MALANG, KOMPAS-Pelemahan rupiah terhadap dollar AS berimbas ke peternak ayam di Kabupaten Malang dan Blitar, Jawa Timur. Sejak tiga minggu lalu harga pakan konsentrat buatan pabrik naik Rp 400-Rp 500 per kilogram akibat harga bahan baku dari luar negeri yang ikut naik. Harga konsentrat saat ini Rp 5.300-Rp 5.500 per kilogram dari sebelumnya Rp 4.800 per kilogram.
Bagus Sugiharto (30), salah satu peternak di Desa Donomulyo, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang, Jumat (25/5), mengatakan, saat ini peternak ayam di daerahnya cukup resah dan berharap harga pakan segera kembali turun. Pada awal kenaikan harga pakan, peternak masih tertolong oleh harga telur yang dua pekan lalu masih tinggi, yakni Rp 21.000-Rp 22.000 per kilogram di kandang.
“Kemarin sempat tertolong oleh telur, sekarang peternak harus mencoba mengupayakan sendiri untuk bisa beli pakan. Harga telur yang semula tinggi kini di Donomulyo turun lagi di bawah Rp 17.000 per kilogram di tingkat peternak,” ujarnya.
Peternak sendiri tidak mau ambil risiko dengan mengurangi volume konsentrat dengan alasan hal itu akan berpengaruh terhadap produktivitas telur. Produktivitas telur yang sudah turun sulit untuk dikembalikan lagi pada kondisi semula.
Bagus mencontohkan setiap 1.000 ekor ayam membutuhkan pakan campuran 130 kilogram per hari, terdiri atas 50 kilogram jagung, 50 kilogram konsentrat, dan 30 kilogram bekatul. Dengan harga per kilogram masing-masing Rp 4.000 untuk jagung, Rp 5.500 untuk konsentrat, dan Rp 3.000 untuk bekatul maka jumlah pengeluaran total untuk pakan mencapai Rp 560.000 per hari.
Sementara telur yang dihasilkan oleh 1.000 ekor ayam mencapai 47-50 kilogram. Dengan harga Rp 17.000 per kilogram maka pendapatan dari penjualan telur mencapai Rp 765.000-Rp 850.000. “Jadi keuntungannya hanya sedikit. Itu saja belum dikurangi oleh biaya lain-lain, seperti listrik dan tenaga kerja. Sehingga peternak berharap harga telur bisa di atas Rp 18.000 per kilogram,” ujarnya.
Menurut Bagus naiknya harga pakan ini makin tidak menguntungkan karena sebagian peternak saat ini tengah memulihkan populasi ayam yang sempat turun lantaran pengaruh harga telur rendah sepanjang tahun 2017. Saat ini banyak peternak yang masih memelihara ayam muda dan belum produktif. “Mereka masih makan namun belum ada telur yang bisa dijual,” katanya.
Naiknya harga pakan dibenarkan Wakil Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Kabupaten Blitar Sukarman. Menurut Sukarman peternak di wilayahnya terpaksa harus membeli pakan meski harga naik. “Untungnya pakan tersedia di pasaran. Tidak sulit mencari konsentrat,” katanya.
Sukaman pun berharap harga telur bisa stabil di atas Rp 18.000 per kilogram. Saat ini harga telur di pasar tradisional masih berbanding terbalik dengan harga di peternak. Jika harga telur di pasar tradisional masih di atas Rp 23.000 per kilogram maka harga telur di tingkat peternak di Blitar saat ini hanya Rp 18.000.
Untuk mengendalikan harga telur di pasar, peternak di Blitar bersama pemerintah daerah melakukan operasi pasar telur sejak beberapa hari lalu dengan harga Rp 18.000 per kilogram. Operasi ini dilakukan 14-31 Mei dengan tujuan bisa menyetabilkan harga telur di pasaran.
Di Blitar terdapat lebih dari 4.000 peternak ayam. Ini menjadikan Blitar sebagai salah satu sentra telur ayam di Jawa Timur dengan populasi ayam diperkirakan mencapai 14 juta ekor dengan produksi lebih dari 400 ton telur per hari.