JAKARTA, KOMPAS — Kebakaran di tengah permukiman padat penduduk kembali terjadi di Jakarta. Pada Minggu (27/5/2018) dini hari, api melalap 43 rumah dan mengakibatkan 220 orang harus kehilangan tempat tinggal di kawasan Bidara Cina, Jakarta Timur. Kebocoran elpiji diduga menjadi penyebabnya. Dengan insiden ini, kebakaran di tengah permukiman padat telah terjadi tiga kali dalam dua minggu terakhir.
Dalam musibah ini, tiga orang harus dirawat di rumah sakit akibat luka bakar.
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Jakarta Timur Gatot Sulaiman mengatakan, petugas mendapat laporan warga pada pukul 02.54. ”Petugas sudah berada di lokasi dan memulai proses pemadaman pukul 03.10,” kata Gatot saat dikonfirmasi pada Minggu pagi.
Sebanyak 65 petugas dan 11 mobil pemadam, lanjut Gatot, dikerahkan untuk mengatasi kebakaran ini. Api baru berhasil dipadamkan pukul 06.52.
Camat Jatinegara Nasrudin Abu Bakar mengatakan, kebakaran ini menghanguskan tempat tinggal 72 kepala keluarga (KK) di RT 007 dan RT 008 RW 014, Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur. Menurut Nasrudin, pihak Suku Dinas Sosial Jakarta Timur telah mendirikan tiga tenda pengungsi dan menyediakan satu mobil dapur umum.
Berdasarkan data yang ia miliki, kebutuhan paling mendesak bagi para pengungsi adalah perlengkapan sekolah untuk anak-anak. ”Karena, Senin besok mereka harus sekolah, padahal buku pelajaran, seragam, sepatu, semuanya terbakar habis,” ujar Nasrudin. Ia mengatakan, sejauh ini bantuan dalam bentuk makanan dan selimut masih mencukupi.
Ledakan beruntun
Berdasarkan keterangan Gatot dan kesaksian warga sekitar, kebakaran diduga berasal dari kompor gas yang berada di dapur rumah Muahana (60). Gas yang bocor dari kompor diperkirakan tersulut api ketika Saadih (50), kerabat Muahana, menyalakan kompor untuk memasak makanan sahur.
Saat ini rumah tersebut telah dipasang garis polisi.
Muahana bersama Saadih (50) dan kerabatnya, Adisti (18), menderita luka bakar akibat musibah ini. Gatot mengatakan, semua korban telah dibawa untuk dirawat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Nasrudin Abu Bakar mengatakan, ketiga korban adalah penghuni dari rumah yang diduga menjadi asal api. ”Saat ini, selain masa penyembuhan, trauma mereka juga harus dipulihkan terlebih dulu,” ujarnya.
Api yang berasal dari rumah Muahana diduga membesar setelah merambat ke kios gas yang berada di sebelah rumah itu. Warga mengatakan, ada beberapa ledakan yang terjadi setelah api merambat ke beberapa rumah warga. Ledakan tersebut diduga diakibatkan oleh api yang menyambar kios penjual gas di sebelah rumah Muahana.
Yadi (27), warga sekitar, mengatakan, berkisar 15-30 menit sejak kebakaran terlihat di rumah Muahana, terdengar beberapa kali ledakan yang berasal dari kios gas. Hal serupa dikatakan Sumi (54), warga lainnya. Sumi mengatakan, paling sedikit ada lima ledakan yang diikuti dengan suara semburan api yang keras.
”Mungkin kebakarannya jadi lebih besar setelah ledakan-ledakan itu,” kata Sumi. Dalam kebakaran ini, rumah tempat tinggal pasangan suami istri, Sumi (54) dan Yusuf (60), Ketua RT 007 RW 014, habis terbakar.
Sumi mengatakan, butuh waktu paling tidak satu hingga dua bulan untuk memperbaiki rumahnya sebab kerusakannya cukup parah—seluruh rangka atap hangus terbakar.
Rumah korban yang lain bernasib serupa, hanya tinggal tembok yang berdiri.
Akses sulit
Akses menuju lokasi kebakaran yang sulit kembali menjadi halangan yang dihadapi oleh pemadam kebakaran. Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur Gatot Sulaiman mengatakan, jalur menuju lokasi kebakaran sempit sehingga mempersulit akses petugas.
Lokasi kebakaran ini dapat dicapai dari jalan utama (Jalan Otto Iskandar Dinata), melalui Jalan Inspeksi Kali Ciliwung. Akan tetapi, jalan tersebut, kata Nasrudin, menjadi lebih sempit akibat banyaknya kendaraan yang parkir di jalan tersebut. ”Sehingga mobil pemadam agak susah mencapai lokasi karena harus berjalan zig-zag,” ujar Nasrudin.
Di tengah permukiman padat penduduk ini, juga tidak ditemukan hidran air. Akan tetapi, menurut Nasrudin, pasokan air dapat diambil dari sungai. Kondisi air, kata Nasrudin, tidak terlalu kotor. ”Airnya tidak begitu kotor, hitam begitu, jadi masih bisa untuk digunakan memadamkan api,” katanya.