Medsos Dinilai Efektif untuk Rebut Suara Warga Megapolitan
JAKARTA, KOMPAS — Ceruk suara dari wilayah megapolitan diprediksi akan menjadi penentuan dalam kontestasi pemilihan gubernur Jawa Barat 2018. Mayoritas pemilih merupakan kalangan milenial, urban, dan kritis yang sering mengakses informasi melalui media sosial. Selain itu, debat terakhir pasangan calon pada 22 Juni nanti menjadi salah satau faktor penting pemilih dalam menentukan suara.
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mengatakan, mayoritas pemilih di daerah megapolitan (Depok, Bekasi, dan Bogor) merupakan kalangan yang sangat sibuk dan cenderung kritis terhadap informasi.
”Mereka merupakan kalangan yang menentukan pilahan di saat-saat akhir pemungutan suara. Selain itu, pemanfaatan media sosial untuk kampanye akan efektif untuk menjangkau mereka,” ucapnya saat dihubungi dari Jakarta, Senin (28/5/2018).
Berdasarkan survei Kompas yang dilakukan pada Mei 2018, elektabilitas Ridwan Kamil (RK)-Uu Ruzhanul sebesar 40,4 persen. Dalam kondisi yang tergolong sama kuat, pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi menguasai 39,1 persen responden pemilih.
Selain itu, setiap pasangan calon memiliki basis kekuatan masing-masing di sejumlah daerah. Namun, ceruk suara di daerah megapolitan masih cenderung dinamis karena memiliki beragam warna pemilih. Diprediksi, wilayah megapolitan tampaknya menjadi medan pertarungan (battlefield) sesungguhnya bagi kedua pasangan.
Titi mengatakan, agar dapat merebut suara di wilayah megapolitan, pasangan calon perlu memahami permasalahan yang dialami kaum urban. ”Figur modern, mudah berkomunikasi, lalu adaktif terhadap isu megapolitan tentu akan mampu merebut kantong suara dari wilayah ini,” ujarnya.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Nasdem Provinsi Jawa Barat Saan Mustopa menjelaskan, berdasarkan survei Kompas, ada kecenderungan elektabiltas RK-UU naik dibandingkan dengan survei Februari lalu.
Kota Bandung, tempat Ridwan Kamil membangun pengaruh sebagai wali kota, dan Kabupaten Bandung menjadi wilayah yang memberi kontribusi besar. Begitu pula keberadaan Uu Ruzhanul juga turut mewarnai penguasaan suara di kawasan Priangan Timur yang terdiri dari Kabupaten Ciamis, Pangandaran, Tasikmalaya, Banjar, dan sebagian Garut.
Terkait dengan wilayah megapolitan, Saan mengatakan, para pemilihnya cenderung rasional dan lebih sering beraktivitas di Jakarta. ”Mereka bekerja dari pagi-sore di Jakarta, kemudian baru memiliki waktu luang di malam hari. Oleh sebab itu, kampanye melalui media sosial sangat efektif, dan saya rasa Kang Emil mampu melakukan hal itu,” katanya.
Saan mengatakan, RK-UU masih memiliki pekerjaan rumah untuk meningkatkan elektabilitas di daerah utara Jawa Barat. Menurut dia, RK-UU perlu lebih masif mengunjungi daerah tersebut karena di utara Jabar elektabilitasnya masih belum kuat.
”Secara elektoral, pasangan RK-UU di daerah perkotaan lebih lebih kuat. Mereka lemah di daerah pedesaan,” ujarnya.
Juru bicara pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, Adi Nugroho, mengatakan, hasil survei Kompas menunjukkan persaingan kedua pasangan ini sangat kompetitif. ”Namun, kami tidak terlalu terpengaruh dengan hasil survei yang ada karena kami memiliki basis data sendiri,” katanya.
Menurut Adi, wilayah megapolitan belum tentu menjadi penentu kemenangan sebuah pasangan calon. ”Karena di Jabar, perbandingan luas pedesaan dan perkotaan 78 persen banding 22 persen, jauh lebih luas daerah pedesaan. Oleh sebab itu, prioritas kami masih tetap di daerah pedesaan,” ucapnya.
Meski demikian, pasangan Deddy-Dedi tetap akan berusaha melakukan pendekatan dengan masyarakat megapolitan. ”Namun, yang menjadi prioritas peningkatan elektabilitas di daerah Bogor Raya, Cianjur, dan Sukabumi. Kemudian, di daerah Priangan Timur dan Bandung Raya,” katanya.
Debat terakhir
Titi menjelaskan, debat terakhir yang akan berlangsung pada 22 Juni juga menjadi penentuan bagi pemenangan pasangan calon.
”Selain media sosial dan pendekatan langsung ke masyarakat, debat menjadi salah satu cara efektif untuk merebut hati masyarakat,” ucapnya.
Selain media sosial dan pendekatan langsung ke masyarakat, debat menjadi salah satu cara efektif untuk merebut hati masyarakat.
Saan mengatakan, dalam debat akhir nanti pasangan RK-UU diharapkan dapat menyampaikan solusi dan gagasan terkait sejumlah masalah di Jabar.
”Fokusnya akan menyampaikan gagasan pemerataan infrastruktur, khususnya di daerah utara dan selatan Jabar karena dua daerah tersebut sangat potensial, tetapi akses ke sana sangat sulit,” katanya.
Adi mengatakan, tim Deddy-Dedi akan mengikuti tema yang diajukan KPU nanti dalam debat terakhir. Selain itu, ia berharap agar debat tersebut bisa kondusif dan tidak memicu provokasi.
Pada debat putaran kedua, Sudrajat-Ahmad Syaikhu sempat membut geger karena menunjukkan kaus #2019GantiPresiden dalam debat tersebut.