JAKARTA, KOMPAS Seiring meningkatnya kesadaran untuk hidup sehat, banyak masyarakat yang berolahraga secara rutin. Sayangnya, persiapan sebelum olahraga dan tindakan sesudah olahraga sering kali tidak menjadi perhatian serius. Padahal, persiapan yang baik bisa mencegah cedera akibat olahraga.
Hal itu disampaikan ahli bedah ortopedi dari Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya dan Pondok Indah, Iman Widya Aminata, pada konferensi pers tentang cedera bahu dan kaki akibat olahraga, Senin (21/5/2018), di Jakarta.
Iman mengatakan, semua jenis olahraga aman dilakukan sepanjang dilakukan dengan baik dan benar. Salah satu persiapan sederhana yang harus diperhatikan adalah peregangan. Tujuannya agar otot tidak kaget atau kaku sehingga siap melakukan gerakan. Contoh lain, ketika akan berenang dianjurkan mandi atau membilas badan terlebih dahulu. Maksudnya agar suhu tubuh dapat beradaptasi dengan suhu air sehingga ketika berenang, otot tidak kaku dan kram.
Faktor lain yang juga perlu diperhatikan ialah pakaian. Pakaian yang ketat dapat menghambat aliran darah dan menyebabkan otot menjadi kram. Terlebih jika pakaian yang dipakai justru menyimpan panas, risiko terserang panas (heatstroke) bisa saja terjadi.
Tanpa persiapan yang baik atau berolahraga secara berlebihan dapat menimbulkan risiko cedera. Peradangan otot maupun sendi akibat salah posisi, otot yang robek, ataupun diskolasi otot, tulang, dan sendi adalah beberapa jenis cedera yang umum terjadi saat berolahraga.
Iman mengatakan, yang paling banyak mengalami cedera adalah mereka yang berumur 30-40 tahun yang tidak bisa mengikuti kecepatan ritme olahraga temannya yang jauh lebih muda.
Seorang warga Jakarta, Sadikin Sapi\'ie (89), mengatakan, selama aktif berolahraga sejak umur 30 tahunan ia tak pernah mengalami cedera. Olahraga ia lakukan dengan persiapan yang baik dan sesuai kemampuan tubuh. Di usia 30 tahunan olahraga yang ia jalani ialah jogging. Memasuki usia 40 tahunan berganti menjadi tenis, lalu golf di usia 50 tahunan, dan di usia 60 tahunan berenang.
Empat tahun lalu dirinya justru mengalami cedera di bahu ketika terpeleset usai berenang. Ia harus menjalani pengobatan hingga fisioterapi selama sebulan lamanya. “Setelah sembuh saya ingin berenang kembali. Ini jadi motivasi saya,” tegasnya.
Konsultan kaki dan engkel dari Foot & Angkle Clinic RS Pondok Indah Bintaro Jaya, Dimas Radithya Boedijono, menambahkan, tanda vital yang perlu diperhatikan agar olahraga tidak berlebihan ialah denyut jantung. Denyut jantung maksimal saat berolahraga bisa dirumuskan dengan 220 dikurangi usia plus minus 10 persen.
“Mencapai 80 persen dari denyut jantung maksimal saja sudah bagus. Mereka yang terbiasa olahraga pun bisa bertahan pada denyut jantung maksimal hanya sebentar,” ujarnya.
Mencapai 80 persen dari denyut jantung maksimal saja sudah bagus. Mereka yang terbiasa olahraga pun bisa bertahan pada denyut jantung maksimal hanya sebentar.
Apabila terlalu memaksakan diri dan kemudian terjadi cedera penanganan umum yang bisa dilakukan ialah dengan metode R-I-C-E (rest-ice-compression-elevation). Ketika cedera terjadi, sebaiknya langsung istirahat. Bagian tubuh yang cedera dikompres dengan es dan diletakkan pada posisi tinggi. Jika nyeri yang dirasakan menetap, maka segera konsultasikan dengan dokter.
Dimas menyarankan, olahraga dilakukan perlahan sesuai dengan kemampuan tubuh. Salah satu bagian tubuh yang mudah cedera pada pergelangan kaki adalah ligamen yang berfungsi menjaga kestabilan sendi saat berolahraga. Cedera biasanya terjadi ketika otot mulai kelelahan saat berolahraga sementara secara psikologis justru sedang bersemangat.