Tingkatkan Kompetensi Dokter di Fasilitas Kesehatan Primer
Oleh
Deonisia Arlinta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Kompetensi dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama terkait pelayanan berpusat pada pasien dinilai masih rendah. Untuk itu, terobosan pembelajaran dan penilaian yang sesuai dengan situasi nyata di tempat kerja diperlukan agar kompetensi dokter dapat meningkat.
“Untuk meningkatkan kompetensi pelayanan dokter berpusat pada pasien perlu pendekatan pembelajaran berbasis situasi nyata, yaitu dengan Pembelajaran Berbasis Tempat Kerja. Pembelajaran ini dilakukan dengan memanfaatkan tempat kerja untuk mengembangkan kapasitas pengalaman dokter,” tutur Farida Rusnianah saat mempertahankan disertasinya dalam promosi doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Jakarta, Senin (21/5/2018).
Untuk meningkatkan kompetensi pelayanan dokter berpusat pada pasien perlu pendekatan pembelajaran berbasis situasi nyata, yaitu dengan Pembelajaran Berbasis Tempat Kerja.
Atas disertasi itu, Farida berhak menyandang gelar doktor ilmu kedokteran dari FK UI ke-11 pada 2018 ini. Ia lulus dengan predikat sangat memuaskan.
Merujuk pada studi sebelumnya yang dilakukan oleh Istiono dari FK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Farida menyampaikan, kemampuan dokter mengelola pasien secara mandiri di pelayanan primer masih rendah. Hal ini disebabkan pemahaman dan pelatihan prinsip pelayanan primer yang berpusat pada pasien masih kurang. Selain itu, dukungan fasilitas pelayanan kesehatan primer minim.
Belajar dengan suasana praktik di pelayanan primer serta terhubung langsung dengan masyarakat merupakan pembelajaran yang dinilai efektif untuk menyelesaikan permasalahan kerja yang dihadapi dokter di FKTP. Model pembelajaran dan penilaian berbasis tempat kerja (P2BTP) ini juga tidak semata berbasis universitas.
Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakanan adalah modifikasi dari pertemuan Balintgroup. Pada setiap pertemuan, peserta diminta untuk mempresentasikan laporan kasus penyakit kronik dari praktik sehari-hari yang dilakukan dengan pendekatan pelayanan komprehensif berpusat pada pasien. Presentasi akan dilanjutkan dengan diskusi untuk mendapatkan masukan dari teman sejawat atau fasilitator serta ahli yang menjadi narasumber.
Metode pembelajaran ini, ditambah dengan kunjungan langsung di FKTP, menurut Farida, dapat menjadi jembatan atas implementasi antara teori dengan praktik kedokteran. Dengan begitu, dokter di fasilitas kesehatan primer bisa secara langsung memperbaiki kualitas layanannya terhadap pasien.
Farida, yang juga Wakil Dekan FK Universitas Islam Malang, menyatakan, kebutuhan dokter FKTP terhadap model pembelajaran ini perlu didukung oleh pemangku kebijakan terkait pendidikan kedokteran berkelanjutan (PKB). Model P2BTP diharapkan dapat digunakan sebagai model pembelajaran dalam pendidikan profesi kedokteran di Indonesia, terutama pada pendidikan lanjut tentang pelayanan primer.
“Kompetensi dokter FKTP terkait pelayanan komprehensif berpusat pada pasien merupakan komponen utama di pelayanan kesehatan primer. Karena itu, jika kompetensi dokter bisa meningkat diharapkan kepuasan pasien di FKTP pun bisa meningkat pula,” katanya.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, menyarankan, model P2BTP ini nantinya bisa dikembangkan dan diimplikasikan pada institusi pendidikan kedokteran yang mengembangkan pendidikan pasca sarjana dokter layanan primer ataupun dokter keluarga. Selain itu, model pembelajaran ini bisa diterapkan pada pusat pelatihan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Badan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan, dan pendidikan kedokteran pada organisasi profesi.