JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menduduki peringkat ke-10 sebagai negara penerima remitansi terbanyak tahun 2017. Jumlah tersebut dapat ditingkatkan ketika kualitas pekerja migran Indonesia ikut meningkat.
Dalam ”Migration and Remittances: Recent Developments and Outlook” oleh Bank Dunia, Indonesia menerima remitansi sebesar 9 miliar dollar AS pada tahun 2017.
Negara kawasan Asia Tenggara, yakni Filipina, menduduki peringkat ketiga dengan jumlah remitansi sebesar 33 miliar dollar AS dan Vietnam di peringkat kedelapan dengan jumlah 14 miliar dollar AS.
Data dari Bank Indonesia menyebutkan, penerimaan remintansi tahun 2017 dengan nilai 8,78 miliar dollar AS berasal dari kontribusi pekerja migran Indonesia.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara, Sabtu (26/5/2018), menyatakan, bekerja di sektor formal dapat meningkatkan jumlah penghasilan yang berujung pada bertambahnya nilai remitansi pekerja migran. ”Devisa Filipina, misalnya, terbanyak berasal dari pekerja migran,” ujar Bhima.
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono, secara terpisah, menambahkan, Indonesia mengirim banyak pekerja migran. Akan tetapi, kualitas yang dimiliki masih kalah bersaing di kancah internasional.
Data Commission on Filipinos Overseas menyebutkan, Filipina mengirim 11.469 pekerja migran tahun 2015. Dari jumlah tersebut, sebanyak 9.839 orang bekerja di bidang profesional, teknis, dan sejenisnya. Sementara 655 orang bekerja di bidang produksi, operator peralatan transportasi, dan buruh. Lainnya bekerja di bidang pelayanan jasa, administrasi, dan managerial.
Sebagai perbandingan, berdasarkan data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Indonesia mengirim 275.736 pekerja migran tahun 2015. Dari jumlah itu, sebanyak 52.328 orang adalah pekerja domestik, 44.941 pengasuh, dan 38.526 buruh pertanian. Sisanya bekerja sebagai anak buah kapal (ABK), sopir, nelayan, pelayan, dan sebagainya.
Kepala Bagian Humas BNP2TKI Servulus Bobo Riti menyebutkan, pemerintah berupaya meningkatkan keterampilan calon pekerja migran Indonesia. ”Program upgrading skill bagi pekerja migran Indonesia merupakan program prioritas nasional,” katanya.
Program itu bertujuan meningkatkan penempatan pekerja migran di sektor formal sehingga mereka tidak perlu lagi bekerja di sektor informal, seperti asisten rumah tangga. Selain itu, program juga bertujuan meningkatkan kualitas pekerja migran di luar negeri agar benar-benar kompeten dalam bidangnya.
Menurut dia, penyelenggaraan program upgrading skill dimulai pada 2017 dan telah melatih 1.183 pekerja migran yang berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Bali. Pekerja berasal dari berbagai sektor dan jabatan, antara lain kesehatan, perhotelan, dan manufaktur.
”Pada tahun 2018, upgrading skill akan dilaksanakan untuk 2.000 calon pekerja migran,” lanjutnya.
Hingga kini, upgrading skill telah dilaksanakan untuk 570 orang PMI di 16 lokasi, seperti Indramayu, Kediri, Gianyar, Magelang, Cirebon, Bandung, dan Malang.
Baik Bhima maupun Tony sebagai pengamat ekonomi sepakat, remitansi pekerja migran adalah penyumbang devisa jangka panjang. ”Semua komponen penyumbang devisa jangka panjang ataupun jangka pendek, seperti ekspor dan pariwisata, harus dimaksimalkan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa,” ujar Bhima.