Pertarungan dalam Pilkada Jawa Tengah ditentukan dalam satu bulan ke depan. Peluang merebut suara pemilih masih terbuka lebar. Diperkirakan, pemilih yang sudah menentukan pilihannya masih kurang dari separuh.
Sisa satu bulan jelang pemungutan suara Pemilihan Gubernur Jawa Tengah jelas bukan waktu yang panjang. Dalam kondisi politik yang terbilang normal, perubahan-perubahan pilihan politik pemilih sulit terjadi dalam waktu yang relatif singkat itu. Begitu pula upaya menarik pemilih yang mesti dilakukan oleh kedua pasangan, baik Ganjar Pranowo-Taj Yasin maupun Sudirman Said-Ida Fauziah. Namun, sebagai petarung politik, melewati waktu krusial semacam itu merupakan momen pembuktian kelayakan mereka memimpin Jateng.
Becermin pada hasil survei Kompas pada awal Maret lalu, pertarungan antara kedua pasangan calon (paslon) masih kurang imbang dari berbagai sisi. Ganjar-Taj Yasin unggul dalam segala indikator. Dari segi popularitas, Ganjar lebih unggul (78,4 persen). Ditambah lagi ia juga diusung oleh koalisi partai-partai yang sudah mengakar di Jateng, seperti PDI-P, Partai Persatuan Pembangunan, Golkar, Partai Demokrat, dan Nasdem.
Bandingkan dengan Sudirman Said yang saat itu hanya dikenali 26 persen responden. Popularitas masih menjadi problem terbesar bagi Sudirman Said yang didukung Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Kondisi yang sama dialami juga oleh pasangannya, Ida Fauziah. Hasil survei saat itu menunjukkan, hanya 12,4 persen responden mengenalnya.
Tingkat popularitas Sudirman-Ida yang rendah berpengaruh terhadap elektabilitas keduanya. Hasil survei saat itu menunjukkan elektabilitas Sudirman- Ida 11,8 persen suara, sedangkan Ganjar-Taj Yasin 79 persen.
Sebulan jelang hari pemilihan, kampanye yang dilakukan oleh masing-masing paslon mulai berbuah. Ganjar makin dikenal, setidaknya sembilan dari 10 warga Jateng mengenalnya. Begitu pula Taj Yasin, 37 persen responden mulai mengenalnya. Keduanya dikenal baik oleh 77,6 persen responden.
Tingkat pengenalan yang semakin meluas juga terjadi pada Sudirman-Ida. Sekalipun masih di bawah calon petahana, dari sisi popularitas, pasangan Sudirman-Ida dikenal hampir separuh bagian responden. Secara individu, popularitas sosok Sudirman Said pun naik jadi 43,7 persen.
Dengan capaian saat ini, posisi Ganjar-Taj Yasin masih dominan. Namun, dengan sisa waktu yang kian sempit, masih terbukakah peluang untuk Sudirman-Ida?
Perilaku pemilih
Mengkaji perilaku warga dalam memilih pemimpin, dimensi waktu menjadi penting di negeri ini. Pasalnya, pada tiap-tiap kontestasi politik, hanya sebagian kecil pemilih yang menentukan pilihan jauh-jauh hari sebelum pemungutan suara. Bagian terbesar pilihan justru dilakukan jelang hari H, bahkan baru diputuskan di bilik suara.
Pada Pilkada Jateng, hasil survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan, sebanyak 32 persen responden mengaku sudah sejak lama menentukan pilihan. Artinya, sepertiga pemilih di Jateng tergolong loyal.
Pada Pilkada Jateng, hasil survei Litbang Kompas terbaru menunjukkan, sebanyak 32 persen responden mengaku sudah sejak lama menentukan pilihan. Artinya, sepertiga pemilih di Jateng tergolong loyal.
Kampanye ataupun ajang debat pasangan calon memengaruhi hingga 24,9 persen. Selanjutnya, pemilih yang akan menentukan sosok pilihannya hingga hari H mencapai 30 persen. Sisanya, belum tahu kapan akan menentukan pilihan.
Berdasarkan indikator waktu penentuan pilihan ini, dapat disimpulkan masih ada peluang perubahan pilihan. Hingga saat ini, warga yang sudah menentukan pilihan masih kurang dari separuh jumlah pemilih. Sisanya, dalam jumlah yang signifikan, belum menentukan pilihan.
Kondisi ini berimplikasi serius bagi kedua paslon. Sebulan ke depan, masih terbuka celah perubahan peta dukungan. Calon yang berhasil memanfaatkan sisa waktu dengan strategi penguasaan pemilih yang jitu merupakan sosok pemimpin yang unggul dalam mengatasi tekanan dalam momen-momen krusial.
Sebagai salah satu provinsi berpenduduk besar, Jateng masih bergulat dengan persoalan ekonomi dan kesejahteraan. Dari sisi kegiatan ekonomi wilayah, misalnya, sekalipun mencatatkan angka pertumbuhan yang positif, tergolong stagnan. Dengan menggunakan acuan laju pertumbuhan produk domestik regional bruto menurut lapangan usaha, misalnya, sejak 2011-2016 di atas 5 persen. Namun, angka pertumbuhan itu jadi kurang menonjol jika dibandingkan dengan capaian pertumbuhan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat.
Dari sisi manfaat pembangunan yang terekspresikan dari kualitas manusianya, juga masih menyisakan persoalan. Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Jateng meningkat, tetapi masih di bawah capaian IPM nasional.
Jika dihimpun dari hasil survei, ekspresi-ekspresi keluhan masyarakat Jateng terfokus pada persoalan ekonomi-kesejahteraan. Kemiskinan jadi kondisi yang paling banyak dikeluhkan (26 persen), disusul ketersediaan lapangan kerja (20,8 persen). Dua persoalan itu perlu mendapat prioritas penyelesaian. Sebagai gambaran, data BPS (2017) juga menunjukkan tingkat kemiskinan di Jateng yang cukup besar, sekitar 12,23 persen. Meski ada tren penurunan kemiskinan, besaran proporsinya di atas rata-rata nasional 10,12 persen (2017).
Selain kedua persoalan itu, persoalan infrastruktur terutama akses dan kualitas jalan juga banyak dikeluhkan. Selain itu, keluhan juga berkisar persoalan akses pendidikan (8,5 persen), korupsi (6,4 persen), dan ketersediaan pangan (3,6 persen). Pembenahan persoalan-persoalan ini juga perlu mendapat prioritas.
Masalah-masalah di atas juga dikeluhkan pendukung Ganjar-Taj Yasin. Mereka yakin periode kedua kepemimpinan Ganjar akan mampu mengatasi persoalan tersebut. Sebaliknya, bagi para pendukung Sudirman-Ida, ketidakpuasan atas kondisi Jateng menjadi alasan untuk berharap adanya gubernur baru.
Perbedaan keyakinan akan kemampuan kedua paslon menjadi dialektika politik yang menarik. Bagaimanapun, pertarungan politik kedua pasangan dan perbedaan keyakinan para pendukungnya jadi bagian demokrasi yang berujung pada kesejahteraan masyarakat. Waktu sebulan ke depan jadi titik awal ke mana relasi kausalitas demokrasi dan kesejahteraan Jateng akan menuju.