JAKARTA, KOMPAS Varietas unggul tebu, yakni Bululawang, Kidang Kencana, dan empat varietas lain yang belum diberi nama, yaitu PS-862, PS-864, PS-881, dan PSJT-941, telah dihasilkan. Hal itu diharapkan membantu mewujudkan swasembada gula nasional.
Sejumlah varietas unggul tebu itu dihasilkan peneliti rekayasa genetika di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetika (BB Biogen) Cimanggu, Bogor.
Kepala BB Biogen Mastur, Senin (21/5/2018), mencontohkan, varietas Kidang Kencana punya keunggulan antara lain perkecambahan dan pertunasan cepat dan seragam ukurannya. Varietas ini tahan penyakit penggerek batang.
Perbanyakan benih tebu bermutu pada sejumlah varietas tebu, menurut peneliti kultur jaringan di BB Biogen Deden Sukmajaya, dihasilkan dengan metode kultur tunas. Dengan metode kultur jaringan ini, dari satu tunas induk bisa diperbanyak sampai 10 tunas baru.
Dalam satu tahun, dengan 6 kali siklus multiplikasi, satu tunas yang diperbanyak berpotensi menghasilkan benih tebu (plantlet) sekitar 200.000 benih. ”Dari benih ini, bisa ditanami areal perkebunan seluas 8-10 hektar,” kata Deden
”Riset ini bertujuan mendukung program pemerintah yang menargetkan swasembada gula tahun 2019, yakni dengan produksi sekitar 3,3 juta ton,” kata Mastur. Saat ini produksi gula nasional 2,2 juta-2,5 juta ton.
Riset ini bertujuan mendukung program pemerintah yang menargetkan swasembada gula tahun 2019, yakni dengan produksi sekitar 3,3 juta ton.
Sejauh ini, pengadaan bibit tebu dilakukan melalui tahapan penjenjangan kebun pembibitan yang panjang dan memakan waktu lama. Pengadaan bibit itu mulai dari kebun bibit pokok utama (KBPU), kebun bibit pokok (KBP), kebun bibit induk (KBI) hingga kebun bibit datar (KBD) sebagai sumber bibit bagi pertanaman atau kebun tebu giling (KTG).
Cara konvensional
Penyediaan benih tebu melalui cara konvensional terkendala antara lain waktu perbanyakan lama, tergantung musim, dan kontaminasi patogen sulit dihindari.
Menurut Deden, saat ini perbanyakan benih tebu melalui teknik kultur jaringan banyak dilakukan pemerintah melalui lembaga riset ataupun oleh pihak swasta.
Beberapa keuntungan perbanyakan dengan teknik ini antara lain memiliki laju perbanyakan lebih tinggi, bebas penyakit, dan memberi potensi produksi maksimal.
Perbanyakan pada tanaman melalui kultur jaringan banyak memakai jalur pembentukan tunas adventif dari jaringan somatik dan embrio somatik. Cara ini banyak dilakukan karena benih yang didapat lebih banyak dan lebih singkat. Namun, metode ini kerap menghadapi ketidakstabilan genetik dari tanaman yang dihasilkan.
Cara lain lebih aman untuk mendapat benih murni ialah melalui kultur tunas. Berdasarkan posisi dan ukuran eksplan yang dipakai, kultur tunas bisa berupa kultur meristem, kultur tunas apikal, dan kultur tunas samping. Melalui kultur tunas ini akan dihasilkan benih bermutu memenuhi syarat antara lain murni, seragam, dan bebas penyakit.