Pesparani Tidak Sekadar Mengejar Juara
Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik atau Pesparani tidak sekadar mengejar juara. Pesparani dipahami sebagai persekutuan di antara umat Katolik di seluruh Indonesia, sekaligus meningkatkan iman, moral, dan semangat mengabdi. Kontingen yang keluar sebagai juara mewakil NTT mengikuti Pesparani di Ambon, 27 Oktober-2 November 2018.
Uskup Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng, Flores, Mgr Silvester San Pr ketika memimpin misa penutupan Pesparani Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kupang, Minggu (27/5/2018) pukul 18.30 Wita. Misa penutupan Pesparawi NTT itu dihadiri Uskup Kupang Mgr Petrus Turang Pr, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, 22 pastor, 60 biarawati Katolik, dan diikuti sekitar 3.000 umat Katolik di Kota Kupang.
Misa pembukaan, Kamis (24/5/2018), dipimpin Mgr Petrus Turang Pr. Lomba Pesparani NTT diselenggarakan pada 25 Mei-27 Mei diikuti 1.170 peserta dari 18 kabupaten/kota di NTT. Empat kabupaten tidak mengutus kontingen, yakni Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Sumba Timur, dan Manggarai Timur.
Timor Tengah Utara (TTU), mayoritas umat Katolik dengan jarak 180 km dari Kota Kupang, tidak mengutus kontingen sama sekali. Sabu Raijua dan Kabupaten Alor dengan jumlah umat Katolik terkecil di daerah itu mengirim kontingen ke Kota Kupang menggunakan pesawat.
Silvester San dalam kotbahnya mengajak umat Katolik di NTT agar tidak sekadar melihat lomba Pesparani sebagai ajang mengejar juara. Pesparani sebagai upaya membangun communio, persatuan antarumat Katolik di Indonesia, 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia.
Pesparani seharusnya lebih memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan sebagai umat Katolik sekaligus warga negara Indonesia.
”Pesparani seharusnya lebih memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan sebagai umat Katolik sekaligus warga negara Indonesia. Melalui Pesparani dibentuk mental, moral, dan karakter yang baik bagi diri sendiri, masyarakat, gereja, dan bangsa ini,” kata San.
Pesparani mendorong orang Katolik untuk bersolider, berbela rasa, dan saling peduli. Musik liturgi yang dilombakan hendaknya mendorong umat untuk lebih menghayati imannya.
Ia mengatakan, penutupan Pesparani bertepatan dengan peringatan hari Tritunggal Maha Kudus dalam gereja Katolik. Tritunggal Maha Kudus menjadi pemersatu umat beriman, di mana saja berada. Panggilan hidup menjadi orang Kristen berarti juga ikut ambil bagian dalam pelayanan kasih.
Pesparani lebih menekankan persekutuan, sakramen, kultus, dan penghormatan terhadap Bunda Maria. Adapun Pesparawi lebih menekankan pada pewartaan Kitab Suci, segala peyalanan adalah tradisi manusia, hubungan dengan Kristus menentukan hubungan antargereja, lebih bebas berekspresi, dan tidak mengakui Bunda Maria dalam kesaksian hidup.
Gubernur NTT Frans Lebu Raya dalam sambutan pengumuman juara Pesparani mengatakan, Pesparani turut menghidupkan ekonomi suatu daerah. Di Kota Kupang, misalnya, dengan kehadiran sekitar 3.000 orang dalam hampir satu pekan terakhir, hampir semua tempat penginapan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan transportasi dimanfaatkan konsumen.
Pesparani sebagai ajang pertemuan, saling berbagi, dan mendukung satu sama lain. Kita belajar menghormati kemampuan orang lain dan terus belajar dari mereka untuk meraih hasil terbaik pada masa yang akan datang.
Pesparani sebagai ajang pertemuan, saling berbagi, dan mendukung satu sama lain. Kita belajar menghormati kemampuan orang lain dan terus belajar dari mereka untuk meraih hasil terbaik pada masa yang akan datang. Pesparani sebagai proses pembelajaran.
Ia berharap para juara Pesparani yang akan mewakili NTT di Ambon dibenahi lagi. Masih sisa empat bulan bagi Ketua LP3K NTT Frans Salem untuk membenahi para juara yang masih memiliki banyak kekurangan. Karena itu, LP3K NTT tidak berhenti bekerja seusai Pesparani.
Lebu Raya juga mengingatkan masyarakat NTT agar menjaga keberagaman dan toleransi yang indah di daerah itu. Setiap komponen masyarakat diajak berkontribusi membangun daerah dan terus memupuk keberagaman itu dalam hidup bersama di masyarakat.
Pada kesempatan itu, Frans Lebu Raya juga memohon pamit kepada masyarakat NTT yang sempat hadir karena akan mengakhiri masa jabatan pada 16 Juli 2018. Ia pun berpesan agar semua masyarakat NTT yang memiliki hak pilih memilih calon gubernur dan wakil gubernur baru, yang menurut masyarakat NTT merupakan calon terbaik.
Ketua Dewan Juri Pesparawi NTT Perry Rumengan yang juga Ketua Umum Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Nasional (LP3KN) mengatakan, Pesparani tahun ini merupakan yang pertama digelar secara nasional. Pesparani memang sudah lama hidup dan berkembang di kalangan gereja Katolik, tetapi baru tahun ini diangkat menjadi ajang lomba secara nasioanl melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 35/2016.
Tim juri Pesparani, yakni Pastor Emanuel Weroh SVD dari Seminari Tinggi Ledalero, Maumere; Pastor Yustinus Genohon Tukan SVD, guru musik SMA Katolik Suryadikara, Ende; Agus Beda Ama, dosen Musik Unika Kupang; Apoli Bala, tokoh musik dan seniman Kota Kupang; Elias Jo, seniman dan guru musik Kota Kupang; dan tiga juri lain.
Pengumuman juara sebagai puncak Pesparani NTT sangat ditunggu peserta dan hadirin. Setiap kali juri mengumumkan juara, dengan daerah asal masing-masing, terdengar suasana riuh dari balkon GOR. Masing-masing peserta dari setiap kabupaten/kota bersorak kegirangan ketika kontingen mereka keluar sebagai juara.
Perry mengumumkan juara umum dari masing-masing kontingen, kemudian dilanjutkan dengan juara per kategori oleh masing-masing tim juri. Kontingen Flores Timur keluar sebagai juara umum Pesparani dan berhak mendapatkan piala bergilir Gubernur NTT. Flores Timur meraih lima juara dalam empat kategori.
Kontingen dari Manggarai Barat keluar sebagai juara kategori paduan suara Gregorian dewasa. Paduan suara anak dan paduan suara campuran dewasa diraih kontingen dari Kota Kupang.
Para juara, yakni Manggarai Barat, Kota Kupang, Flores Timur, Alor, dan Malaka, akan mewakili NTT menuju Pesparani Nasional, 27 Oktober-2 November 2018.
Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno dalam sambutan mengatakan, pembangunan tidak hanya menyangkut meterial, fisik seperti infrastruktur, tetapi juga di bidang mental dan spiritual. NTT sebagai provinsi dengan jumlah umat Katolik terbesar nasional layak menyelenggarakan Pesparani.
”Tahun ini Pesparani nasional diselenggarakan di Ambon. Mudah-mudahan Pesparani nasional kedua diselenggarakan di Kota Kupang,” kata Pua Geno.
Ketua Panitia Pesparani NTT 2018 yang juga Wakil Wali Kota Kupang Herman Man mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan Pesparani, baik secara langsug maupun tidak langsung.