Thamrin City yang berada di jantung Kota Jakarta dan masih dekat dengan pusat tekstil terbesar se-Asia Tenggara kini telah menjadi bagian dari bursa perdagangan pakaian siap pakai berbagai model. Thamrin City dibangun untuk menjawab semua kebutuhan masyarakat. Dengan berbelanja di tempat ini, seluruh kebutuhan bisa terpenuhi.
Tak hanya mencari pakaian muslim, di tempat ini juga terdapat pusat fashion, batik Nusantara, kerajinan, wisata belanja religi, swalayan, serta tempat makan dan nongkrong.
”Tingkat okupansi di sini sekitar 90 persen,” kata Public Relation Thamrin City Chies, Senin (21/5/2018).
Chies mengatakan, untuk memudahkan pengunjung mencari tempat tujuannya, mereka memberlakukan zonasi. Di lantai dasar 1 hingga lantai 5 khusus pusat niaga. Di lantai 2 dan 3 terdapat pusat makanan.
Sementara di lantai 6 dan 7 sebagai pusat bisnis, seperti perkantoran dan pusat pendidikan. Di lantai 7 terdapat bursa mobil.
Pada sisi timur, mulai dari lantai dasar 1 hingga 3a sebagai pusat busana muslim. Di sisi barat dari lantai dasar 1 hingga lantai dasar dan lantai 1 pusat batik. Sementara lantai 2 pusat tenun dan batik. Di lantai 2 pusat tekstil dan 3a busana muslim.
Di lantai 1 ada kawasan Dubai Street, yang menyediakan berbagai jenis pakaian khas Timur Tengah, pakaian muslim modern, dan pakaian India. Di tempat ini menjadi trend setter pakaian muslim dan India, khususnya hijab dan kaftan yang sangat digemari masyarakat Indonesia.
Sementara di lantai 3a juga terdapat wisata belanja religi, yakni Planet Haji, yang menjual berbagai perlengkapan umrah dan haji serta oleh-oleh dari Arab Saudi.
Di sini bisa menbeli kurma yang harganya mulai dari Rp 60.000 per kilogram (kurma Mesir) hingga Rp 350.000 per kg (kurma ajwa atau kurma nabi). Ada juga kacang Arab atau pistachio dan almond masing-masing Rp 220.000 per kg, buah zuriat dan tin seharga Rp 300.000 per kg. Ada juga sajadah yang dijual mulai dari harga Rp 40.000 sampai Rp 275.000 per potong hingga air zam-zam.
”Semua yang di sini asli dari Arab dan Timur Tengah,” kata Tanti (36), pemilik toko Kayla.
Berawal dari JaCC
Thamrin City awalnya dikenal dengan nama Jakarta City Community (JaCC). Dulu, sewaktu bernama JaCC konsepnya lebih kepada trade center. Namun, setelah menjadi Thamrin City, konsep itu berubah menjadi lebih lengkap sebagai trade center sekaligus trade mall, lease mall, dan citywalk. Dikatakan trade mall karena di tempat ini memasarkan produk yang murah tetapi berkualitas. Disebut lease mall karena di tempat ini pengunjung diberikan kenyamanan selama berbelanja. Sementara disebut citywalk karena di lokasi ini juga sebagai tempat nongkrong dengan konsep restoran dan kafe di dalam dan luar ruangan.
Hal lain adalah penggunaan nama Thamrin City untuk memudahkan orang mengenali pusat perdagangan dan perbelanjaan ini yang berada di kawasan Jalan Thamrin (nama pahlawan MH Thamrin).
”Konsep ini sangat strategis karena Thamrin City terletak di dua pusat perbelanjaan yang berlainan segmentasinya. Sebagai pusat grosir tekstil, busana, dan lain-lain, harga yang ditawarkan di Thamrin City bisa bersaing dibandingkan pusat grosir lain,” kata Chies.