Memacu Adrenalin di Pantai Selatan
Mesin jeep menderu-deru menyemburkan asap tipis dari knalpot. Ban jenis off road tipe ekstrim dengan guratan karet tebal dan keras, ibarat mencengkeram pasir pantai meninggalkan jejak mengular, sembari menerbangkan debu.
Melintasi padang rumput dan belukar, serta terowongan pohon, jeep wisata pun menerabas gundukan pasir, atau gumuk pasir yang dihiasi birunya langit dan luasnya samudera. Tanjakan serta kelokan tajam membuat penumpang jeep menjerit ngeri, tapi juga berdecak kagum.
Sejumlah jurnalis dan aktivis Komunitas Kebumen Desa Digital 2020, awal Mei lalu mengikuti tur pesisir Pantai Selatan Kebumen, dengan jeep wisata yang dikelola Sularno (40). Rombongan yang menaiki 3 mobil Suzuki Katana, mulai meluncur dari basecamp di Desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen pukul 09.30 WIB. Perjalanan mengarah ke selatan Kebumen, tepatnya ke Pantai Setrojenar, titik awal menyusuri pantai ke sisi barat.
Deburan dan gulungan ombak tinggi khas Pantai Selatan, langsung menyambut setibanya di bibir pantai. Suasana khas pantai itu membuat tim meninggalkan kepenatan kota.
Sebagai kudapan untuk mengawali perjalanan, Sularno mengajak wisatawan mencicipi peyek undur-undur, atau hewan laut yang oleh warga setempat biasa disebut "yutuk". Harganya Rp 3.000 per buah. Renyah dan gurih rasanya.
Perjalanan pun berlanjut. Jeep pun berkelok di atas pasir pantai yang lembut. Angin kencang dan terik matahari tak menyurutkan semangat untuk menikmati sudut-sudut pantai di selatan Kebumen ini. Jeep kemudian menanjak miring menuju padang rumput. Di sisi utara, tampak sejumlah peladang sedang bekerja.
Sesaat mendekati muara Sungai Luk Ulo, jeep berbelok ke utara, memasuki terowongan pohon reside sepanjang 500 meter di Desa Ayam Putih. Pohon ini ditanam di kanan-kiri jalan tanah, tetapi ranting dan daun-daunnya saling bertemu membentuk kanopi yang sejuk. Sangat mirip terowongan.
Setibanya di Jalan Raya Daendels, rombongan kembali berbelok ke arah barat, melintasi jembatan Sungai Luk Ulo.
Singgah di Menara Suar
Pukul 11.30, rombongan singgah di Menara Suar, Klirong yang tingginya 40 meter, berdiameter 10 meter. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk naik hingga ke puncak. Meski cukup menguras tenaga, setibanya di puncak, semua lelah seolah sirna oleh keindahan muara Sungai Luk Ulo, pesisir pantai, hingga luas dan birunya samudera.
“Lampu sorot menara ini untuk memandu kapal di malam hari. Jarak tampaknya mencapai 25 kilometer,” kata Sarjono, penjaga menara suar.
Selepas dari Menara Suar, tujuan berikutnya merambah gumuk pasir. Menuju ke sana, jalur sempit di bawah naungan belukar serta tanaman pandan laut, harus ditempuh. Tak ketinggalan, kelokan tajam serta kemiringan hampir mencapai 90 derajat.
Meski tubuh para penumpang terempas ke sana ke mari, teriakan senang bercampur ngeri terus terdengar di gumuk pasir, sepanjang 3 kilometer itu. Tanjakan 7 meter di punggung pasir pun dilibas dengan meyakinkan. Turunan ekstrem juga dirambati dengan prima, agar mobil tidak terguling.
Bermain di gumuk pasir ini, sebaiknya menggunakan alas kaki berupa sepatu terutup untuk melindungi kaki dari panasnya pasir jika wisatawan hendak turun dari jeep.
Beraksi di gundukan pasir
Di sini, wisatawan diberi kesempatan mengemudikan jeep. “Bruummm...!” Menyusuri jalan halus di kota dan jalan sempit berlubang di desa, itu biasa. Namun, memacu jeep di gundukan pasir, itu luar biasa. Ternyata, kopling jeep hanya untuk memindahkan gigi. Saat menanjak, kaki hanya perlu memainkan pedal gas, tanpa khawatir mesin mati jika tidak menekan pedal kopling.
Setelah kenyang dengan santap siang dan minum air nira kelapa, perjalanan berlanjut ke tujuan akhir yaitu Pantai Menganti, yang juga tempat bermalam. Jarak tempuhnya sekitar 30 kilometer. Kali ini, jalur yang dilewati bukan lagi pasir pantai, tetapi jalur lintas selatan yang halus dan lurus.
Sebelum mendaki bukit terjal menuju Pantai Menganti, rombongan singgah sejenak di Pantai Karangbolong. Sekitar pukul 16.00 rombongan sampai di Pantai Menganti. Berada di balik tebing curam, pantai ini bak surga tersembunyi yang harus dilewati dengan kondisi jalan yang meski halus, tetapi perlu kelincahan karena serba naik-turun serta berkelok tajam. Perjalanan sore itu ditutup dengan menikmati matahari terbenam, serta menyantap sea food yang lezat di tepi pantai.
Izra Triansyah. jurnalis dari Jakarta menyampaikan, susur pantai dengan jeep off road di Kebumen ini terbilang lengkap dibandingkan dengan wisata off road di lokasi lain.
“Di sini lebih menantang. View-nya cantik banget. Ada pemandangan pantai, ada kebun-kebun, dan perbukitan. Di sini lebih komplet,” tutur Izra, yang juga berharap keamanan penumpang harus lebih diperhatikan, dengan menyediakan helm serta memasang kerangka jeep yang lebih tertutup di bagian belakang.
Wisata menggunakan jeep ini dapat dinikmati dengan biaya Rp 500.000 untuk 4 orang dalam 3 jam pertama, dengan jarak sekitar 30 kilometer, yaitu sampai makan siang. Untuk tambahan per jam berikutnya dikenakan biaya Rp 100.000.
Jika rombongan ini sampai Pantai Menganti dengan jarak mencapai 60 kilometer dan santap malam di sana, biayanya Rp 1,2 juta untuk 4 orang. Jika ingin paket lengkap dengan menginap di Pantai Menganti, biayanya Rp 600.000 per orang.
Pelaksana Tugas Bupati Kebumen Yazid Mahfudz menyampaikan, panjang garis pantai di Kebumen mencapai 52 kilometer dan menyuguhkan keberagaman keindahan alam. “Pantai di Kebumen unik karena ada batu karang, gua, serta pasir putih,” kata Yazid.