Presiden: Bersihkan Lembaga Pendidikan dan Mimbar-mimbar Umum dari Terorisme
Oleh
Anita Yossihara
·2 menit baca
[caption id="attachment_5975754" align="alignnone" width="720"] Kepala BIN Komjen Budi Gunawan, Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Menkominfo Rudiantara, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, serta Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu (kiri ke kanan) sebelum mengikuti rapat terbatas terkait penanggulangan terorisme di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (22/5/2018).[/caption]
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menegaskan, program deradikalisasi tidaklah cukup untuk memberantas terorisme. Hal yang lebih penting adalah mencegah penyebaran ajaran terorisme di lembaga-lembaga pendidikan dan mimbar-mimbar umum.
Penegasan itu disampaikan Presiden dalam rapat terbatas membahas pencegahan dan penanggulangan terorisme di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (22/5/2018). Dalam pengantar rapat, Presiden menyampaikan, pendekatan kekerasan (hard power) dalam memerangi terorisme harus diseimbangkan dengan pendekatan lunak (soft power).
Selama ini pendekatan lunak salah satunya dilakukan melalui program-program deradikalisasi yang ditujukan kepada mantan narapidana terorisme. Namun, berdasarkan pengalaman, deradikalisasi tidak cukup untuk menanggulangi terorisme.
”Saya minta pendekatan soft power yang kami lakukan bukan hanya dengan memperkuat program deradikalisasi, melainkan juga bersihkan lembaga-lembaga, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan ruang-ruang publik, dan mimbar-mimbar umum dari ajaran-ajaran ideologi terorisme,” tuturnya.
Dijelaskan, langkah preventif dinilai penting karena tindakan terorisme mulai melibatkan keluarga, termasuk perempuan dan anak-anak. Hal tersebut setidaknya terjadi dalam serangan bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
”Ini menjadi sebuah peringatan kepada kita semuanya, manjadi wake up call, betapa keluarga telah menjadi target indoktrinasi terorisme,” kata Presiden.
Karena itu, Presiden kembali menegaskan pentingnya memadukan pendekatan hard power dan soft power. Dengan demikian, diyakini pencegahan dan penanggulangan terorisme bisa lebih efektif.