Dari soal Kepemimpinan Muda hingga Antiradikalisme
Oleh
Anita Yosihara
·3 menit baca
Sudah empat kali Presiden Joko Widodo secara khusus menjadwalkan pertemuan dengan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah. Semakin hari, pertemuan meluas dengan pengurus Pramuka dan organisasi kerohanian Islam.
Pertemuan membahas mulai dari anak-anak pelajar calon pemimpin bangsa, soal ekonomi, hingga soal radikalisme dan pencegahan terorisme. Melalui media sosial yang kini akrab digunakan pelajar, Presiden mengingatkan perlunya digunakan secara positif, bukan untuk ujaran kebencian, apalagi hoaks.
Presiden pertama kalinya bertemu di Istana Bogor, Kamis (3/5/2018). Presiden bukan hanya berdialog, melainkan juga memandu para pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) berkeliling Istana Bogor. Pertemuan berikutnya Presiden dengan pengurus OSIS berlangsung di Pekanbaru, 9 Mei lalu, dan pada peresmian kereta bandara di Padang, Senin (21/5).
Dalam kunjungan kerja ke Majalengka, Kamis (24/5), Presiden kembali menyempatkan bertemu dengan pengurus OSIS, Pramuka, dan rois se-Jawa Barat. Di Taman Dirgantara, Majalengka, Presiden yang didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengingatkan supaya media sosial digunakan untuk hal-hal positif. ”Jangan sampai saling mencela, menghujat, menjelekkan, saling fitnah. Mau cari ilmu di medsos sekarang juga gampang banget,” tuturnya.
Presiden juga menanyakan cita-cita para siswa. Ada yang ingin menjadi bupati, gubernur, presiden, ataupun pengusaha. Cita-cita apa pun baik. Namun, semua harus dicapai dengan kerja keras dan kedisiplinan. Sebab, kata Presiden, ke depan ada kesempatan besar, tetapi juga tantangan besar. Presiden optimistis Indonesia akan menjadi lebih baik dari hari ini. Sebab, dalam prediksi lembaga-lembaga dunia, Indonesia akan menjadi lima negara dengan kekuatan ekonomi terbesar pada 2045. Pendapatan per kapita Indonesia di masa yang disebut Presiden sebagai Indonesia emas itu mencapai 29.000 dollar AS.
”Itu semua hanya terjadi kalau kita bekerja keras, bersatu, rukun, menjaga ukhuwah islamiyah dan ukhuwah watoniyah. Tidak boleh pesimistis, kita harus optimistis menuju Indonesia lebih baik,” tutur Presiden lagi.
Kesempatan bertanya juga diberikan dalam pertemuan tersebut. Robby Darwis, siswa SMK Negeri 1 Majalengka, langsung menanyakan apa tahapan yang sudah dilakukan pemerintah untuk menuju Indonesia emas pada 2045.
Presiden menjawab, perbaikan fundamental ekonomi Indonesia menjadi hal pertama yang harus dilakukan. Salah satu yang sedang digarap saat ini adalah infrastruktur. Sebab, tak bisa bersaing secara ekonomi ketika jalan, pelabuhan, dan bandara yang ada di Indonesia tak layak. Tahapan kedua adalah pembangunan sumber daya manusia dan selanjutnya adalah pembangunan inovasi dan teknologi.
Presiden pun mendorong siswa untuk mengetahui apa cita-cita dan merencanakan apa yang akan dilakukan untuk menggapainya. Seperti ketika berbincang dengan Aldi Fikri, siswa SMAN 5 Bandung, yang ingin menjadi menteri pertahanan. Bak wartawan, Presiden menanyakan apa yang ingin dilakukan kalau Aldi jadi menhan dan apa yang akan dilakukan untuk mencapai cita-cita itu.
”Saya ingin mempelajari karakteristik semua masyarakat di Indonesia supaya muncul soft skill untuk menjadi pemersatu. Lalu, seperti buku Art of War, juga belajar strategi perang,” tutur Aldi yang ingin melanjutkan pendidikan ke Akademi Militer.
Mulai intensifnya pertemuan Presiden dengan pemuda-pemudi calon pemimpin bangsa, menurut Kepala Sekretariat Kepresidenan Heru Budi Hartono, bermanfaat untuk memberi penjelasan langsung program-program pembangunan Presiden. Namun, tak lepas dari hasil survei yang menunjukkan intoleransi meningkat di kalangan siswa. Harapannya, perhatian Presiden akan menular dari para pengurus OSIS kepada peer group mereka.
Mendikbud Muhadjir Effendy juga ikut memberi pemahaman terkait radikalisme. Harapannya siswa tak terpengaruh paham-paham radikal.
Muhadjir menambahkan, pertemuan dengan Presiden diharap bisa menginspirasi sekaligus menularkan semangat bela negara. Siswa juga bisa menjadikan kepemimpinan Presiden Jokowi sebagai rujukan. (INA)