Melanoma, Tak Populer Tapi Berbahaya
Melanoma adalah salah satu tipe kanker kulit yang ganas. Meski risiko pada orang dengan kulit berwarna lebih sedikit dibandingkan mereka yang berkulit putih, kita tetap harus waspada.
Kanker kulit di negeri ini kurang dikenal dibandingkan kanker payudara, serviks, atau kanker paru. Namun, meninggalnya Adara Taista, menantu mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, karena melanoma beberapa hari lalu seolah menjadi pengingat bahwa, meski kasusnya di Indonesia sedikit, jenis kanker ini tetap berbahaya. Deteksi dini menjadi penting.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia 1,4 persen atau diperkirakan 347.792 orang. Pada periode 2010-2013, jenis kanker terbanyak yang tercatat di Rumah Sakit Kanker Dharmais adalah kanker payudara, serviks atau leher rahim, dan paru. Di luar itu, ada banyak jenis kanker lain yang, jika diketahui pada stadium lanjut, pengobatannya akan sulit. Salah satunya, melanoma, salah satu tipe kanker kulit.
Penyintas melanoma yang tinggal di Jakarta Pusat, Yasavati Kurnia (69), Selasa (22/5/2018), menuturkan, ia didiagnosis melanoma tahun 2008 saat usianya 59 tahun. Ketika itu, ia memiliki seperti tahi lalat di telapak kaki kanannya kurang lebih sebesar kacang hijau. Awalnya ia tidak merasakan apa pun. Namun, lambat laun tahi lalat itu kerap berdarah. Ia menduga itu terjadi karena terinjak saat berjalan.
Yasavati akhirnya memeriksakan tahi lalatnya itu ke dokter di sebuah rumah sakit. Saat itu dokter bilang tidak ada apa-apa, itu hanya tahi lalat biasa. Masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, ia berkonsultasi ke dokter di Singapura untuk mendapat opini kedua. Meski awalnya dokter di sana berpendapat sama, Yasavati menjalani biopsi. Hasilnya, ia didagnosis menderita melanoma.
Yasavati yang mengajar di bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana itu lalu menjalani operasi. Tahi lalat di telapak kaki kanannya yang kerap berdarah diangkat. Lalu ia menjalani kemoterapi selama setahun. Obat kemoterapi dosis rendah diberikan dengan cara diminum.
Ahli dermatologi onkologi di RS Kanker Dharmais, Aida Suriadiredja, menyampaikan, kulit bagian atas kita terdiri dari tiga lapisan sel, yaitu sel basal, sel squamousa, dan melanosit.
Melanoma adalah jenis kanker kulit pada melanosit, yakni sel penghasil melanin. Melanin menghasilkan pigmen yang berfungsi melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet. Melanoma merupakan jenis kanker kulit terbanyak ketiga setelah kanker pada sel basal dan kanker pada sel squamousa. Melanoma terjadi ketika sel melanosit berubah menjadi ganas.
Sejumlah faktor risiko melanoma ialah paparan berlebih sinar ultraviolet, terutama di puncak terpanas, pukul 10.00-16.00, faktor genetika, riwayat melanoma pada diri sendiri ataupun keluarga dan lingkungan.
Orang kulit putih umumnya memiliki pigmen kecil dan sedikit. Sementara orang kulit berwarna memiliki pigmen besar dan banyak. Dengan karakteristik pigmen seperti itu, orang kulit putih berisiko kena melanoma lebih besar daripada orang kulit berwarna.
Di Australia, misalnya, kasus melanoma banyak terjadi. Penyebabnya bisa ditelusuri berabad-abad ke belakang saat migrasi orang-orang kulit putih ke Australia terjadi. Ketika bermigrasi ke Australia yang dekat dengan Ekuator, orang kulit putih memiliki pigmen kecil-kecil dan berisiko lebih besar terkena melanoma.
Kelompok umur
Meski begitu, risiko bagi tiap kelompok umur berbeda. Mereka yang bermigrasi ke Australia setelah dewasa memiliki risiko lebih rendah dibandingkan anak-anak dan remaja.
Di Amerika Serikat, kasus melanoma terus meningkat dalam 30 tahun terakhir. Menurut American Cancer Society, pada 2018 diperkirakan ada 91.270 kasus melanoma (55.150 kasus pada laki-laki dan 36.120 kasus pada perempuan). Sekitar 9.320 kasus di antaranya berujung pada kematian (5.990 laki-laki dan 3.330 perempuan).
Risiko terkena melanoma pada orang kulit putih dibandingkan kulit berwarna lebih tinggi, yakni 1 dari 38 orang kulit putih, 1 dari 172 orang etnis Amerika Latin (hispanik), dan 1 dari 1.000 orang kulit hitam.
Di Indonesia, khususnya di RS Dharmais, menurut Aida, kasus melanoma tak sebanyak kasus kanker lain, seperti payudara dan serviks. Dalam setahun, hanya belasan kasus.
Melanoma ada beberapa tipe, antara lain, superficial spreading melanoma, nodular melanoma, lentigo maligna, dan acral lentiginous melanoma. Hal yang membedakan kelimanya adalah bentuknya.
Seperti namanya, superficial spreading melanoma bisa berupa bercak hitam yang awalnya menyebar di permukaan kulit sebelum akhirnya penetrasi ke dalam kulit. Melanoma jenis ini termasuk melanoma terbanyak (70 persen) dari semua jenis melanoma. ”Kalau sudah menembus pembuluh darah, bisa menyebar ke bagian tubuh lain,” kata Aida.
Sementara superficial spreading melanoma umumnya terjadi pada permukaan kulit yang terpapar sinar matahari, seperti di wajah. Kasus melanoma jenis ini pada orang berkulit putih lebih banyak dibandingkan pada orang kulit berwarna. Pada pria, melanoma jenis ini banyak muncul di punggung, sedangkan pada perempuan ada di tubuh bagian bawah. Sementara nodular melanoma berbentuk benjolan.
Adapun jenis melanoma yang sering terjadi pada orang dengan kulit berwarna ialah tipe acral lentiginous melanoma. Melanoma jenis ini tidak terjadi pada bagian kulit terpapar matahari, tetapi biasanya pada tungkai bawah, seperti telapak kaki. ”Asumsinya, melanoma di telapak kaki terjadi karena trauma atau benturan. Apalagi di Indonesia banyak orang kadang tak memakai alas kaki,” ujarnya.
Untuk membedakan melanoma dengan tanda lahir atau tahi lalat, ada panduan sederhana sebagai pegangan, yakni dikenal sebagai ABCDE (asymmetric-border-color-diameter/difference-evolving).
Tidak seperti tanda lahir atau tahi lalat, melanoma biasanya bentuknya tak simetris, bagian tepinya tak beraturan, warnanya tidak homogen (bisa hitam, coklat, merah muda, atau putih), ukurannya lebih dari 6 milimeter, dan bentuknya membesar atau meluas. Kadang juga muncul keluhan gatal-gatal. Jika mendapati ada bagian tubuh seperti itu, patut curiga itu adalah melanoma.
Ada banyak pilihan terapi melanoma, mulai dari operasi, radiasi, kemoterapi, terapi target, sampai imunoterapi, tergantung stadium dan karakter melanoma. Meski kasus di Indonesia sedikit, pemahaman soal melanoma dan pencegahan dari dampak buruk paparan sinar matahari perlu dilakukan.