di lantai 5 ini tidak hanya dari Pasar Tasik Waduk Melati, tetapi sudah banyak pedagang dari etnis lain, seperti orang-orang Minang, Sumatera Barat.
”Biasanya, tiga bulan sebelum Ramadhan, banyak pembeli dari luar kota. Setelah masuk puasa, banyak pembeli dari Jakarta dan sekitarnya,” kata Chies, kemarin.
Pakaian yang dipasarkan di Pasar Tasik dijual langsung dari tangan pertama perajin atau penjahit. Selain dijual langsung dari tangan pertama, murahnya biaya sewa kios atau lapak membuat harga di Pasar Tasik bisa terpaut Rp 5.000-Rp 30.000 lebih murah dari tempat lain.
Daiwanni (49), pemilik Butik Daiwanni di Desa Tanjung, Kawalu, Tasikmalaya, memasarkan kain lilit bordiran payet dan mutiara cantik buatannya Rp 100.000 per potong atau Rp 2 juta per kodi. Ia tak membuka kios lain, tetapi melayani pemasaran lewat Instagram.
”Kalau dari Instagram, harganya lebih mahal, Rp 130.000 sepotong,” katanya di lapaknya di Pasar Tasik di Jalan Cideng Timur.
Bayu Iswara (31), yang khusus menjual baju koko pria, mengatakan, omzet lapaknya di Pasar Tasik di Jalan KH Mas Mansyur mencapai Rp 65 juta di masa jelang Lebaran. Naik dua kali lipat dibandingkan di hari biasa.
Tren televisi
Beragam mode busana muslim saling bersaing di Pasar Tasik. Mulai dari baju koko Uje atau baju koko lengan pendek dengan bordiran hanya separuh badan, mukena batik yang murah dan bercorak ramai, mukena Maroko, hingga satu setel mukena bordiran lengkap dengan tas yang matching.
”Ini saya tiru dari sinetron Tawakal. Ini dari Inneke Koesherawati,” kata Brown Hermanto (45) yang menjaga lapak Butik Syifa asal Tasikmalaya.
Mukena-mukena itu dihargai Rp 125.000-Rp 250.000 per potong sudah lengkap dengan tas tangan yang dibordir seragam. Bordirannya cantik dan elegan.
Untuk membuat model baru, ia biasanya membeli mukena model terbaru di butik atau pusat perbelanjaan. Ia mengaku pernah membeli buatan Itang Yunasz, Shafira, Armani, dan sebuah butik mahal di Sogo seharga Rp 1,5 juta sepotong untuk kemudian ditiru. Mukena model tersebut ia simpan untuk pajangan.
Brown mengaku setiap memasuki Lebaran mempersiapkan model mukena baru. Tahun ini, ia mempersiapkan mukena yang belum ia namai. ”Mungkin saya mau beri nama Tabur. Kemarin tempat saya yang laris namanya Centini. Orang pada suka karena bordirannya lebar tetapi harganya murah,” katanya.
Pasar Tasik adalah muara kreativitas para perajin busana muslim. Mereka meraih masa jaya meraup untung setiap menjelang hari raya. Kemeriahannya yang hanya dua kali dalam sepekan akan terus menarik konsumen. Orang-orang yang siap berpayah-payah demi harga murah dan tampil kinclong layaknya selebritas idola saat hari istimewa tiba.