Kementerian Agama terus meningkatkan mutu layanan haji. Pada musim haji 2018, misalnya, layanan imigrasi dilakukan di embarkasi, tidak lagi di dua bandara di Arab Saudi.
JAKARTA, KOMPAS—Penyelenggaraan ibadah haji 2018 akan diwarnai sejumlah terobosan untuk mengatasi problem klasik. Terobosan yang menonjol mencakup layanan keimigrasian, pemondokan, menu makanan, dan transportasi yang menjanjikan kenyamanan bagi para jemaah.
"Hal-hal yang selama ini dikeluhkan oleh jemaah akan diatasi sedini mungkin, termasuk yang berpotensi menimbulkan kelelahan bagi para jemaah. Aspek kenyamanan bagian dari prioritas pelayanan," kata Direktur Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji Kemenag Nizar Ali pada Pelatihan Petugas Haji Arab Saudi 1439 H/2018 M di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Minggu (27/5/2018).
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat membuka kegiatan tersebut Sabtu (26/5) malam menegaskan, jajarannya bersama instansi terkait bertekad untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan jemaah haji dari tahun ke tahun.
Dalam hal keimigrasian, misalnya, kata Lukman, pihaknya bersinergi dengan otoritas Arab Saudi sehingga muncul terobosan yanh kondusif bagi kenyamanan jemaah. Mulai tahun ini, proses pemeriksaan sidik jari dan biometrik, sudah bisa dilakukan di asrama haji pada 13 embakasi seluruh Indonesia.
Tahapan pemeriksaan tersebut selama ini dilakukan setelah jemaah tiba di di Arab Saudi, yakni di Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz (Medinah) dan Bandara Internasional King Abdul Aziz (Jeddah).
"Jadi, sebelum berangkat ke Tanah Suci dari embarkasi masing-masing, para calon jemaah sudah menuntaskan satu proses yang memakan waktu lama. Paling tidak waktu empat jam untuk proses keimigrasian yang berpotensi melelahkan para jemaah itu bisa dipangkas menjadi cukup dua jamu," kata Lukman.
Jadi, sebelum berangkat ke Tanah Suci dari embarkasi masing-masing, para calon jemaah sudah menuntaskan satu proses yang memakan waktu lama.
Minggu pagi di hadapan 780 petugas haji Arab Saudi, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Nizar Ali dan Sekretaris Jenderal Kemenag Nur Syam menegaskan kembali komitmen yang dicetuskan Menag.
Pemondokan
Untuk kenyamanan pemondokan, menurut Nizar, tahun ini seluruh hotel diupayakan minimal berbintang tiga atau empat dan tak jauh dari lokasi-lokasi ibadah haji. Di Medinah bahkan sudah dipatok bahwa lokasi pemondokan jemaah tak akan melebihi radius 700 meter dari pusat ibadah. Tahun- tahun lalu, lokasinya ada yang sampai 900 meter dari Masjid Nabawi.
Selain soal akomodasi, Nizar menegaskan, transportasi jemaah diupayakan terjamin. Kemenag menjalin kontrak dengan perusahaan bus di Arab Saudi dengan jaminan keamanan terukur. Bus shalawat yang digunakan untuk mengangkut jemaah dari pemondokan ke masjidl Haram Mekkah diproduksi paling tua tahun 2016.
Terkait layanan katering, Nur Syam menjelaskan, selama 42 hari jemaah berada di Arab Saudi, para jemaah akan disuguhi makanan bercita rasa Indonesia. Kemenag akan mendatangkan tukang masak terampil dari Tanah Air lengkap dengan bumbu asli Nusantara. Bahkan, jatah makanan para jemaah pun yang tahun 2017 hanya 25 kali ditambah menjadi 40 kali.
Tahun ini kuota haji Indonesia sama seperti tahun lalu yakni 221.000 jemaah. Kemenag berharap dengan kualitas pelayanan yang lebih baik, indeks kepuasan haji pun terus meningkat.
Hasil survei indeks kepuasan pelayanan haji dari Badan Pusat Statistik menunjukkan dari tahun ke tahun meningkat. Tahun 2014, indeks kepuasan pelayanan haji 81,52 persen, dan setahun berikutnya 82,67 persen. Tahun 2016 indeksnya naik lagi mencapai 83,83. Terakhir, pada 2017 indeks kepuasan layanan haji mencapai 84,85 persen. "Tahun ini ditargetkan naik 0,15 sehingga mencapai 85.00 persen," kata Nur Syam.